Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Nadya Religiane Aretha
"
ABSTRAKSalah satu komplikasi kronis pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 adalah disfungsi ginjal yang dikenal sebagai nefropati diabetik. Stres oksidatif yang disebabkan oleh kondisi hiperglikemia berperan dalam kerusakan fungsi ginjal pada pasien diabetes mellitus. Hidrogen peroksida urin adalah salah satu penanda stres oksidatif yang sedang diselidiki karena perannya sebagai penanda kerusakan ginjal. Selain itu, salah satu penanda yang telah distandarisasi sebagai pendeteksi kerusakan ginjal adalah estimasi laju filtrasi glomerulus (eGFR). Penelitian ini bertujuan untuk mencari penanda awal nefropati diabetik dengan membandingkan kadar hidrogen peroksida urin pada kelompok pasien dengan diabetes mellitus dengan eGFR ≥90 dan 60-89 ml / min / 1,73 m2 dan untuk melihat perbandingan kemih. kadar hidrogen peroksida pada kedua kelompok dengan status albuminuria. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi cross sectional dan teknik purposive sampling dengan sampel 196 subjek yang diambil dari Dr. Sitanala Tangerang dan Puskesmas Pasar Minggu. Nilai eGFR diperoleh dari persamaan CKD-EPI dan tingkat hidrogen peroksida diperoleh dari pengukuran menggunakan metode Ferrous ion Oxidation Xylenol Orange (FOX-1) yang dinormalisasi dengan kreatinin urin. Tingkat rata-rata hidrogen peroksida urin dalam eGFR ≥90 ml / min / 1,73 m2 adalah 25,40 ± 1,81 μmol / mg kreatinin dan dalam eGFR 60-89 ml / min / 1,73 m2 adalah 16,27 μmol / mg kreatinin. Hasil tingkat hidrogen peroksida yang berbeda pada kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0,946). Hasil hidrogen peroksida yang berbeda pada kedua kelompok dengan status albuminuria menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0,002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidrogen peroksida urin tidak dapat digunakan sebagai penanda nefropati diabetik awal.
ABSTRACTOne chronic complication in patients with type 2 diabetes mellitus is kidney dysfunction known as diabetic nephropathy. Oxidative stress caused by the condition of hyperglycemia plays a role in impairing kidney function in patients with diabetes mellitus. Urine hydrogen peroxide is a marker of oxidative stress that is being investigated for its role as a marker of kidney damage. In addition, one of the markers that has been standardized to detect kidney damage is the estimated glomerular filtration rate (eGFR). This study aims to look for early markers of diabetic nephropathy by comparing urine hydrogen peroxide levels in a group of patients with diabetes mellitus with eGFR ≥90 and 60-89 ml / min / 1.73 m2 and to look at urinary comparisons. hydrogen peroxide levels in both groups with albuminuria status. This research was conducted using a cross sectional study and purposive sampling technique with a sample of 196 subjects taken from Dr. Sitanala Tangerang and Pasar Minggu Health Center. The eGFR value was obtained from the CKD-EPI equation and the hydrogen peroxide level was obtained from measurements using the Ferrous ion Oxidation Xylenol Orange (FOX-1) method which was normalized with urine creatinine. The average level of urine hydrogen peroxide in eGFR ≥90 ml / min / 1.73 m2 was 25.40 ± 1.81 μmol / mg creatinine and in eGFR 60-89 ml / min / 1.73 m2 was 16.27 μmol / mg creatinine. The results of the different levels of hydrogen peroxide in the two groups did not show a significant difference (p = 0.946). Different hydrogen peroxide results in the two groups with albuminuria status showed a significant difference (p = 0.002). The results showed that urine hydrogen peroxide could not be used as a marker of early diabetic nephropathy."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fatmawati Fadlin
"Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia dapat menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi pada diabetes melitus, salah satunya adalah nefropati diabetik. Pendeteksian nefropati diabetik dapat dilakukan dengan menghitung nilai eLFG maupun UACR. Di sisi lain, senyawa 8-iso-Prostaglandin F2? yang merupakan salah satu biomarker stres oksidatif sedang diteliti sebagai penanda awal gangguan fungsi ginjal.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kadar 8-iso-Prostaglandin F2? dengan bertambahnya durasi DM tipe 2 dan korelasinya dengan nilai eLFG. Subjek penelitian terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok pasien DM tipe 2 n = 48 dan kelompok subjek non DM n = 13 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Kadar 8-iso-Prostaglandin F2? diukur dengan menggunakan ELISA dan nilai eLFG dihitung menggunakan persamaan CKD-EPI.
Hasil uji beda rerata menunjukkan terdapat perbedaan kadar 8-iso-Prostaglandin F2? p = 0,010 tetapi tidak terdapat perbedaan nilai eLFG p = 0,610 pada pasien DM tipe 2 tahun 2016-2017. Hubungan antara kadar 8-iso-Prostaglandin F2? dengan eLFG berdasarkan persamaan CKD-EPI pada sampel DM tipe 2 r = 0,293; p = 0,043 . Sehingga diketahui bahwa terdapat hubungan positif bermakna antara kadar 8-iso-Prostaglandin F2? dengan nilai eLFG pada pasien DM tipe 2 tahun 2016-2017.
Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with characteristics of hyperglycemia. Hyperglycemia can lead to various complications in diabetes mellitus, one of them is diabetic nephropathy. Detection of diabetic nephropathy can be done by calculating both eLFG and UACR values. On the other hand, the 8 iso Prostaglandin F2 compound which is one of the oxidative stress biomarkers is being investigated as an early marker of impaired renal function. The objective of this study was to analyze the level of 8 iso Prostaglandin F2 with increasing duration on T2DM patients and its correlation with eGFR. Samples were divided into two groups, which was T2DM patients n 48 and non DM subjects n 13 at Pasar Minggu Community Health Center. 8 iso Prostaglandin F2 concentrations were measured using ELISA and eGFR were calculated using CKD EPI equation. The result of mean different test showed there was difference of 8 iso Prostaglandin F2 concentration p 0,010 but there was no difference of eGFR value p 0,610 on T2DM patients in 2016 2017. The correlation between 8 iso Prostaglandin F2 and eGFR in T2DM samples r 0,293 p 0,043 . The results showed that there was a significant positive correlation between 8 iso Prostaglandin F2 concentration and eGFR CKD EPI equation on T2DM patients in 2016 2017."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68866
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Cintya Astari Dhaneswara
"NADP terbentuk sejalan dengan pembentukan radikal bebas anion superoksida O2 - yang dapat menyebabkan stres oksidatif dan berujung pada komplikasi ginjal yang disebut dengan nefropati diabetik pada pasien diabetes melitus tipe 2. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan radikal bebas O2 - adalah peningkatan angiotensin II pada ginjal dan dapat dihambat oleh penghambat sistem renin-angiotensin, yaitu inhibitor ACE dan ARB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan terapi inhibitor ACE dan ARB dalam mengatasi stres oksidatif yang diukur melalui kadar NADP serum dan dikorelasikan dengan nilai estimasi laju filtrasi glomerulus eLFG sebagai parameter yang sudah sering digunakan untuk menandakan perubahan fungsi ginjal. Kadar NADP serum diukur menggunakan uji NADP /NADPH dengan metode kolorimetri dan nilai eLFG dihitung menggunakan persamaan CKD-EPI. Penelitian ini dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok pasien diabetes melitus tipe 2, yaitu kelompok yang mendapat inhibitor ACE n = 11 dan kelompok yang mendapat ARB n = 25 . Rata-rata kadar NADP serum pada kelompok inhibitor ACE adalah 3,4576 pmol/ml dan pada kelompok ARB adalah 5,6240 pmol/ml p = 0,091, sedangkan nilai eLFG pada kelompok inhibitor ACE adalah 61,109 ml/menit/1,73 m2 dan pada kelompok ARB adalah 66,240 ml/menit/1,73 m2 p = 0,510. Korelasi antara kadar NADP serum dengan nilai eLFG r = -0,032; p = 0,851. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa inhibitor ACE dan ARB tidak berbeda signifikan dalam menurunkan kadar NADP serum dan mempertahankan fungsi ginjal, selain itu tidak terdapat korelasi signifikan antara kadar NADP serum dengan nilai eLFG pada kedua kelompok sampel.
NADP is formed in line with the formation of superoxide anion O2 free radical which can cause oxidative stress and lead to renal complications called diabetic nephropathy in type 2 diabetes mellitus. One of the factors that can increase O2 free radical is increased angiotensin II in the kidneys and can be inhibited by the inhibitor of the renin angiotensin system, ie ACE inhibitors and ARBs. This study aims to determine the comparison of ACE inhibitor and ARB therapy in overcoming oxidative stress measured through serum NADP levels and correlate them with estimated glomerular filtration rate eGFR as a parameter that has been frequently used to indicate changes in renal function. Serum NADP levels were measured using an NADP NADPH assay by colorimetric method and eGFR values were calculated using the CKD EPI equation. This research was conducted at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital and District Health Clinics Pasar Minggu. The subjects were divided into two groups of patients with type 2 diabetes mellitus, the group receiving ACE inhibitors n 11 and the group receiving ARBs n 25. The mean serum NADP level in the ACE inhibitor group was 3,4576 pmol ml and in the ARB group was 5,6240 pmol ml p 0,091, whereas the eGFR value in the ACE inhibitor group was 61,109 ml minute 1,73 m2 and in the ARB group was 66,240 ml minute 1,73 m2 p 0,510. The correlation between serum NADP levels and eGFR values r 0,032 p 0,851. The results showed that ACE inhibitors and ARBs did not differ significantly in reducing serum NADP levels and maintaining renal function, and there was no significant correlation between serum NADP levels and eGFR values in both groups."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library