Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Dariana
Abstrak :
Pabrik sepatu merupakan suatu industri pengolahan yang pekerjanya hampir seluruhnya wanita dimana pekerja di bagian stitching athletic bekerja dengan kepala menunduk menghadap mesin kerja. Pada saat kepala maju kedepan diperlukan kekuatan untuk keseimbangan kepala dan bila ini berlangsung lama akan timbul kelelahan otot yang berakibat nyeri. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri tengkuk. Disain penelitian adalah penelitian potong lintang dengan jumlah sample 251 yang diambil secara random sampling. Data penelitian didapat dari data medical check up, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan nyeri tekan pada daerah sub occipital, tes kompresi menurut Lhermittet, dan pengukuran-pengukuran antara lain pengukuran sudut fleksi leher menggunakan flexible curve, antopometri, tinggi meja dan penerangan. Hasil penelitian: Didapatkan prevalensi nyeri tengkuk sebesar 55.4%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri tengkuk adalah umur (p = 0.006) dan fleksi leher (p = 0.000). Faktor yang paling berperan adalah fleksi leher (p = 0.000. OR - 4.58). Kesimpulan: Dari penelitian ini secara statistik terbukti bahwa fleksi leher berhubungan dengan timbulnya nyeri tengkuk dimana pada fleksi ≥ 20° mempunyai risiko 4.58 kali lebih besar dari pada fleksi < 20°. Perlu adanya penyuluhan atau pelatihan bagi pekerja tentang cara kerja yang ergonomis dan gerakan-gerakan senam ringan untuk mengurangi keluhan nyeri tengkuk. Oleh karena itu untuk mencegah dan mengurangi prevalensi nyeri tengkuk perlu pemahaman dan kerjasama yang baik dari manajemen, pekerja, perawat dan dokter perusahaan serta instansi terkait. Relation between Neck Flexion and Neck Pain in Woman Workers of Stitching Athletic Division, Shoe Factory in Tangerang The shoe factory is a manufactory industry where most workers are women. The workers from stitching athletic division usually work with bowing forward. If the head is bent forward muscle strength is needed to maintain the position. In long period this condition leads to muscle fatigue including neck pain. Based on above situation, the research is carried out to assess the prevalence and factors influencing neck pain. Design research is cross sectional study with amount of 251 samples and randomly selected. The research data are compiled from medical check-up, anamnesis, physical examination, pain pressure examination on sub occipital area , compression test according Lhermitte and other measurements, such as : angle measurement of neck flexion using flexible curve, anthropometry, high' of table and lighting. Result: Prevalence of neck pain 55.4%. The neck pain is associated with age (p = 0.006) and neck flexion (p=0.000). The neck flexion is a main factor to deal with the neck pain. Conclusion: The research shows that neck pain is statistically associated with neck flexion where neck flexion > 20° has 4.58 greater risks than neck flexion ≤ 20°. Training and counseling on ergonomics of work ethic and light relaxation are needed by the workers in order to reduce neck pain. Awareness and collaboration among management, workers, nurses, company doctors and integrated sector is essential aspect to prevent and minimize prevalence of neck pain of employees.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchammad Arief Gunawan
Abstrak :
Latar Belakang : Gangguan otot merupakan penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi di duni, dari data World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat gangguan otot rangka mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja, di Indonesia menurut data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2005 sebanyak 40,5% pekerja di Indonesia mempunyai keluhan nyeri otot. Pada pabrik pengolahan ikan PT X telah dilakukan survey awal pada 64 responen dan didapatkan 48% dari responden mengeluh nyeri tengkuk. Salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan melakukan peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peregangan terhadap penurunan dari nyeri tengkuk tersebut. Metode : Studi analitik dengan desain Pre-Post Test. Membandingakan nilai nyeri dengan bantuan Visual Analog Scale (VAS) sebelum dilakukan peregangan dengan sesudah dilakukan peregangan sebanyak dua kali dalam sehari pada 5 hari dalam satu minggu dengan waktu penelitian selama 2 minggu. Hasil : Didapatkanya nilai prevalensi nyeri tengkuk sebanyak 78.3% serta terdapat perbedaan bermakna dari nilai nyeri sebelum dilakukan peregangan ( VAS = 5 (3-6)) dengan nilai nyeri setelah dilakukan peregangan ( VAS = 2 (0-3)), tidak terdapat perubahan yang bermakan terhadap faktor individu baik umur, status gizi, pendidikan, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok dan faktor masa kerja. Kesimpulan : Peregangan dapat menurunkan nilai nyeri tengkuk yang diukur berdasarkan Visual Analog Scale (VAS) dengan peregangan sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari dalam 1 minggu selama 2 minggu.
Background: Muscle disorders are the most common occupational diseases in the world, from World Health Organization (WHO) data in 2003 there was musculoskeletal disorder reaching 60% of all occupational diseases, in Indonesia according to data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2005 as many as 40.5% of workers in Indonesia have complaints of muscle pain. In PT X fish processing factory has been conducted initial survey on 64 respondents and found 48% of the respondents complained of neck pain. One way to reduce pain is to doing a stretching. This study aims to see the effect of stretching on the decrease of the neck pain. Methods: Analytic studies with Pre-Post Test design. Analyze the value of pain with the help of Visual Analog Scale (VAS) before stretching compare to after stretching twice a day for 5 days in a week with a 2-week research period. Result: The prevalence value of cervical pain was 78.3% and there was significant difference of pain value before stretching (VAS = 5 (3-6)) with pain value after stretching (VAS = 2 (0-3)), no change which are related to individual factors in terms of age, nutritional status, education, exercise habits, smoking habits and work-time factors. Conclusion: By stretching 2 times daily for 5 days in 1 week for 2 weeks can decrease the value of neck pain measured by Visual Analog Scale (VAS).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Dwi Astuti
Abstrak :
Latar Belakang Pekerja emping bekerja dengan postur menunduk selama waktu kerja yang dapat menyebabkan nyeri tengkuk. Untuk merencanakan tempat kerja yang ergonomis diperlukan ukuran tinggi meja dan kursi yang sesuai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kesesuaian tinggi meja dan kursi dengan tinggi siku duduk serta poplitea terhadap penurunan skala nyeri tengkuk. Metode Penelitian menggunakan desain eksperimen one group pre-post. Skala nyeri tengkuk diukur meggunakan Visual Analog Scale. Intervensi yang dilakukan adalah penyesuaian tinggi meja dan kursi dengan tinggi siku duduk serta poplitea selama 14 hari. Kemudian dilakukan uji T berpasangan untuk rerata beda skala nyeri tengkuk pre dan post intervensi. Terhadap variabel bebas dilakukan uji bivariat terhadap perubahan skala nyeri tengkuk yang dilanjutkan uji multivariat. Hasil Besar sampel penelitian 31 orang dan didapatkan prevalensi nyeri tengkuk sebelum intervensi 82%. Hipotesis terbukti yakni terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata skala nyeri tengkuk sebelum dibandingkan sesudah penyesuaian meja dan kursi kerja selama 14 hari dengan nilai p=0,000, 95%CI=3,35-4,13. Kesimpulan Kesesuaian tinggi meja dan kursi kerja dengan tinggi siku duduk serta poplitea mempunyai hubungan yang bermakna terhadap penurunan skala nyeri tengkuk dengan masa intervensi selama empat belas hari. ......Background: Emping chips labors work in bent body posture may cause neck pain. Designing ergonomically workplace require compatible table and chair height. The objective of this research to understand the effect of table and chair heightadjustment with elbow sitting height and popliteal against changing scale of neck pain. Research Methodology: The research used experimental design with one group pre-post method. Neck pain scale was measured with Visual Analog Scale. Purposely intervention was adjustment in table and chair height with elbow sitting height and popliteal within 14 (fourteen) days observation. Subsequently, paired T-test was performed to measure mean difference between pre and post intervention against neck pain scale. Uncontrolled variable was examined with bivariate testing toward changing scale of neck pain that continued with multivariate testing. Result: Subject of the study were 31 employees, and the prevalence neck pain before intervention was 82%. Statistically proven that there was significant difference of mean scale of neck pain between pre and post intervention in adjustment of table and chair height during 14 (fourteen) days observation with p-value = 0.000 and 95% CI= 3.35 - 4.13. Conclusion: There was significant effect of table and chair height adjustment with elbow sitting height and popliteal against reduction of neck pain scale during 14 (fourteen) days observation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqua Da Mongga
Abstrak :
Kebanyakan dari pekerjaan-pekerjaan yang melakukan aktivitas dalam keadaan duduk dapat terpapar pada tingkat waktu menetap yang tinggi, salah satunya adalah pada pekerja di kantor pengguna komputer atau laptop. Penggunaan dan pemakaian komputer tau laptop dalam kurun waktu cukup lama dapat meningkatkan risiko keluhan gangguan pada muskuloskeletal, terkhusus pada bagian punggung bawah dan leher. Untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi keluhan low back pain dan neck pain pada pekerja kantoran pengguna komputer dilakukan penelitian studi dengan menggunakan data primer tahun 2020. Penelitian melibatkan 55 pekerja PT X di daerah Jakarta Timur. Ditemukan pekerja yang memiliki keluhan gangguan low back pain sebesar 41.8% dan pekerja yang memiliki keluhan pada gangguan neck pain sebesar 50.9%. Pada analisis hubungan faktor risiko pekerjaan dengan keluhan gangguan low back pain yang menggunakan chi-square didapatkan bahwa antara faktor risiko pekerjaan dan psikososial memiliki hubungan signifikan dengan keluhan gangguan low back pain yaitu kerja otot statis (p-value=0.03), tuntutan kerja (p-value=0.00), dukungan sosial (p-value=0.00), dan stres kerja (p-value=0.00). Kemudian pada analisis hubungan faktor risiko pekerjaan dengan keluhan gangguan neck pain yang menggunakan chi-square didapatkan bahwa antara faktor risiko pekerjaan dan psikososial memiliki hubungan signifikan dengan keluhan gangguan low back pain yaitu durasi penggunaan komputer.laptop (p-value=0.01), kerja otot statis (p-value=0.01), tuntutan kerja (p-value=0.02), dukungan sosial (p-value=0.04), dan stres kerja (p-value=0.01). Kata kunci: low back pain; neck pain; pengguna komputer; pekerja kantor.
Most of the tasks with prolonged sitting can be exposed to high levels of sedentary behavior, one of which is computer or laptop user workers in the office. A long period time of computer or laptop use can increase the risk of musculoskeletal disorders complaints, especially in the lower back and neck. To look at the factors that influence complaints of low back pain and neck pain in office workers, a cross-sectional study using 2020 primary data. The study involved 55 PT X workers in East Jakarta. There were 41.8% workers who had low back pain complaints and 50.9% workers who had neck pain complaints. The result of chi-square analysis indicated that there were significant relationship between physical and psychosocial risk factors with low back pain complaints, those are static muscle work (p-value = 0.03), work demands ( p-value = 0.00), social support (p-value = 0.00), and work stress (p-value = 0.00). Then, the result of chi-square analysis indicated that there were significant relationship between physical and psychosocial risk factors with neck pain complaints, those are duration of computer use (p-value = 0.01), work static muscle (p-value = 0.01), work demands (p-value = 0.02), social support (p-value = 0.04), and work stress (p-value = 0.01).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhtar Ali Mukti
Abstrak :
Latar Belakang: Penderita obesitas sering mengalami nyeri leher akibat sindroma nyeri miofasial leher. Dry needling merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengatasi sindroma nyeri miofasial. Tujuan: Untuk menilai efektivitas dry needling dikombinasi dengan terapi latihan terhadap nyeri (NRS), lingkup gerak sendi (LGS) leher, dan sudut kraniovertebra (CVA) pada penderita obesitas dengan sindroma nyeri miofasial leher. Metode: Studi ini merupakan single-blind randomized controlled trial. Partisipan berusia 18-59 tahun dengan nyeri leher > 3 bulan yang disebabkan oleh sindroma nyeri miofasial di regio leher. Pasien dirandomisasi menjadi kelompok dry needling (n=16 subjek) dan kelompok kontrol (n=16 subjek). Kelompok dry needling mendapatkan terapi dry needling 1x/minggu selama 4 minggu serta mendapatkan terapi latihan 3x/minggu selama 4 minggu. Kelompok kontrol mendapatkan terapi latihan saja 3x/minggu selama 4 minggu. Hasil: Partisipan berusia rata-rata 41,4±11,2 tahun. Kedua kelompok mengalami perbaikan yang signifikan pada NRS, LGS leher, dan CVA antara penilaian sebelum terapi dengan evaluasi minggu ke-4 (p<0,05). Kelompok dry needling mengalami perbaikan NRS, LGS ekstensi leher, dan CVA yang lebih bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05) pada evaluasi minggu ke-4. Kesimpulan: Terapi dry needling dikombinasi latihan maupun terapi latihan saja efektif dalam memperbaiki NRS, LGS leher, dan CVA pada penderita obesitas dengan sindroma nyeri miofasial leher. Namun, terapi dry needling dikombinasi latihan lebih unggul daripada terapi latihan saja. ......Background: Obese patients often experience neck pain due to cervical myofascial pain syndrome. Dry needling is one of method to treat myofascial pain syndrome. Objective: To assess the effectiveness of dry needling combined with exercise therapy on pain (NRS), cervical range of motion (ROM), and craniovertebral angle (CVA) in obese patients with cervical myofascial pain syndrome. Methods: This study was a single-blind randomized controlled trial. Participants aged 18-59 years with neck pain > 3 months caused by myofascial pain syndrome in the neck region. Patients were randomized into the dry needling group (n=16 subjects) and the control group (n=16 subjects). The dry needling group received dry needling therapy once a week for 4 weeks and exercise therapy three times a week for 4 weeks. The control group received exercise therapy only three times a week for 4 weeks. Results: Participants had an average age of 41.4±11.2 years. Both groups experienced significant improvement in NRS, cervical ROM, and CVA between the pre-treatment assessment and the fourth week evaluation (p<0.05). The dry needling group experienced more significant improvements in NRS, cervical extension ROM, and CVA compared to the control group at the fourth week evaluation (p<0.05). Conclusion: Dry needling combined with exercise or exercise therapy alone is effective in improving NRS, cervical ROM, and CVA in obese patients with cervical myofascial pain syndrome. However, dry needling combine with exercise therapy is superior to exercise therapy alone.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Triandana Budi Wisesa
Abstrak :
Latar Belakang: Operator crane merupakan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi mengalami gangguan muskuloskeletal. Studi epidemiologi yang dilakukan oleh Kuswaha et al menunjukkan bahwa dari 90% operator crane, 63% mengalami nyeri leher.1 Operator crane melakukan sebagian besar aktivitas kerja mereka dengan postur tubuh yang janggal pada leher, bahu dan punggung. Prevalensi nyeri leher yang tinggi dikaitkan dengan derajat fleksi leher yang tinggi serta postur statis dan janggal saat duduk. Postur membungkuk yang terus menerus dapat menyebabkan ketegangan dan tekanan pada jaringan lunak di sekitar tulang belakang. 2 Bekerja mengoperasikan crane dalam posisi duduk statis dan membungkuk ke bawah dan dalam waktu yang lama merupakan bagian dari tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diubah secara teknis, sehingga perlu dilakukan kontrol, salah satunya dengan program peregangan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah peregangan yang dilakukan dalam waktu dua minggu (lebih singkat dari studi referensi) mampu menurunkan nilai VAS nyeri leher pada operator crane, serta untuk mengetahui berapa nilai penurunan VAS tersebut. pengukuran sebelum peregangan dan setelah peregangan. Metode: Studi analitik dengan desain within group experiment with repeated measurement. Dilakukan terhadap 25 orang responden yang dipilih secara consecutive sampling dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Penelitian dilakukan dengan pemberian edukasi gerakan peregangan yang dilakukan dalam durasi sekitar lima menit, dilakukan dua kali dalam sehari yaitu sebelum dan setelah bekerja, dilakukan lima hari dalam satu minggu, selama dua minggu. Kemudian dilakukan pengukuran nilai Visual Analog Scale (VAS) sebelum dilakukan peregangan dengan sesudah dilakukan 5 hari peregangan dan 10 hari peregangan. Hasil: Didapatkanya nilai prevalensi nyeri tengkuk sebanyak 39,6% serta terdapat penurunan signifikan dari nilai nyeri sebelum dilakukan peregangan (VAS = 5 (3-7)) dengan nilai nyeri setelah dilakukan peregangan (VAS = 3 (1-5)) dengan nilai p<0,01 dari uji wilcoxon. Tidak didapatkannya perubahan yang bermakna terhadap faktor individu yang dinilai, baik berdasarkan variabel umur, status gizi, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok. Kesimpulan: Peregangan otot dapat menurunkan nilai nyeri tengkuk leher pada subjek penelitian operator crane, yang diukur berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) dengan intervensi peregangan dilakukan  selama 2 minggu.       ......Background: Working to operate a crane in a sitting position for a long time with the back and neck bent is considered to be associated with an increased risk of neck and back pain disorders in crane operators, and is part of the job demands that cannot be changed technically. It is necessary to control the incidence of neck pain in crane operators, one of which is by stretching. The purpose of this study was to prove whether stretching that was carried out within two weeks (shorter than the reference study) was able to reduce the VAS value in neck pain in crane operators. Methods: This study used an analytical study in the form of within group experiment with repeated measurement design. This research was conducted at the X container terminal located in North Sumatra, carried out when there were still social restrictions on the Covid-19 pandemic in October 2020. This study involved 25 respondents, who were obtained through consecutive sampling. Interventions were carried out by providing education for the McKenzie stretching movements which were about five minutes duration, twice a day, before and after work, for five days a week, in two weeks. Then the Visual Analog Scale (VAS) value was measured before stretching, 5 days of stretching and 10 days of stretching. The stretching and VAS measurement activities were monitored by the company doctor as well as the research team whose perceptions were matched. Results: The prevalence value of neck pain was 39,6% and there was a statistically significant decrease in VAS levels from VAS = 5 (3-7) before stretching to VAS = 3 (1-5) after stretching for 2 weeks with p values 0.000. There were no significant changes in individual factors that could potentially be confounding factors, such as age, nutritional status, exercise habits, and smoking habits during the experiment. Conclusion: Muscle stretching can reduce the value of neck pain in crane operator research subjects, which was measured based on the Visual Analog Scale (VAS) with stretching interventions carried out for 2 weeks.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Iryana
Abstrak :
Latar Belakang. Nyeri tengkuk merupakan keluhan yang sangat umum, dimana 70% populasi pekerja pernah mengalami nyeri tengkuk.Para pekerja penjahit yang bekerja dengan posisi duduk menunduk banyak yang mengeluhkan nyeri tengkuk.Untuk mengatasi keluhan nyeri tengkukkarena kekakuanotot salah satunya dapat dengan menggunakan latihan peregangan. Tujuan. Menilai pengaruh latihan peregangan dan penyuluhanterhadap berkurangnya keluhan nyeri tengkuk dibandingkan pemberian penyuluhan saja pada pekerja penjahit diUsaha Mikro, Kecil, danMenengah (UMKM) pembuatan boneka di Bogor. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian uji non randomized control trial yang dilakukan dengan intervensi latihan peregangan dan penyuluhan. Pengumpulan data meliputi wawancara, pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan spesifik tengkuk serta pemeriksaan intensitas nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS). Hasil. Dari 42 subyek penelitian yang terdiri dari 21 subyek pada kelompok kontrol yang mendapatkan penyuluhan saja dan 21 subyek pada kelompok intervensi dengan latihan peregangan dan penyuluhan didapatkan hasil ada perbedaan bermaknapada nilai VAS setelah intervensi. Penurunan nilai VAS pada kelompok intervensi yang lebih besardengan rerata 1,904 + 1,578 di bandingkan dengan kelompok kontrol 0,476 + 1,986. Pada perbedaan nilai VAS pagi sebelum bekerja, nilai VAS siang pada waktu istirahat dan Nilai VAS sore setelah bekerja ada perbedaan bermakna. Pada analisis multivariat pengaruh intervensi dan masa kerja mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penurunan nilai VAS. Kesimpulan. Latihan peregangan otot yang dilakukan selama 5-10 menit sebanyak 3 kali sehari selama 2 minggu dan secara teratur dapat mengurangi intensitas nyeri tengkuk.
Background : Neck pain is a very common complaint, where 70% of the working population had experienced neck pain. Seamstresses who work in a bow sitting position have the most complain of neck pain.To reliefthe neck pain problemdue to muscle tightness the option of stretching exercises can be used. Purpose: To assess the effectiveness of stretching exercises witheducation to the reduction of neck pain complaints, compared with educationonly among seamstresses at Small, Medium Enteprise (SME)dolls in Bogor. Methods : This study is a non-randomized control trial involving stretching exercises and education interventions. Data collection includes interviews, questionnaires, physical examination, specific inspection of neck and examination of neck pain intensity using Visual Analog Scale (VAS). Results : Of the 42 study subjects consisting of 21 subjects in the control group who received education only and 21 subjects in the group intervention with stretching exercises and education showedthere is a significant difference in VAS score after intervention. Decreasing VAS value in the intervention group were greater with average value 1,904+1,578 compare with control group 0,476+1,986. On the difference in VAS morning before work, during the VAS value at rest and VAS Value evening after working there were significant differences. In the multivariate analysis the influence of the working groups and a has a significant influence onthe VAS value. Conclusion : Stretching exercices are done for 5-10 minute of three time a day for 2 weeks regularly can reduce neck pain intensiti.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library