Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luzi Repeliyanti
Abstrak :
Kedelai {Glycine max (L.) Merr.), dikenal sebagai tanaman ekonomi dan sebagai sumber protein. Kedelai varietas Lompobatang merupakan varietas yang toleran pada lahan bergaram. Untuk mengetahui kemampuan tumbuh dan produksinya pada lahan tersebut, dilakukan penelitian pendahuluan dengan perlakuan beberapa konsentrasi NaCl. Perlakuan diberikan sebelum penanaman, ke dalam media yang berisi oampuran tanah kebun dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1. Hasil uji anava menunjukkan ada pengaruh pemberian NaCl 1000, 2000 dan 3000 ppm terhadap semua parameter yang diukur. Meningkatnya kadar NaCl menyebabkan tinggi dan berat kering tanaman, jumlah dan berat kering polong serta biji berkurang. Tanah'dengan kadar NaCl 1000 ppm masih dapat dimanfaatkan untuk penanaman kedelai, sedangkan kadar 3000 ppm sudah tidak memungkinkan lagi karena produksinya y8.ng sang3.t rendah. Analisa regresi menunjukkan grafik yang menurun pada peningkatan kadar NaCl bagi semua parameter yang diukur.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramon Faisal
Abstrak :
ABSTRAK
Pencemaran terhadap air sungai dan air tanah pada saat ml semakin meningkat. Detergen merupakan salah satu llmbah yang cukup banyak kadarnya pada air sungai maupun air tanah.

Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar larutan Na lauril suif at dengan menggunakan tensiometer Du Nouy.

Pada percobaan dilakukan penetapan kadar Na lauril suif at dalam larutan detergen yang ditambahkan adsorben dengan tensiometer Du Nouy. Penambahan adsorben dilakukan dengan 2 cara yaitu adsorben dan larutan dengan dikocok, sedangkan perlakuan lain ialah adsorben dimasukkan dalam kolom.

Masing masing adsorben yang digunakan dapat menurunkan kadar Na lauril suif at dalam sampel. Kenaikan bobot adsor- ben menunjukkan penurunan kadar yang lebih besar dari laru- tan tersebut.

Tensiometer Du Nouy dapat digunakan untuk menetapkan kadar Na lauril sulf at dalam larutan detergen. Karbon aktif lebih efektif dibandingkan alumina 90 dalam menurunkan kadar Na lauril sulf at dengan menggunakan kolom maupun pengocokan.
1995
S31993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathimah Umar
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai adsorpsi karbon aktif dengan berbagai kadar dan suhu, terhadap Natrium - chlorida, Glukosa dan Sulfadiazin Natrium dalam larutan obat Suntik. Kadar bahan obat dalam larutan ditetapkan sebelum dan sesudah ditambahkan karbon aktif konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3% 0 0 0 pada suhu 50 C, 60 C, 70 C dan dikocok selama 15 menit. Kadar Natrium chlorida ditetapkan secara Argentometri ( USP XVIII ), Glukosa secara lodometri dan Sulfadiazin Natrium secara Nitrimetri menurut cara Farmakope Indonesia II. Hasil yang ditetapkan adalah Adsorpsi karbon aktif dengan berbagai kadar dan suhu terhadap masing-masing bahan obat tidak sama. Penyerapan maximum terjadi pada suhu 50°C. Penurunan kadar bahan obat disebabkan karena proses penyerapan karbon aktif. ABSTRACT
An. experiment has been carried out about the adsorption of active carbon in various concentrations and temperatures against Sodium chloride, Glucose and Suiphadiazin Sodium in injection. The concentration of solution was determined before and after addition of active carbon 0,1%, 0,2%, 0,3% at 50°C, 60°C, 70°C and shaicen for 15 minutes. The assay of Sodium chloride was determined by rgentometry ( USP XVI1I ), Glucose by jodometry and Sulphadiazin- Sodium by nitrime±ry according to Farmakope Indonesia II. The result was : - The adsorption of active carbon in various concentrations and temperatures to each substance was different. - Maximum adsorption occured at temperature 50°C. - The decrease concentration of substance was caused by adsorption of active carbon.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Hersando
Abstrak :
Mineral ilmenit merupakan salah satu sumber utama dari TiO2. Titania atau TiO2 sendiri merupakan material oksida yang sering digunakan untuk aplikasi pigmen cat, fotokatalis, dan lain-lain. Salah satu cara untuk memproduksi TiO2 dari mineral ilmenit adalah dengan proses reduksi karbotermik dari ilmenit. Untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas dari proses reduksi ilmenit, pada proses reduksi dapat ditambahkan aditif. Aditif dapat bertindak sebagai exothermic agents, katalis, nucleating agents, dan reduktan, yang semuanya mempunyai manfaat untuk proses reduksi karbotermik ilmenit. Penambahan aditif seperti aluminium dan ferosilikon dapat membantu proses reduksi dan bekerja sebagai reduktor dan exothermic agents sehingga proses reduksi berjalan lebih cepat. Aditif natrium sulfat dan natrium tetraborat dapat menurunkan titik leleh dan katalis sehingga proses reduksi berjalan lebih efektif.
The ilmenite mineral is one of the main sources of TiO2. Titania or TiO2 itself is an oxide material that is often used for the application of white paint pigments, photocatalysts, and others. One way to produce TiO2 from ilmenite minerals is by the carbothermic reduction process of ilmenite. To increase the efficiency and effectiveness of the ilmenite reduction process, additives can be added to the reduction process. Additives can act as exothermic agents, catalysts, nucleating agents, and reductants, all of which have benefits for the carbothermic reduction process of ilmenit. The addition of additives such as aluminum and ferrosilicon can help the reduction process and work as a reducing agent and exothermic agents so that the reduction process runs faster. Sodium sulfate and sodium tetraborate additives can reduce the melting point and catalyst so that the reduction process is more effective.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwijayanti Krismaya Nurhandini
Abstrak :
Pemanis telah lama digunakan dalam kertas rokok bagian ujung yang langsung berkontak dengan mulut perokok. Pemanis buatan yang biasa digunakan pada kertas rokok yakni natrium sakarin dan natrium siklamat. Adanya batasan penggunaan pemanis buatan, maka perlu diteliti kandungan natrium sakarin dan natrium siklamat, salah satunya yang terdapat pada kertas rokok. Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar natrium sakarin dan natrium siklamat pada kertas rokok secara kromatografi lapis tipis densitometri, menggunakan lempeng silika gel F254 sebagai fase diam dan campuran butanol-asam asetat-air (4:1:1) sebagai fase gerak. Natrium sakarin dianalisis pada panjang gelombang 276 nm, menghasilkan nilai Rf 0,61 dan natrium siklamat dianalisis pada panjang gelombang 523 nm menggunakan penampak bercak larutan brom 5% dalam diklormetan kemudian disemprot kembali dengan larutan fluorescein 0,25% dalam campuran dimetilformamida-etanol (1:1), menghasilkan nilai Rf 0,56; Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien variasi kurang dari 2% dan akurasi antara 98-102%. Kurva kalibrasi natrium sakarin dilakukan pada rentang 50- 300 μg/mL menghasilkan linieritas 0,9996. Kurva kalibrasi natrium siklamat dilakukan pada rentang 600-1600 μg/mL menghasilkan linieritas 0,9990. Dari ketiga sampel kertas rokok, pemanis yang ditemukan adalah natrium sakarin.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33043
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri
Abstrak :
Latar belakang: Di Indonesia gagal jantung telah menjadi masalah utama komunitas karena tingginya biaya perawatan, kualitas hidup yang rendah, dan kematian prematur. Hingga saat ini loop diuretic masih merupakan terapi utama pada pasien gagal jantung dekompensasi akut (GJDA) dengan klinis kongesti. Respon diuresis dapat diukur secara objektif melalui pengukuran natrium urin. Natrium urin yang rendah atau tetap rendah setelah pemberian loop diuretic dapat menunjukkan derajat gagal jantung yang lebih berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon natriuresis 2 jam paska pemberian loop diuretic serta hubungannya terhadap lama masa rawat dan rawat ulang dalam 30 hari. Metode: Dilakukan pengukuran kadar natrium dalam urin sebelum dan 2 jam paska pemberian loop diuretic pada pasien gagal jantung dekompensasi akut, lalu diobservasi lama masa rawat dan kejadian rawat ulang dalam 30 hari paska rawat pada masing-masing kelompok kadar natrium urin rendah dan kadar natrium urin tinggi. Hasil: Dari 51 pasien yang diuji, rerata usia adalah 52.62 ± 13.72 tahun, mayoritas laki-laki (78.4%). Mayoritas sampel juga menerima obat-obatan gagal jantung selama perawatan. Sebanyak 40 (78,4%) orang menerima obat gagal jantung golongan ACE inhibitor/ARB dan 36 (70,4%) orang menerima obat golongan beta-blocker. Kadar natrium urin 2 jam pasca pemberian loop diuretic berkorelasi moderat dengan lama masa rawat yang semakin singkat (p< 0.05), ditemukan perbedaan signifikan dengan median lama masa rawat pada kelompok tingkat natrium rendah selama 7 (IQR 4 – 11) hari dan pada kelompok natrium tinggi selama 5 (IQR 2,25 – 6) hari. Sedangkan hubungan tingkat kadar natrium urin 2 jam pasca pemberian loop diuretic dengan rawat ulang dalam 30 hari tidak ditemukan perbedaan hubungan bermakna antara kedua variabel ini. Terdapat hubungan bermakna (p < 0,05) antara pengobatan beta-blocker dan ACE inhibitor/ARB rawat ulang dalam 30 hari. Pengobatan beta-blocker dan ACE inhibitor/ARB mengurangi risiko rawat ulang. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kadar natrium urin 2 jam paska loop diuretic dengan lama masa rawat, dimana kadar natrium rendah memiliki lama masa rawat lebih panjang. Meskipun demikian, hal tersebut tidak berhubungan dengan kejadian rawat ulang dalam 30 hari. ......Background: In Indonesia, heart failure has become a major community problem because of the high cost of care, low quality of life, and premature death. Until now, loop diuretics are still the main therapy in patients with acute decompensated heart failure (ADHF) with clinical congestion. Diuresis responsiveness can be measured objectively by measuring sodium urine. Low sodium urine or remains low after loop diuretic administration may indicate a more severe degree of heart failure.This study aims to determine the response of natriuresis 2 hours after loop diuretic administration and its relationship to length of stay and readmission in 30 days. Result: Among the 51 patients tested, the mean age was 52.62 ± 13.72 years, the majority were men (78.4%). The majority of the samples received heart failure drugs during treatment. A total of 40 (78.4%) people received ACE inhibitors/ARB and 36 (70.4%) received beta-blockers. Urinary sodium level 2 hours after loop diuretic administration was moderately correlated with shorter length of stay (p < 0.05), a significant difference was found with the median length of stay in the low sodium level group for 7 (IQR 4 – 11) days and in the sodium group. high for 5 (IQR 2.25 – 6) days. Meanwhile, the relationship between urinary sodium levels 2 hours after loop diuretic administration and hospitalization within 30 days was not found to be significantly different between these two variables. There was a significant relationship (p < 0.05) between beta-blocker and ACE inhibitors/ARB treatment and re-admission within 30 days. Beta-blocker and ACE inhibitors/ARB treatment reduced the risk of readmission. Conclusion: There is a relationship between urinary sodium levels 2 hours after loop diuretic and length of stay, where low sodium levels have a longer length of stay. However, it is not related to the readmission incidence within 30 days
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanida
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian pengaruh penambahan beberapa konsentrasi natrium asetat dalam medium Beneck terhadap pertumbuhan Chioreila pyrenoidosa Chick telah dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi FMIPA UI. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan beberapa konsentrasi natrium asetat terhadap kerapatan sel C. pyrenoidosa saat peak dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai peak. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 pert akuan konsentrasi natrium asetat, yaitu: 0% (kontrol), 0.2%, 0.4%, 0.6%, 0.8%, dan I % dengan 4 ulangan pada masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan set saat peak tertinggi (48 x 106 sel/ml) diperoleh pada perlakuan 0.2% dan kerapatan set terendah (22.8 x 106 sel/mI) dicapai oleh kontrol. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai peak berkisar dari 7.5 hail pada perlakuan 0.4% sampai 30 hari pada pertakuan kontrol. Uji Kruskal Wallis pada a = 0.05, menunjukkan bahwa enam variasi perlakuan konsentrasi natrium asetat tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan sel C. pyrenoidosa saat peak maupun waktu yang dibutuhkan set untuk mencapai peak.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Ekstraksi zink oksida dari dross zink umumnya dilakukan melalui proses pirometalurgi, yang membutuhkan biaya besar karena berlangsung pada temperatur tinggi Dengan demikian suatu teknik produksi tampa pross temperatur tinggi tentulah akan jauh lebih ekonomis dan lebih mudah penanganannya. Untuk itulah dilalcukan penelitian ini sebagai altematifdalam menghasilkan zink oksida dari dross zink.

Penelitian ini dilakukan dengan dua jalan pengendapan oleh natrium hidroksida, yaitu pengendapan hidroksida tertentu dan bertingkat dengan terlehih dahulu dilakukan penelitian untuk mendapatkan konscntrasi leaching optimum dari HQSO4. Pada pengendapan hidroksida tertentu digunakan 10 gr dross zink yang telah terlebih dahulu direduksi ukurannya dalam 250 ml H3804 2 M, sedangkan pengendapan hidroksida bertingkat mengguuakan 120 gr dross zzink dalam 1800 ml H2304 2 M. Proses pencucian yang dilakukan sampai tiga kali cukup berpengaruh dalam menghilangkan dan memisahkan garam-garam anhidrat (Na2S04) dari zink hiroksida, akan tetapi belum cukup optimal untuk menghilangkannya secara total. Proses kalsinasi diperlukan untuk mengubah zink hidroksida menjadi zink oksida, dengan temperatur 250 °C selama 2 jam.

Melalui perbandingan hasil XRD terhadap data satandar PDF (kartu JCPDS, Powder Digiacliun File) didapatkan bahwa fasa yang terbentuk adalah zink oksida. Zink oksida yang dihasilkan dari penelitian ini, memiliki tingkat kemunjan yang tinggi (95,0ll'7% untuk pengendapan selektif dan 93,66% untuk pengendapan bertingkat). Dengan demikian, proses leaching H2304 dan pcnegndapan hidroksida ini cukup Iayak dijadikan sebagai metode altematif untuk menghasilkan zink oksida dari dross zink_
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charlotte Sortauli Agnetia
Abstrak :
Terak feronikel mengandung banyak unsur berharga seperti Nikel, Kobalt, Besi, dan Logam Tanah Jarang. Tetapi teknologi untuk memrosesnya masih dalam tahap pengembangan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui temperatur dan konsentrasi aditif Na2CO3 optimum untuk terjadinya reaksi dekomposisi dari magnesium silikat, besi silikat, dan natrium karbonat, yang akan menghasilkan natrium silikat, magnesium oksida, dan besi oksida. Terak dan natrium karbonat dicampur dengan tiga konsentrasi yang berbeda (terak : natrium karbonat; 80:20; 40:60; 60:40) menggunakan ball mill selama 5 menit. Sampel lalu dikompaksi menggunakan mesin kompaksi hydraulic. Berat masing-masing sampel adalah 10 gram. Roasting lalu dilakukan pada temperatur 900 °C dan 1100 °C untuk ketiga konsentrasi yang berbeda dengan holding time selama 1 jam dan laju pemanasan 10 °C /min. Dapur yang digunakan untuk roasting adalah tube furnace. Produk hasil roasting lalu dilakukan uji SEM/EDS, XRD, dan ICP-OES. Berdasarkan hasil karakterisasi SEM/EDS dan XRD diketahui bahwa beberapa produk yang terdeteksi setelah roasting antara lain adalah hematit, magnetit, magnesium oksida, dan Na2SiO3. Hasil dari studi ini juga menunjukkan bahwa kamacite hanya terdeteksi pada sampel yang diroasting pada temperatur 1100 °C. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa parameter pengujian 20% aditif dengan roasting pada temperatur 1100 °C merupakan kombinasi temperatur dan konsentrasi yang optimal untuk mendekomposisi terak feronikel. ......Ferronickel slag contains a lot of valuable elements like Nickel, Cobalt, Iron, and Rare Earth Elements. But the technology to process it is still in development. The purpose of this study is to find the optimum temperature and Na2CO3 additive composition for the roasting of ferronickel slag in order to achieve decomposition reaction of magnesium silicate, iron silicate, and sodium carbonate, which results in the formation of sodium silicate, magnesium oxide, and iron oxide. Slag and sodium carbonate were mixed with 3 different composition variation (slag : sodium carbonate; 80:20; 40:60; 60:40) using a ball mill for 5 minutes. The sample was then compacted using a hydraulic compacting machine. The weight of each compacted sample is 10 grams. Roasting was then conducted at 900 °C and 1100 °C for the 3 different compositions with the holding time being 1 hour and the heating rate 10°C/min. The furnace that was used for both temperature is tube furnace. The roasted products were then characterized by SEM/EDS, XRD, and ICP OES. Based on SEM/EDS and XRD characterizations, some of the products that were detected in roasted samples are hematit, magnetit, magnesium oxide, and Na2SiO3. The result of this study shows that kamacite is only detected in samples that were roasted at 1100 °C. Based on the results of this study, it can be concluded that the testing parameter of 20% additive, roasted at 1100 °C is the most optimal temperature and additive concentration combination to decompose ferronickel slag.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donnie Indrawan
Abstrak :
Aluminium 2024 (Al 2024) merupakan salah satu jenis paduan aluminium komersil dengan tembaga sebagai paduan utamanya. Jenis paduan ini sudah sejak lama digunakan dalam industri otomotif, penerbangan, dan militer. Keberadaan unsur Cu sebagai paduan utama memberikan efek penguatan pada segi mekanis tetapi melemahkan sifat korosinya. Anodisasi merupakan salah satu metode perlindungan aluminium paduan dari korosi menggunakan prinsip elektrokimia yang cepat, sederhana dan ekonomis. Variasi tegangan dan waktu dilakukan untuk melihat pengaruh parameter terhadap ketebalan serta ketahanan korosi Al 2024. Proses anodisasi dilakukan pada larutan H2SO4 30% pada temperatur ruang. Hasil dari material anodisasi kemudian diuji pada medium korosif NaCl 3,5% selama 6 hari melalui proses immersion test. Ketebalan lapisan oksida paling efektif diperoleh pada anodisasi dengan parameter tegangan 15 V dan waktu 10 menit. Sebagian besar sampel uji menunjukkan trend yang sama dan indikasi terjadinya korosi sumuran (pitting corrosion) disertai munculnya endapan pada permukaan. Perlakuan anodisasi yang memberikan proteksi berupa lapisan oksida dibuktikan dengan kehadiran fasa α-Al2O3 and ɣ-Al2O3 dalam pengujian XRD. Pengamatan SEM dan mikroskop optik memperlihatkan penampakan permukaan Al 2024 setelah 6 hari immersion test pada larutan NaCl 3,5%. ......Aluminium Alloy 2024 (Al 2024) is one of commercial alloy with copper as the main alloy. This alloy has been used in many industrial application such as automotive, aerospace, and military. Copper as a major alloying elements gives a mechanical strengthening effect but weaken the corrosion resistance. Anodizing is fast, simple, and economical method to protect aluminium from corrosion with the principal of electrochemical. The variations of anodizing voltage and time have been done with 30% H2SO4 electrolyte at room temperature to analyze its influence on thickness and corrosion behaviour of Al 2024. Results of anodizing were then tested by immerse the samples in 3,5% NaCl solution for 6 days. The thickness of the oxide layer is most effective with the parameters obtained in anodizing voltage of 15 V and 10 minutes. Most of samples show the similar trend and indications of pitting corrosion along with the presence of deposition on its surface. Anodizing proccess gives the protection layer aluminium oxide which is proved by the presence of α-Al2O3 and ɣ-Al2O3 phase in XRD testing. SEM and optical microscope observation show the surface appearence of Al 2024 after immersion test for 6 days in 3,5% NaCl solution.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>