Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andreas Suryo Wijaya
"Latar belakang: Tubuh kita hanya dapat mengekskresi zat besi secara terbatas sehingga apabila seseorang mengalami peningkatan zat besi, zat besi bebas akan menumpuk di jaringan dan menyebabkan kondisi iron overload dan memicu produksi ROS, yang dapat memicu disfungsi organ, salah satunya ginjal. Saat ini telah terdapat tiga macam agen kelasi besi untuk mengatasi iron overload. Namun, ketiga agen kelasi tersebut mahal dan memiliki berbagai efek samping. Berdasarkan penelitian yang sudah ada, mangiferin merupakan senyawa yang dapat mengkelasi besi, mengikat radikal superoksida (yang didismutasi oleh enzim superoxide dismutase), dan memiliki efek samping yang sedikit. Namun, mangiferin memiliki bioavailabilitas yang rendah. Saat ini dikembangkan beberapa teknologi untuk meningkatkan bioavailabilitas obat, salah satunya adalah dengan menggunakan nanopartikel kitosan-alginat sebagai nanocarrier.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pemberian mangiferin dalam nanopartikel kitosanalginat terhadap aktivitas SOD pada ginjal tikus yang diberi besi berlebih.
Metode: Penelitian menggunakan organ ginjal tikus Sprague-Dawley dari penelitian sebelumnya yang terbagi menjadi lima kelompok uji: Kelompok N, IO, IO+M50, IO+MN50, dan IO+MN25. Homogenat sampel direaksikan dengan menggunakan InvitrogenTM SOD Colorimetric Activity Kit. Data diperoleh dengan membaca absorbansi dari hasil reaksi melalui metode spektrofotometri yang hasilnya kemudian dibagi dengan protein jaringan.
Hasil: Kadar SOD ginjal tikus pada kelompok IO+MN25 memiliki kecenderungan lebih tinggi dibandingkan kelompok IO dan serupa dengan kelompok IO+M50 (p>0,05)
Simpulan: Pemberian mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat tidak berpengaruh terhadap aktivitas SOD pada ginjal tikus yang diberi besi berlebih.
......Background: Our body can only excrete a limited amount of iron. Therefore, if iron amount in-body exceeds the excretion limit, non-transferrin-bound iron will increase and piles up in body tissues causing iron overload which triggers ROS production, which later induce organ dysfunctions, e.g. kidney dysfunction. Currently, there are three types of iron chelators to treat iron overload. But, those iron chelators are expensive and cause many adverse effects. Researchers find out that mangiferin is able to chelate iron, scavenge radical superoxides (which is dismutated by superoxide dismutase), and has less adverse effects. However, mangiferin has a low oral bioavailability. Many technologies are being developed to increase oral bioavailability of a medicine, one of them is by using chitosanalginate nanoparticles as nanocarriers.
Objective: The aim of this research is to analyze the effect of mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles treatment towards kidney superoxide dismutase (SOD) activity of iron-induced rats.
Methods: This research uses kidneys of iron-induced Sprague-Dawley rats from the last experiment which were grouped into five groups: N, IO, IO+M50, IO+MN50, IO+MN25. Sample homogenates are reacted with InvitrogenTM Superoxide Dismutase (SOD) Colorimetric Activity Kit. The data is collected by reading the absorbance of reaction results with spectrophotometry and dividing the spectrophotometry data by total tissue protein.
Results: Kidney SOD activity level in IO+MN25 group tends to be higher than IO group and similar to IO+M50 group (p>0,05).
Conclusion: The treatment of mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles does not affect kidney superoxide dismutase (SOD) activity of ironinduced rats."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yehezkiel Alexander Eduard George
"

Latar belakang: Kondisi besi berlebih dalam tubuh dapat terjadi karena besi yang masuk mengalami peningkatan atau salah satu komponen ekskresi besi mengalami gangguan. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien talasemia, terutama yang mendapat transfusi darah secara rutin. Transfusi darah rutin dapat menyebabkan kondisi kelebihan besi dan akumulasi besi pada berbagai organ, termasuk limpa. Oleh karena itu, pasien membutuhkan obat kelasi besi, tetapi harganya mahal dan banyak efek samping. Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa mangiferin memiliki efek mengikat besi, namun bioavailabilitasnya rendah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek mangiferin dan mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat sebagai obat kelasi besi.

Metode: Limpa tersimpan dari dua puluh lima tikus jantan Sprague-Dawley dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu tikus normal (N), tikus yang diberi besi berlebih (KN), tikus yang diberi mangiferin 50 mg/kgBB (M50), tikus yang diberi mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat 50 mg/kgBB (MN50), dan tikus yang diberi mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat 25 mg/kgBB (MN25). Perlakuan pada hewan coba dilakukan selama 28 hari. Setelah 28 hari, tikus dikorbankan dan organ limpa diambil untuk pengukuran kadar besi pada limpa. Pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom dengan panjang gelombang 248,3 nm.

Hasil: Dari pengukuran, rata-rata kadar besi organ limpa (µg Fe/g jaringan) pada kelompok M50 (1200,80±126,05), kelompok MN50 (918,38±427,63), dan kelompok MN25 (645,73±178,89). Ketiga kelompok tersebut tidak berbeda signifikan dengan kelompok KN. Namun, terdapat perbedaan signifikan antara kelompok M50 dan MN25 (p=0,006).

Kesimpulan: Mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat dosis 25 mg/kg BB dapat menurunkan kadar besi di limpatikus yang diberi besi berlebih lebih baik dari mangiferin saja.


Background: Iron overload is a condition caused by increased intake or disruption of the excretion process. Thalassemia is one of the causes of iron overload, especially transfusion-dependent thalassemia (TDT). Transfusion-dependent thalassemia can cause iron overload and iron accumulation in several organs, including the spleen. Therefore, the patients also need iron chelator to excrete excessive iron, but it is expensive and has many side effects. The previous study shows mangiferin could act as an iron chelator but has low bioavailability. Therefore, we conducted this experimental study to compare mangiferin and mangiferin in chitosan-nanoparticle as an iron chelating agent.

Methods: Spleens from twenty five male Sprague-Dawley rats were divided into 5 groups, which are normal (N), negative control (KN), mangiferin 50 mg/kgBW (M50), mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kgBW (MN50), and mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle 25 mg/kgBW (MN25). After 28 days, rats were sacrificed and the spleen were taken to measure the iron level using atomic absorbance spectrophotometer at 248,3 nm wavelength. 

Results: From the measurement, the mean of iron level in spleen (µg Fe/g tissue) of M50 group (1200,80±126,05), MN50 group (918,38±427,63), and MN25 group (645,73±178,89). In this study, those three groups did not significantly different with negative control group (KN). But, there was a significant difference between M50 and MN25 groups (p=0,006).

Conclusion: Mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles 25 mg/kg BW decreases the iron level in spleen of the iron overload rats better than mangiferin only.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Dwi Haryanto
"Latar belakang: Kondisi penumpukan zat besi di tubuh sering terjadi pada pasien talasemia yang bergantung pada transfusi darah. Kelebihan zat besi dapat memicu terbentuknya reactive oxygen species (ROS) sehingga terjadi disfungsi organ. Limpa adalah salah satu organ yang terdampak dan dapat terjadi splenomegali yang dapat berujung pada splenektomi. Terapi kelasi besi diperlukan untuk mengurangi akumulasi zat besi. Mangiferin memiliki properti antioksidan sehingga dianggap dapat menjadi obat alternatif terapi kelasi. Namun, rendahnya bioavailibilitas mangiferin menghambat pengembangan dan aplikasi klinisnya. Penghantaran obat menggunakan nano-carrier menjadi salah satu pilihan untuk memperbaiki bioavailibilitas mangiferin. Penelitian ini menganalisis kadar mangiferin biasa dibandingkan mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat pada limpa tikus Sprague-Dawley. Metode: Penelitian menggunakan data dari tiga kelompok homogenat organ limpa tikus Sprague-Dawley tersimpan yang diinduksi kelebihan besi. Kelompok dibagi menjadi limpa yang diberi mangiferin konvensional dosis 50 mg/kgBB, mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB, serta mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat dosis 25 mg/kgBB. Kadar mangiferin pada limpa diukur menggunakan HPLC. Hasil: Kadar rata-rata mangiferin pada organ limpa tikus Sprague-Dawley (ng/g jaringan) pada kelompok M50K (686,1±168,55), kelompok M50NP (924,6±253,63), dan kelompok M25NP (683,75±240,52). Tidak ada perbedaan yang signifikan pada ketiga kelomok tersebut. Kesimpulan: Pemberian mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat tidak meningkatkan kadar mangiferin pada limpa tikus Sprague-Dawley dibandingkan dengan pemberian mangiferin konvensional dan tidak ada perbedaan bermakna antara kadar mangiferin pada pemberian mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB dibanding dosis 25 mg/kgBB.
......Introduction: Iron overload in the body often occur in transfusion-dependent thalassemia patients. This condition can trigger the formation of reactive oxygen species (ROS) resulting in organ dysfunction. Spleen is one of the organs affected and it can lead to splenomegaly which leads to splenectomy. Iron chelation therapy is required to reduce iron accumulation. Mangiferin has antioxidant properties, therefore, it is considered as an alternative medicine for iron chelation therapy. However, the low bioavailability restricts the development and clinical application of mangiferin. Drug delivery using nano-carriers is an option to increase the bioavailability of mangiferin. This study analyzed the levels of conventional mangiferin compared to mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles in the spleen of Sprague-Dawley rats. Method: This study used data from three groups of spleen organ homogenate storage of Sprague-Dawley rats induced by iron overload. The groups were divided into spleens which were given conventional mangiferin 50 mg/kgBW, mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles 50 mg/kgBW, and mangifeirn in chitosan-alginate nanoparticles 25 mg/kgBW. Spleen mangiferin levels were measured using HPLC. Result: The mean level of mangiferin in the spleen organs of Sprague-Dawley rats (ng/g tissue) in the M50K group (686,1±168,55), M50NP group (924,6±253,63), and M25NP group (683,75±240,52). There was no significant difference in the three groups. Conclusion: Administration of mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles did not increase the spleen mangiferin levels in Sprague-Dawley rats compared to conventional mangiferin and there was no significant difference between mangiferin levels in spleen after the administration of mangiferin chitosan-alginate nanoparticles between doses of 50 mg/kgBW and 25 mg/kgBW."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Mardhiyah
"Mangiferin berpotensi menjadi agen pengkelat besi. Namun, rendahnya bioavailabilitas mangiferin membatasi kemampuan mangiferin sebagai agen pengkelat. Sistem penghantaran obat nanopartikel yang terenkapsulasi dalam kitosan-alginat diketahui mampu meningkatkan bioavailabilitas obat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kadar mangiferin konvensional dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat pada organ ginjal. Data penelitian diperoleh dari homogenat organ ginjal tersimpan tikus Sprague-Dawley yang diinduksi besi berlebih. Tikus dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu diberikan mangiferin konvensional 50 mg/kgBB (MK50), mangiferin nanopartikel kitosan-alginat 50 mg/kgBB (MN50), dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat 25 mg/kgBB (MN25). Pengukuran kadar mangiferin dilakukan dengan menganalisis plasma menggunakan alat HPLC dan mengacu pada metode Estuningtyas. Berdasarkan pengukuran, rata-rata kadar mangiferin di organ ginjal (ng/g) antara lain sebesar 5368.5±1407,52 ng/g (MK50), 4757.78±1420,32 ng/g pada (MN50), dan 4448.06±1938,95 ng/g (MN25). Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan. Pemberian mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB maupun 25 mg/kgBB tidak meningkatkan kadar mangiferin di ginjal tikus dibandingkan dengan pemberian mangiferin konvensional dosis 50 mg/kgBB. Selain itu, kadar mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 25 mg/kgBB tidak lebih tinggi dibandingkan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB di ginjal.
......Mangiferin has potential to be an iron chelating agent. However, the low bioavailability of mangiferin limits its ability as a chelating agent. The nanoparticle drug delivery system encapsulated in chitosan-alginate is known as an option to increase drug bioavailability. Therefore, this study aimed to analyze the levels of conventional mangiferin and mangiferin chitosan-alginate nanoparticle in the kidney. Data were obtained from stored kidney homogenates of iron overload Sprague-Dawley rat model. Rats were divided into three treatment groups, namely conventional mangiferin 50 mg/kgBW (MK50), mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kgBW (MN50), and mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 25 mg/kgBW (MN25). The measurement of mangiferin levels was carried out by plasma analysis using HPLC tool and referring to the Estuningtyas method. The average levels of mangiferin in kidneys (ng/g) are 5368.5±1407,52 (MK50 group), 4757.78±1420,32 (MN50 group), and 4448.06±1938,95 (MN25 group). However, there was no significant difference between the treatment groups. The administration of mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kgBW or 25 mg/kgBW did not increase mangiferin levels in the rat kidney compared to conventional mangiferin 50 mg/kgBW. In addition, the levels of mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 25 mg/kgBW were not higher than mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kgBW.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Widiasari
"Daun Mahkota dewa diketahui mempunyai efek antiinflamasi. Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah ekstrak daun Mahkota Dewa yang dikemas dalam bentuk kitosan nanopartikel, dapat memberikan efek antiinflamasi lebih baik pada organ kolon mencit kolitis ulseratif KU akibat induksi dextran sodium sulfat DSS , dibandingkan dengan ekstrak etanol saja. Pada penelitian dianalisa efek ekstrak daun Mahkota Dewa yang dikemas dalam bentuk kitosan nanopartikel dalam menghambat inflamasidengan melihat ekspresi cox-2 dan iNos. Efek antiinflamasi diuji menggunakan mencit sebanyak 36 ekor yang dibagi dalam 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok normal, kontrol negatif, ekstrak daun dosis 12.5 dan 25 mg/kgBB, ekstrak daun kitosan nanopartikel dosis 6.25 dan 12,5 mg/kgBB. Induksi DSS 1 b/v diberikan melalui air minum selama 6 minggu perlakuan secara berselang-seling. Pada akhir percobaan kolon mencit difiksasi dalam larutan buffer formalin 10 kemudian dilakukan pemeriksaan imunohistokimia untuk mengetahui ekspresi protein inflamasi berupa COX-2 dan iNOS.Ekstrak daun Mahkota Dewa dosis 25 dan 12,5 mg/kg BB dan ekstrak daun Mahkota Dewa dalam Kitosan Nano Partikel dosis 12,5 dan 6,25 mg/kg BB mampu menurunkan inflamasi signifikan dibandingkan dibandingkan dengan kelompok DSS. Terlihat dari skor hasil pewarnaan imunohistokimia protein COX-2 dan iNOS dianalisis menggunakan uji statistik didapat nilai. p<0,05 untuk semua kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (hanya men dapat DSS). Ekstrak daun Mahkota Dewa (dosis 25 dan 12,5 mg/kg BB) dan ekstrak daun Mahkota Dewa dalam Kitosan Nano Partikel (dosis 12,5 dan 6,25 mg/kg BB) mampu menghambat proses inflamasi kolon mencit yang diinduksi DSS, ditunjukkan oleh penekanan ekspresi protein inflamasi COX- 2 dan iNOS.
......Mahkota Dewa is known to have anti inflammatory effect. This study was conducted to test whether the extract of Mahkota Dewa leaf packaged in the form of chitosan nanoparticles, can provide better antiinflammatory effect on colon of ulcerative colitis UC due to induction of dextran sodium sulfate DSS , compared with ethanol extract alone. The study analyzed the effect of Mahkota Dewa leaf extract packed in the form of chitosan nanoparticles in inhibiting inflammatory by evaluating the expression of COX 2 and iNOS. Anti inflammatory effect was tested using 36 mice divided into 6 groups, normal group, negative control, leaf extract dose 12.5 and 25 mg kgBB, leaf extract chitosan nanoparticle dose 6.25 and 12.5 mg kgBB. DSS induction of 2 w v is administered through drinking water for 6 weeks of intermittent treatment. At the end of the experiment the mice colon was processed in 10 formalin buffer solution then immunohistochemical examination was performed to determine the expression of inflammatory proteins COX 2 and iNOS . Mahkota Dewa leaf extract dose 25 and 12,5 mg kg BW and Dewa Mahkota Dewa leaf extract in Chitosan Nano Particle dose 12,5 and 6,25 mg kg BW can decrease inflammation significantly compared to DSS group. The immunohistochemical staining results of COX 2 and iNOS proteins were analyzed using statistical tests obtained p <0.05 for all treatment groups compared with the negative control group (DSS only). Extract of Mahkota Dewa leaf (dose 25 and 12,5 mg / kg BW) and leaf extract of Mahkota Dewa in Chitosan Nano particle (dose 12,5 and 6,25 mg / kg BW) able to inhibit inflammatory process on DSS induced mice, by suppressing the expression of COX-2 and iNOS inflammatory proteins."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogia Ikhsas
"Polarisasi makrofag ke arah tipe 1 (M1) atau tipe 2 (M2) sangat penting dalam perbaikan inflamasi kolon. Penggunaan bahan alam seperti kulit buah delima (Punica granatum L) dalam kıtosan diharapkan dapat menginduksi M2 peritoneal dan memperbaiki kondisi inflamasi kolon. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan efek pemberian ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) dalam nanopartikel kitosan untuk menginduksi polarisasi makrofag peritoneal pada mencit yang diinduksi dekstran sodium sulfat (DSS). Analisis spektrum FTIR dilakukan pada sampel nanopartikel kitosan, sodium tripolifosfat (STTP), pomegranate peel extract (PPE), dan nanopartikel kitosan-PPE. Selanjutnya, mencit Balb/c dibagi secara acak menjadi 6 kelompok: normal, asam elagat 26 mg/kgBB/hari (kontrol positif), DSS 2% b/v (kontrol negatif), nanopartikel kitosanPPE dosis 480 mg/kgBB/hari (P2), nanopartikel kitosan-PPE dosis 240 mg/kgBB/hari (P1), PPE dosis 480 mg/mgBB/hari (P3), semua kelompok diberikan DSS 2% selama 2 siklus kecuali kelompok normal. Pada akhir percobaan, cairan peritoneal diambil dan dianalisis jumlah makrofag M1 dan M2 dengan flow cytometry. Dibandingkan dengan kontrol negatif, nanopartikel kitosan-PPE dengan dosis 240 mg/kgBB tidak menurunkan jumlah makrofag M1, namun meningkatkan jumlah makrofag M2 (p<0,05). Sedangkan nanopartikel kitosan-PPE dan PPE murni dengan dosis yang sama 480 mg/kgBB dapat menurunkan jumlah makrofag M1 dan meningkatkan jumlah makrofag M2 secara bermakna dibandingkan kontrol negatif (p<0,05).
......Macrophage polarization towards type 1 (M1) or type 2 (M2) is critical in the repair of colonic inflammation. The use of natural materials such as pomegranate peel (Punica granatum L) in chitosan is expected to induce peritoneal M2 and improve colon inflammatory conditions. The aims of this study is to compare the effects of pomegranate peel extract (Punica granatum L.) in chitosan nanoparticles on the macrophages polarization in peritoneal fluid of DSS-induced mice. The FTIR spectra of chitosan nanoparticles, sodium tripolyphosphate (STTP), pomegranate peel extract (PPE), and chitosan-PPE nanoparticles was analyzed. In addition, Balb/c mice were randomly separated into 6 groups: normal, elagic acid 26 mg/kgBW/day (positive control), 2% w/v DSS (negative control), chitosan-PPE nanoparticles dose of 480 mg/kgBW/day (P2), chitosan nanoparticles-PPE dose of 240 mg/kgBW/day (P1), and PPE dose of 480 mg/mgBW/day. Flow cytometric analysis was performed on peritoneal fluid at the conclusion of the experiment to determine the number of M1 and M2 macrophages. Compared to the negative control, chitosan-PPE nanoparticles at a dose of 240 mg/kg BW did not decrease the number of M1 macrophages, but increased the number of M2 macrophages (p<0,05). Whereas a dose of 480 mg/kgBW of chitosan-PPE nanoparticles and pure PPE decreased the number of M1 macrophages and raised the number of M2 macrophages significantly compared to negative controls (p<0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qarina Hasyala Putri
"Latar belakang: Imunoterapi merupakan salah satu terapi alergi melalui modulasi sistem imun. CpG ODN adalah agonis TLR9 yang digunakan untuk imunoterapi. CpG ODN mendorong peralihan respon imun dari tipe Th2 ke tipe Th1. Karena CpG ODN bermuatan negatif, maka diperlukan suatu sistem penghantaran untuk meningkatkan efikasinya. Nanopartikel kitosan banyak digunakan sebagai sistem penghantaran obat yang memiliki target mukosa. Penelitian ini bertujuan menganalisis profil IFN-γ, IL-10, IL-13 dan IgE anti ovalbumin pada limpa mencit alergi ovalbumin setelah pemberian CpG ODN terangkai nanopartikel kitosan secara intranasal. Dalam penelitian ini juga dilakukan uji korelasi antara IFN-γ dan IL-13.
Metode: 25 ekor mencit Balb/c dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol sehat, kontrol alergi, terapi CpG ODN nanopartikel kitosan, terapi CpG ODN, terapi nanopartikel kitosan. Mencit Balb/c diinduksi alergi dengan ovalbumin 10 ug pada hari ke-0 dan ke-7, sedangkan kontrol sehat diberikan PBS kemudian dilanjutkan dengan stimulasi pada hari ke-21, 22, 23 serial selama 3 minggu secara intranasal. Terapi CpG ODN nanopartikel kitosan 10 ug, CpG ODN 10 ug dan nanopartikel kitosan diberikan 1 jam setelah stimulasi ovalbumin intranasal. Konsentrasi IFN-γ, IL-10, IL-13, dan IgE anti ovalbumin diukur dengan metode sandwich ELISA. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan post hoc LSD untuk data normal dan homogen, sedangkan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk data tidak normal dan tidak homogen. Korelasi antara IFN-γ dan IL-13 diuji dengan uji Spearman.
Hasil: Konsentrasi IFN-γ dan IL-10 pada kelompok CpG ODN nanopartikel kitosan menunjukkan hasil lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol alergi, namun tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05), sedangkan konsentrasi IL-13 dan IgE anti ovalbumin menunjukkan hasil lebih rendah pada kelompok CpG ODN nanopartikel kitosan dibanding kelompok kontrol alergi pada limpa mencit alergi kelompok terapi CpG ODN terangkai nanopartikel kitosan, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p> 0,05). Konsentrasi IFN-γ dan IL-10 pada kelompok CpG ODN nanopartikel kitosan terlihat lebih tinggi dibandingkan kelompok CpG ODN dan kelompok nanopartikel kitosan dan sebaliknya pada konsentrasi IL-13, namun secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05). Konsentrasi IgE anti ovalbumin pada kelompok CPG ODN nanopartikel kitosan lebih tinggi dibandingkan kelompok CpG ODN dan nanopatikel kitosan. Tidak terdapat korelasi antara IFN-γ dan IL-13 (p> 0,05, r=0,074).
Simpulan: CpG ODN terangkai nanopartikel kitosan cenderung menstimulasi peningkatan IFN-γ dan IL-10 serta penurunan produksi IL-13 dan IgE anti ovalbumin pada limpa mencit alergi.
......Background: Immunotherapy is an allergy therapy through modulation of the immune system. CpG ODN is a TLR9 agonist used for immunotherapy. CpG ODN promotes a shift in the immune response from the Th2 type to the Th1 type. Because CpG ODN is negatively charged, a delivery system is needed to increase its efficacy. Chitosan nanoparticles are widely used as a drug delivery system that targets mucosa. This study aimed to analyse the profile of IFN-γ, IL-10, IL-13 and IgE anti ovalbumin in the spleens of ovalbumin allergic mice after intranasal administered chitosan nanoparticles CpG ODN. This study also examined the correlation between IFN-γ and IL-13.
Methods: 25 Balb/c mice were divided into 5 groups: healthy control group, allergy control group, chitosan nanoparticle CpG ODN therapy, CpG ODN therapy, chitosan nanoparticle therapy. Balb/c mice were allergy-induced with ovalbumin 10 μg on day 0 and 7, while healthy control groups were given PBS then continued with stimulation on days 21, 22, 23 serial for 3 weeks intranasally. Therapy of 10 ug chitosan nanoparticles CpG ODN, 10 ug CpG ODN and chitosan nanoparticles were given 1 hour after intranasal ovalbumin stimulation. The concentrations of IFN-γ, IL-10, IL-13, and anti-ovalbumin IgE were measured by the sandwich ELISA method. Statistical analysis used the ANOVA test followed by post hoc LSD for normal and homogeneous data. The Kruskal-Wallis test followed by the Mann-Whitney test for abnormal and homogeneous data. The correlation between IFN-γ and IL-13 was used by the Spearman test.
Results: The IFN-γ and IL-10 concentrations in the CpG ODN chitosan nanoparticle group showed higher results than the allergy control group, but there was no significant difference (p> 0.05), while the IL-13 and anti ovalbumin IgE concentrations showed lower results in the CpG ODN chitosan nanoparticles group compared to the allergy control group in the allergic spleen of the allergic mice in the CpG ODN therapy group with chitosan nanoparticles, but there was no significant difference (p> 0.05). The IFN-γ and IL-10 concentrations in the CpG ODN group of chitosan nanoparticles were higher than the CpG ODN group and the chitosan nanoparticle group and vice versa at the IL-13 concentration, but statistically there was no significant difference (p> 0.05). The anti ovalbumin IgE concentration in the CpG ODN group of chitosan nanoparticles was higher than the CpG ODN and chitosan nanoparticle groups. There was no correlation between IFN-γ and IL-13 (p> 0.05, r = 0.074).
Conclusion: The CpG ODN chitosan nanoparticle sequences tended to stimulate the increase of IFN-γ and IL-10 and decreased the production of IL-13 and IgE anti ovalbumin in the spleen of allergic mice."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ugiadam Farhan Firmansyah
"Mangiferin, turunan polifenol dari daun, batang, atau kulit buah Mangifera indica L. dikenal memiliki efek kelasi besi. Mangiferin memiliki bioavailabilitas yang rendah. Untuk meningkatkan bioavailabilitasnya, mangiferin dibungkus dalam nanopartikel kitosan-alginat. Studi terdahulu tidak mengukur kadar besi pada ginjal sebagai organ yang terlibat dalam metabolisme besi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh mangiferin dan mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat terhadap akumulasi besi di ginjal tikus yang mengalami kelebihan besi. Tiga puluh ekor tikus Sprague-Dawley dibagi dalam 5 kelompok: kontrol (C), tikus kelebihan besi (IO), tikus kelebihan besi yang diberi mangiferin oral dosis 50 mg/kg BB (M50), tikus kelebihan besi yang diberi mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat oral dosis 50 mg/kg BB (MN50) atau 25 mg/kg BB (MN25). Model tikus kelebihan besi dibuat dengan memberikan iron dextran intraperitoneal, 2 kali seminggu selama 4 minggu. Kadar besi pada ginjal diukur dengan alat atomic absorbance spectrophotometry (AAS). Kadar besi pada kelompok C, IO, M50, MN50, dan MN25 adalah 925,64 (568,25-1190,48); 3325,36 (2765,46-3566,99); 1874,96 (1023,56-2876,3); 2571,56 (2137,98-3760,87); dan 1065,48 (924,85-3671,04) mcg/g jaringan secara berurutan. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar besi di antara kelompok perlakuan dibandingkan kelompok IO (p > 0,05). Mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat tidak dapat mencegah akumulasi besi pada ginjal.

Mangiferin, polyphenol derived from leaves, bark, or fruit peels of Mangifera indica L., known has iron chelating effect. Mangiferin has low bioavailability. To improve mangiferin bioavailability, it is encapsulated in chitosan-alginate nanoparticle. Previous study did not measure kidney iron concentration that influences iron excretion. Aim of this study is to evaluate effect of mangiferin and mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle toward iron accumulation in kidney iron overload rat model. Thirty Sprague-Dawley rats were divided into five groups: control (C), iron overload rats (IO), iron overload rats treated with oral mangiferin doses of 50 mg/kgBW (M50), and iron overload rats treated with oral mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle doses of 50 mg/kgBW (MN50) or 25 mg/kgBW (MN25). Iron overload rat model made by given iron dextran 15 mg intraperitoneally, twice a week for 4 weeks. Iron concentration in kidney was measured by atomic absorbance spectrophotometry (AAS). Iron concentration in kidney at C, IO, M50, MN50, and MN25 groups were 925,64 (568,25-1190,48); 3325,36 (2765,46-3566,99); 1874,96 (1023,56-2876,3); 2571,56 (2137,98-3760,87); and 1065,48 (924,85-3671,04) mcg/g tissue, respectively. There are no significant differences in iron concentration among treatment groups compare to IO group (p > 0.05). Mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle did not prevent accumulation of iron in kidney."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andintia Aisyah Santoso
"Latar Belakang: Inflammatory Bowel Disease (IBD) masih menjadi masalah yang belum terselesaikan mengingat terapi yang ada saat ini adalah pemberian obat jangka panjang yang tidak adekuat sehingga memicu terjadinya inflamasi usus kronik yang mengakibatkan keganasan berupa displasia.
Tujuan: Membuktikan pengaruh ekstrak daun dewa terenkapsulasi nanopartikel kitosan dalam mencegah displasia pada usus besar mencit.
Metode: Penelitian ini menggunakan 24 sampel jaringan kolon yang disimpan dari penelitian sebelumnya berupa uji anti inflamasi mencit Swiss Webster jantan yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal (N), kontrol negatif diberi dekstran natrium sulfat ( Larutan DSS yang diberi ekstrak daun Mahkota Dewa 12,5 mg/hari dan 25 mg/hari (MD 12,5; MD 25), diberi ekstrak daun Mahkota Dewa dalam nanopartikel kitosan 6,25 mg/hari dan 12,5 mg/hari (NPMD 6,25). ; NPMD 12,5). Median skor displasia (data numerik) dari pengamatan histologis dengan pewarnaan hematoxylin-eosin (HE) kemudian dianalisis menggunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney untuk uji Post-Hoc.
Hasil: Semua kelompok uji berbeda secara signifikan dari kelompok DSS. skor displasia kelompok MD 12,5; NPMD 12,5; dan NPMD 6,25 sama dengan kelompok N.
Simpulan: Metode pemberian ekstrak mahkota dewa, tanpa atau tanpa nanopartikel kitosan terenkapsulasi, efektif menurunkan skor displasia kolon akibat DSS.
Background: Inflammatory Bowel Disease (IBD) is still an unresolved problem considering the current therapy is inadequate long-term drug administration, which triggers chronic intestinal inflammation resulting in malignancy in the form of dysplasia.
Objective: To prove the effect of chitosan nanoparticles encapsulated Dewa leaf extract in preventing dysplasia in the large intestine of mice.
Methods: This study used 24 samples of colonic tissue stored from previous studies in the form of anti-inflammatory test of male Swiss Webster mice which were randomly divided into 6 groups, namely the normal group (N), the negative control group was given dextran sodium sulfate (DSS solution given the extract of Mahkota leaf). Dewa 12.5 mg/day and 25 mg/day (MD 12.5; MD 25), were given Mahkota Dewa leaf extract in chitosan nanoparticles 6.25 mg/day and 12.5 mg/day (NPMD 6.25). ; NPMD 12,5). The median dysplasia score (numerical data) from histological observations with hematoxylin-eosin (HE) staining was then analyzed using the Kruskal-Wallis and Mann-Whitney nonparametric test for the Post-Hoc test.
Results: All test groups differed significantly from the DSS group. MD group dysplasia score 12.5; NPMD 12.5; and NPMD 6.25 equal to group N.
Conclusion: The method of administering the crown of god extract, without or without encapsulated chitosan nanoparticles, was effective in reducing the colonic dysplasia score due to DSS."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afiahuddin Tumpu
"Pendahuluan : Angiogenesis kronik pada inflammatory bowel disease (IBD) dapat meningkatkan risiko keganasan mengingat belum ditemukannya terapi definitif yang aman. Esktrak daun mahkota dewa diketahui memiliki efek antiinflamasi, namun mampu memicu toksisitas pada penggunaan dosis tinggi. Pengemasan ekstrak daun mahkota dewa dalam nanopartikel kitosan dipercaya mampu memaksimalkan paparan jaringan terhadap bahan aktif meskipun dengan pemberian dosis yang lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektivitas ekstrak daun mahkota dewa yang dienkapsulasi dengan nanopartikel kitosan dalam menekan angiogenesis.
Metode : Penelitian ini menggunakan 30 sampel HE jaringan kolon mencit Swiss Webster tersimpan yang diberikan air mengandung DSS 2% (selama 7 hari) diikuti dengan air tanpa DSS (selama 7 hari) dalam 3 siklus. Efek antiangiogenik ekstrak daun mahkota dewa dievaluasi dalam 6 kelompok uji: normal (N), kontrol, EMD25, EMD12,5, NPMD12,5 dan NPMD6,25.
Hasil : Jumlah angiogenesis pada kelompok NPMD12,5 tidak berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (p>0,05). Adapun kelompok EMD25, EMD12,5, dan NPMD6,25 yang secara signifikan menunjukkan supresi jumlah angiogenesis jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Rerata (mean) jumlah angiogenesis dari masing-masing kelompok EMD25, EMD12,5 dan NPMD6,25 yaitu 14,6, 11,4, dan 10,8.
Kesimpulan : Reduksi angiogenesis tertinggi terdapat pada kelompok mencit yang mendapatkan 6,25 mg ekstrak daun mahkota dewa dalam nanopartikel kitosan. Penggunaan nanopartikel kitosan untuk mengemas ekstrak daun mahkota dewa terbukti efektif dalam menekan jumlah angiogenesis dan menurunkan dosis efektif untuk mencegah toksisitas."
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>