Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Ekstraksi zink oksida dari dross zink umumnya dilakukan melalui proses pirometalurgi, yang membutuhkan biaya besar karena berlangsung pada temperatur tinggi Dengan demikian suatu teknik produksi tampa pross temperatur tinggi tentulah akan jauh lebih ekonomis dan lebih mudah penanganannya. Untuk itulah dilalcukan penelitian ini sebagai altematifdalam menghasilkan zink oksida dari dross zink.
Penelitian ini dilakukan dengan dua jalan pengendapan oleh natrium hidroksida, yaitu pengendapan hidroksida tertentu dan bertingkat dengan terlehih dahulu dilakukan penelitian untuk mendapatkan konscntrasi leaching optimum dari HQSO4. Pada pengendapan hidroksida tertentu digunakan 10 gr dross zink yang telah terlebih dahulu direduksi ukurannya dalam 250 ml H3804 2 M, sedangkan pengendapan hidroksida bertingkat mengguuakan 120 gr dross zzink dalam 1800 ml H2304 2 M. Proses pencucian yang dilakukan sampai tiga kali cukup berpengaruh dalam menghilangkan dan memisahkan garam-garam anhidrat (Na2S04) dari zink hiroksida, akan tetapi belum cukup optimal untuk menghilangkannya secara total. Proses kalsinasi diperlukan untuk mengubah zink hidroksida menjadi zink oksida, dengan temperatur 250 °C selama 2 jam.
Melalui perbandingan hasil XRD terhadap data satandar PDF (kartu JCPDS, Powder Digiacliun File) didapatkan bahwa fasa yang terbentuk adalah zink oksida.
Zink oksida yang dihasilkan dari penelitian ini, memiliki tingkat kemunjan yang tinggi (95,0ll'7% untuk pengendapan selektif dan 93,66% untuk pengendapan bertingkat).
Dengan demikian, proses leaching H2304 dan pcnegndapan hidroksida ini cukup Iayak dijadikan sebagai metode altematif untuk menghasilkan zink oksida dari dross zink_"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Lioner
"Proses perilisan bahan baku di industri farmasi memiliki peranan penting dalam memastikan bahwa bahan baku yang digunakan dalam produksi obat telah memenuhi persyaratan kualitas sebelum digunakan. Apoteker bertanggung jawab untuk memastikan bahwa bahan baku memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh otoritas regulasi dan standar industri terkait. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memastikan bahwa natrium hidroksida memenuhi spesifikasi untuk dirilis dan menelaah proses perilisan bahan baku natrium hidroksida di PT. Kalbio Global Medika agar dapat digunakan dalam proses produksi. Hasil pengujian NaOH menunjukkan pemerian berupa pelet berwarna putih, larutan yang terbentuk jernih dan tidak berwarna, sangat mudah larut dalam air dan mudah larut dalam etanol 96%, pH NaOH ≥11, identifikasi sodium menunjukkan hasil positif, hasil penetapan kadar berada pada rentang 97,0 – 100,5%, dan hasil uji cemaran karbonat sesuai dengan spesifikasi yaitu ≤2,0%. Dari hasil yang sudah diperoleh, bahan baku Natrium Hidroksida dengan nomor GRN B/23/01/0018, beserta proses penanganan dan perilisan bahan baku tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yang tertera dalam European Pharmacopeia dan prosedur CPOB. Hasil pengujian diteruskan ke Supervisor dan Manager QC sebagai proses perilisan produk.

The raw material release process in the pharmaceutical industry plays a crucial role in ensuring that the raw materials used in drug production meet the quality requirements before use. Pharmacists are responsible for ensuring that the raw materials meet the quality standards set by regulatory authorities and relevant industry standards. The aim of this study is to ensure that sodium hydroxide meets the specifications for release and to evaluate the raw material release process at PT. Kalbio Global Medika for use in production. The testing results of NaOH indicate that it appears as white pellets, forms a clear and colorless solution, is highly soluble in water and ethanol 96%, has a pH of NaOH ≥11, shows positive identification for sodium, has a content determination within the range of 97.0 - 100.5%, and meets the specified carbonate impurity test limit of ≤2.0%. Based on the obtained results, the raw material sodium hydroxide with GRN number B/23/01/0018, along with the handling and release process of the raw material, complies with the specifications stated in the European Pharmacopoeia and CPOB procedures. The testing results are forwarded to the QC Supervisor and Manager as part of the product release process."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maulita Nabilla Putri
"Geopolimer merupakan material alternatif yang menarik untuk semen Portland dalam konstruksi modern dengan beberapa keunggulan seperti mengurangi jejak karbon, meningkatkan ketahanan terhadap api, dan bahkan memungkinkan penggunaan limbah industri sebagai prekursor yang dapat mendukung sustainability. Pada dasarnya, sifat mekanis dari geopolimer dapat ditingkatkan dengan mengatur komposisi bahan bakunya menyesuaikan kebutuhan aplikasinya. Dalam studi literatur ini, dilakukan peninjauan terhadap lima literatur utama yang masuk ke kriteria inklusi pemilihan literatur berupa penggunaan prekursor Fly Ash Kelas C, alkali aktivator berupa Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Silikat (Na2SiO3) serta diberikannya perlakuan curing berupa suhu ruang dan waktu yang beragam, serta digunakannya bahan baku tambahan yang beragam. Studi literatur ini berfokus kepada sifat mekanis berupa nilai kuat tekan sehingga pengujian yang dilakukan pada setiap literatur yang terpilih dijelaskan data spesifik tentang nilai kuat tekan. Titik optimal dengan nilai kuat tekan geopolimer paling baik berada pada NaOH dengan Molaritas sebesar 8M sebesar 34.04 MPa dengan curing time selama 7 hari. Pada variasi Alkali Aktivator, penggunaan NaOH dan Na2SiO3 bersamaan sebagai alkali aktivator menghasilkan nilai kuat tekan yang lebih baik dibandingkan hanya NaOH saja. Variasi komposisi menunjukkan hasil bahwa PPF membantu geopolimer untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang baik dengan kadar paling optimal pada 0,25%. Kemudian pada penambahan Bottom Ash dibutuhkan kadar yang optimal untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang baik dalam penambahan BA karena beresiko meningkatkan porositas mortar geopolimer, yang mengurangi kerapatan dan nilai kuat tekan. Serta penambahan fine sand pasir dolomit dibandingkan dengan pencampuran dolomite mixture memberikan hasil nilai kuat tekan yang lebih baik karena didapatkan produk utama berupa X-Ray Amorphous Sodium yang mengandung Aluminosilicate Hydrogel atau bisa disebut sebagai N-A-S-H yang dapat mengikat partikel-partikel di dalam matriks sehingga meningkatkan kekuatan tekan.

Geopolymer is an alternative material to Portland cement in modern construction with several advantages such as reducing the carbon footprint, increasing fire resistance, and even enabling the use of industrial waste as precursor that can support sustainability. Basically, the mechanical properties of geopolymers can be improved by adjusting the composition of the raw material to suit the application needs. In this literature study, a review of five main pieces of literature was carried out which were included in the inclusion criteria for literature selection in the form of the use of Class C Fly Ash precursors, Sodium Hydroxide (NaOH) and Sodium Silicate (Na2SiO3) as alkali activator, as well as providing curing treatment in the form of room temperature and various time, as well as the use of various additional raw materials. This literature study focuses on mechanical properties in the form of compressive strength values ​​so that the tests carried out in each selected literature explain specific data regarding compressive strength. The optimal point with the best geopolymer compressive strength is NaOH with a molarity of 8M of 34.04 MPa with a curing time of 7 days. In the Alkali Activator variation, the use of NaOH and Na2SiO3 together as alkali activator produces better compressive strength values ​​than NaOH alone. The variation in composition shows that Polypropylene Fibers helps geopolymer to obtain good compressive strength values ​​with the most optimal content at 0.25%. Then, when adding Bottom Ash, optimal levels are needed to get good compressive strength ​​when adding BA because it risks increasing the porosity of the geopolymer mortar, which reduces the density and compressive strength. The addition of fine dolomite sand compared to mixing dolomite mixture gives better compressive strength results because the main product of dolomite mixture is X-Ray Amorphous Sodium which contains Aluminosilicate Hydrogel or can be called N-A-S-H which can bind the particles in the matrix thereby increasing the strength.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Rafif Prasetyo
"Penelitian ini merupakan rangkaian dari proses pengolahan bijih nikel laterit hingga menjadi produk antara yakni mixed hydroxide precipitate (MHP) menggunakan proses hidrometalurgi. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi kandungan pengotor utama besi dan pengotor lainnya serta meningkatkan efisiensi kandungan elemen berharga seperti nikel dan kobalt. Sampel awal yang digunakan pada penelitian ini berbentuk pregnant leach solution (PLS). Selanjutnya, PLS akan dilakukan proses multistage iron removal dengan menggunakan kalsium karbonat (CaCO3) dengan kadar 25% w/w, 15% w/w, dan 12,5% w/w pada masing-masing tahap. Kemudian sampel dipanaskan pada temperatur 90oC selama 2, 1,5, dan 1 jam pada setiap tahap. Kemudian, penelitian dilanjutkan dengan melakukan presipitasi MHP pada sampel yang telah melewati multistage iron removal. Proses presipitasi MHP dilakukan dengan menggunakan reagen natrium hidroksida (NaOH) dengan konsentrasi 2,5M. Presipitasi dilakukan hingga mencapai pH 9 lalu dilanjutkan dengan pemanasan pada temperatur 90oC selama 1 jam. Pada penelitian ini, ditemukan beberapa faktor yang menyebabkan tidak meningkatnya kadar nikel secara signifikan sehingga belum terbentuk produk yang diinginkan. Faktor tersebut diantaranya kadar pengotor lain seperti sulfur dan mangan yang masih cukup tinggi, ageing time yang terlalu lama, kecepatan titrasi yang terlalu tinggi, dan tingkat kejenuhan sampel yang tinggi. Hasil dari proses multistage iron removal menunjukkan bahwa terjadi pengurangan kandungan besi hingga 92% melalui pengujian ICP OES. Sementara itu, pada proses presipitasi MHP dihasilkan nikel dengan kandungan mencapai 18,83%.

This research is a series of processing of lateritic nickel ore to become an intermediate product, namely mixed hydroxide precipitate (MHP) using a hydrometallurgical process. This research aims to reduce the content of the main impurities iron and other impurities and increase the efficiency of the content of valuable elements such as nickel and cobalt. The initial sample used in this study was in the form of pregnant leach solution (PLS). Furthermore, PLS will be carried out a multistage iron removal process using calcium carbonate (CaCO3) with levels of 25% w/w, 15% w/w, and 12.5% w/w at each stage. Then the samples were heated at 90oC for 2, 1.5, and 1 hour at each stage. Then, the research was continued by conducting MHP precipitation on samples that had undergone multistage iron removal. The MHP precipitation process was carried out using sodium hydroxide (NaOH) reagent with a concentration of 2.5M. Precipitation was carried out until it reached pH 9 and then followed by heating at 90oC for 1 hour. In this study, several factors were found that caused the nickel content not to increase significantly so that the desired product had not been formed. These factors include the levels of other impurities such as sulfur and manganese which are still quite high, the aging time is too long, the titration speed is too high, and the sample saturation level is high. The results of the multistage iron removal process show that there is a reduction in the iron content of up to 92% through the ICP OES test. Meanwhile, the MHP precipitation process produces nickel with a content of up to 18.83%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pongtuluran, Bill Marneo
"Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap proses. Pada proses tahap pertama, sampel slag feronikel dicampur aditif Na2CO3, digiling, dikompaksi, dan dibakar sebagai proses benefisiasi sampel untuk melihat perubahan senyawa dan kadarnya yang kemudian dibandingkan dengan slag awal. Variabel yang digunakan adalah 80 % slag : 20 % aditif, digilling dalam ball mill selama 1 jam, dikompaksi dengan beban 3 ton, dan dibakar dalam temperatur 1100°C. Dalam kondisi ini, ditemukan perubahan kadar elemen pada karbon, oksigen, dan natrium. Pada proses tahap kedua, pelindian sampel slag feronikel hasil proses benefisiasi menggunakan natrium hidroksida dilakukan dan pengaruh variabel bebas, yaitu konsentrasi agen pelindi NaOH dan waktu pelindian. Lalu, variabel tetap meliputi kecepatan pengadukan, temperatur pelindian, dan rasio solid/liquid. Hasil dari proses tahap kedua diuji dengan karakterisasi XRD dan SEM-EDS untuk sampel residu, dan ICP-OES untuk sampel filtrat. Pada penelitian kali ini, kondisi optimal ditemukan pada konsentrasi NaOH 6 M, waktu pelindian 6 jam untuk mendapat % recovery Nikel tertinggi.

This study was investigated in two stages of the process. In the first stage of the process, ferronickel slag samples were mixed with additive Na2CO3, milled, compacted, and roasted as a beneficiation process for samples to see changes in their compounds and contents which are then compared to the initial slag. The variables used are 80% slag: 20% additives, grounded in a ball mill for 1 hour, compacted with a load of 3 tons, and roasted at 1100°C. Under these conditions, changes in elemental contents in carbon, oxygen, and sodium were found. In the second stage of the process, leaching of ferronickel slag samples from the beneficiation process using sodium hydroxide was held and effect of independent variables: concentration of NaOH as leaching agent and leaching time. Then, fixed variables include stirring speed, leaching temperature, and solid / liquid ratio. The results of the second stage of the process were tested by XRD and SEM-EDS for residual samples, and ICP-OES for filtrate samples. From this research, optimal condition was found at 6 M NaOH concentration and 6 hour leaching time to get the highest % recovery of Nickel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Rafaeldi Harlin
"Terak nikel merupakan salah satu hasil pengolahan serta peleburan bijih nikel. Di Indonesia sendiri, dibutuhkan adanya pemanfaatan lebih lanjut terhadap pengolahan unsur berharga didalamnya. Kandungan lain yang terdapat didalam terak nikel yaitu fayalite (Fe2SiO4) dimana kandungan unsur nikel dan tembaga tersebar secara merata pada matriks besi silika ini yang kemudian menyulitkan proses peningkatan kadar nikel dan tembaga. Adanya penambahan aditif natrium hidroksida(NaOH) berguna sebagai pengikat silika dapat menjadi metode alternatif untuk meningkatkan kadar unsur nikel dan tembaga pada terak nikel. Pada penelitian ini dilakukan pirometalurgi menggunakan batu bara sebagai reduktor pada temperatur operasi 800°C, 900°C dan 1000°C dan rasio antara terak nikel dengan aditif sebesar 1:1, 1:2, dan 2:1.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa dengan adanya peningkatan temperatur tanpa penambahan aditif masih terdapar silika dalam bentuk Fe-rich Forsterite (FeMgSiO4) serta Olivine (NiMgSiO4). Sedangkan dengan adanya penambahan aditif baik pada perbedaan temperatur maupun rasio terlihat bahwa adanya pembentukan fasa Sodium Magnesiosilicate (Na2MgSiO4), Magnesium Oksida (MgO) serta Wustite (FeO) yang membuktikan terikatnya silika dan telah membebaskan besi yang membantu memudahkan proses peningkatan kadar nikel dan tembaga.

Nickel slag is one of the output from nickel ore smelting. In Indonesia itself, further utilization of valuable elements in it is needed to be processed. Nickel slag also has Fayalite (Fe2SiO4) content where nickel and copper are spread evenly on the iron matrix silica which then complicate the process of increasing nickel and copper content. The addition of Sodium Carbonate (Naoh) is used as a silica binder and as an alternative way to increase nickel and copper content. In this research, pyrometallurgy is done by coal as a reductor in 800°C, 900°C and 1000°C operating temperature and ratio between nickel slag and additive equal to 1:1, 1:2, and 2:1.
Based on this study, it is obtained that with the increasing of temperature without additive, there is still found the presence of silica in a form of Fe-rich Forsterite (FeMgSiO4) and Olivine (NiMgSiO4). Whereas with the presence of additive in slag nickel pyrometallurgy with a different temperature and ratio, it is seen that there is a phase formation of Sdoium Magnesiosilicate (Na2MgSiO4), Magnesium Oxide (MgO) and Wustite (FeO) which proved the binding of silica and has liberate iron that helps the process of increasing nickel and copper content.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library