Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisa Catur Wijayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Status kesehatan bayi merupakan salah satu indikator yang sensitif untuk menilai kesehatan masyarakat di suatu negara. Penilaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan melihat beberapa indikator yang tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal, yaitu 0-28 hari pertama kehidupan. Data SDKI menunjukkan angka kematian neonatal dari tahun 1993-1997 sebesar 25 menjadi 20 per 1.000 kelahiran pada tahun 1998-2002, dan kemudian pada tahun 2003-2007 Angka Kematian Neonatal (AKN) menjadi 19 per 1.000 kelahiran (BKKBN dkk, 1997, 2003, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah anak yang dilahirkan dengan kejadian kematian neonatal berdasarkan data SDKI Tahun 2007. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional menggunakan data SDKI Tahun 2007 dengan sampel sebanyak 15.273. analisis multivariat menggunakan Logistic Regression.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan jumlah anak yang dilahirkan terhadap kejadian kematian neonatal dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, jarak lahir, kunjungan ANC, tempat persalinan, riwayat operasi saesar dan jenis kelamin. Diketahui nilai POR sebesar 2,314 (95% CI : 1,122-4,7722) artinya ibu dengan jumlah anak yang dilahirkan 1 dan ≥ 4 memiliki risiko 2,314 kali untuk terjadinya kematian neonatal dibandingkan ibu yang memiliki jumlah anak yang dilahirkan 2-3 setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan, jarak lahir, kunjungan ANC, tempat persalinan, operasi saesar dan jenis kelamin.
ABSTRACT
Health status of infant is one sensitive indicator to assess the public health in a country. Public health status assessment can be done by looking at some indicators that reflected in the condition of morbidity, mortality and nutritional status. Public health in Indonesia is illustrated by infant mortality Rate (IMR), Child Mortality Rate (CMR) and Maternal Mortality Rate (MMR). Several studies have shown that more than 50% of infant deaths occur in the neonatal period, that is the first 0-28 days of life. IDHS data shows that neonatal mortality rate from year 1993-1997 is 25 to 20 per 1.000 live births in 1998-2002 and Neonatal Mortality Rate (NMR) is 19 per 1.000 births in 2003-2007 (BKKBN et al, 1997, 2003, 2007).

This study aims to know the relationship of parity with neonatal mortality events based on IDHS data 2007. This study is done by using cross-sectional design using and taking the IDHS data 2007 with the samples of 15.273. in analysis of multivariate, it uses Logistic Regression.

The results show that the relationship of parity with neonatal mortality events are influenced by education level, birth spacing, ANC visiting, childbirth place, caesar operating history and gender. The value of POR known that is 2,314 (95% CI: 1,122 to 4,7722), it means that mother and parity 1 and ≥ 4 who have 2,314 times the risks for the occurrence of neonatal death than mother who has parity 2- 3 after controlled by education level, birth spacing, ANC visiting, childbirth place, Caesar operating and gender.
2013
T35917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1999
618.920 1 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Haryanto
Abstrak :
Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Garut mencapat 54,8 per l000 kelahiran hidup pada tahun 2005 dan anglca ini masih jauh diatas AKB Provinsi Jawa Barat (44 per 2000 kelahiran hidup). Rendahnya status kesehatan neonatal di Kabupaten Garut dapat dilihat dari masih banyak ditemukan kasus kematian neonatal dalam tiga tahun temkhir. Tahun 2003 ditemukan ada sebanyak 272 kasus kematian neonatal, dan meningkat pada tahun 2005 menjadi 297 kasus. Penyebab tidak langsung dari kasus kematian neonatal ini adalah karena perilaku masyarakat yang belum mendukung dalam penanganan bayi baru lahir secara adekuat. Tujuan pcnelitlan ini adalah diketahuinya determinan praktek ibu dalam perawatan neonatal di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Survei Data Dasar Kesehatan Bayi Baru Lahir Esensial di Kabupaten Gantt Provinsi Jawa Barat Tahun 2007. Metode penelitian yang digunakan adalah Cross sectional, dengan populasi adalah ibu yang mempunyai bayi berumur 1-ll bulan yang tinggal menetap di 10 kccamatan di Kabupaten Garut. Sampel berjumlah 577 ot-ang, diambil menggunakan vmetode cluster probability proportionate size. Hasil penelitian memmjukkan dari 577 ibu, baru 48,5% yang melakukan praktek pcrawatan neonatal baik. Pengetahuan ibu lentang pemwatan neonatal berhubungan dengan praktek ibu dalam perawatan neonatal, dimana ibu bcrpengetahuan baik bepeluang 2,2 kali melakukan praktek perawatan neonatal secara baik dibanding dengan ibu yang berpengetahuan tidak baik, setelah dikontrol penyuluhan oleh tenaga kesehatan, duktmgan keluarga, pendidikan ibu dan pckerjaan ibu (OR = 2,2; 95% Cl = 1,2 ~ 3,7). Dukungan keluarga berhubungan dengan praktek ibu dalam perawatan neonatal, dimana ibu yang mcnilai dukungan keluarganya cukup, berpeluang 1,7 kali melakukan praktek perawatan neonatal sccara baik dibanding dengan ibu yang menilai dukungan kcluarganya kurang, setelah dikontrol oleh pengetahuan ibu, penyuluhan oleh tenaga kesehatan, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu (OR = l,7; 95% Cl = 1,0-3,0). Oleh karena pcngetahuan ibu merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktek ibu dalam perawatan neonatal maka disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Garut uutuk berupaya meningkatkan pengetahuan ibu mclalui pelatihan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bagi bidan di desa (BdD) dan tokoh masyarakat, sebingga bidan di desa dan tokoh masyarakat terampil dalam menyampaikan intbrmasi tentang perawatan neonatal. Biden di desa perlu meningkatkan kegiatan penyampaian informasi tentang perawatan neonatal yang benar menurut kesehatan dengan lebih memanfaatkan buku KIA dan gambar-gambar dalam lembar balik, pada saat berkunjung ke rumah maupun dilcunjungi para ibu hamil serta ibu nifas dan keluarganya. Kcgiatan pemberian informasi ini agar dilakukan bertahap dan berulang sampai ibu tersebut bcnar-bcnar memahami dan mampu mempralctekkan perawatan neonatal sesuai kesehatan. Bidan di desa juga pcrlu meningkatkan upaya motivasi kepada para ibu hamil dan ibu nifas, agar mereka dapat mengadopsi perilaku sehat untuk diri dan bayinya, melalui kegiatan penyuluhan di posyandu dan di pengajian ibu-ibu. ......In Garut District Infant Mortality Rate (IMR) is still low, 54,8_/ 1000 live births in 2005. lt’s higher than Ill/ill in West .lava44 I 1000 live births). The neonatal status in Garut district was still low wich was indicated by high neonatal deaths in the last three years. 'I`he neonatal mortality rate was increased from 272 cases in 2003 to 297 cases in 2005. Indirect causes of neonatal deaths was inadequate newborn care. The objective of this research is to know the determinants of mother’s pmotico on neonatal sore in Garut district in 2007. This study using data from Baseline Survey of Neonatal Care Essential in Gantt District in 2007. Cross sectional design was used with 577 mothers with babies I-11 months as a sample. Sample design was 2 stages cluster and sample were selected using probability proportionate to size (PPS). This research showed only 48,5% of mothers practice on neonatal care well. There was a significant relationship between mother’s knowledge and practice on neonatal care after adjusted by education and conselling from health provider, family support. mothers education and motl;or’s worklrlg status. Mothers who had good knowledge about neonatal care had chance 2,2 times to practice well on neonatal care compare to mother with not good of knowledge (OR = 2,2; 95% CI = 1,2-3,7). There was a significant relationship between families support and practice on neonatal care alle: adjusted by mother’s knowledge, education and conselling from health provider, mother‘s education and mother’s working status. Mothers who had enough of families support had chance 1,7 times to practice well on neonatal care compare to mother with not enough families support (OR = l,7; 95% Cl = 1,0-3,0). Because of mothers knowledge is the most dominant factor significant relationship with practice on neonatal care, suggestions to do like communication skill training, communication, information and education process to increase village midwives’s and community leaders skill ability to give infomation about neonatal care to pregnant women and their ti-smilies, postnatal mother and their families need to be done. information about essential neonatal care, by using Mother and Child books, pictures folds, while health workers visiting mother and her family is important. These activities need to be done repeatedly until mother and her family could adopt and do neonatal care correctly based on health standard. Improve regnant and postnatal women motivation to adopt health behaviour in Posyandu and women religion meeting are very important to be done.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34429
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Wisnu Hendrarto
Abstrak :
Latar belakang: Rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 2010 (revisi 2002) tidak spesifik memberi panduan dalam pencegahan sekunder sepsis awitan dini (SAD) pada neonatus cukup bulan (NCB), asimtomatik lahir dari ibu yang mengalami KPD < 18 jam. Tujuan: Didapatnya model determinan SAD pada NCB sesuai masa kehamilan (SMK), asimtomatik lahir dari ibu yang mengalami KPD lebih dari 12 jam. Metodologi: penelitian observasional potong lintang untuk mendapatkan model determinan sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) yang dilakukan dari Februari 2013 sampai bulan Mei 2014 di RSAB Harapan Kita, RSUD Tarakan, RSIA Budi Kemuliaan. Determinan yang diteliti adalah jenis persalinan, petanda infeksi saluran kemih (ISK) pada ibu, petanda infeksi intra amnion (IIA) seperti demam intrapartum, ibu takikardia, janin takikardia, adanya perubahan warna dan bau cairan ketuban, leukosit darah ibu, dan petanda infeksi darah tali pusat (peningkatan jumlah total leukosit, neutrofil, peningkatan rasio I/T, hs-CRP dan IL-6). Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan catatan medis bayi yang dipastikan berdasarkan hasil positif biakan darah tali pusat. Model determinan SNAD yang dihasilkan adalah suatu persamaan regresi logistik yang digunakan untuk menentukan probabilitas terjadinya SNAD sebagai acuan terapi antibiotik. Hasil: model determinan SAD pada NCB SMK, asimtomatik lahir dari ibu KPD > 12 jam berupa kalkulator dan sistem skor yang dibentuk dari determinan persalinan per vaginam, perubahan warna dan bau cairan ketuban, leukosit darah ibu, leukosit darah tali pusat, kadar hs-CRP darah tali pusat dan kadar IL-6 darah tali pusat. Model determinan SNAD memiliki dua varian, varian lengkap digunakan untuk fasilitas pelayanan neonatus subspesialistik dan varian alternatif digunakan untuk fasilitas pelayanan spesialistik. Titik potong ideal penentuan probabilitas terjadinya SNAD memiliki sensitivitas di antara 24,2 – 40,3 % dan spesifisitas 87,1 - 94,5 %. Nilai diskriminasi dengan nilai AUC berkisar di antara 0,743 – 0,816 dengan kalibrasi baik berdasarkan uji Hosmer-Lemeshow. Simpulan: Hasil penelitian ini adalah model determinan SAD pada NCB SMK asimtomatik lahir dari ibu yang mengalami KPD > 12 jam, berbentuk kalkulator dan sistem skor yang memiliki varian lengkap dan alternatif untuk menentukan probabilitas terjadinya SNAD sebagai dasar pemberian terapi antibiotik empiris secara rasional. ......Background: Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 2010 (revised 2002) recommendations does not specifically provide guidance in secondary prevention of asymptomatic early-onset sepsis (EOS) on term infant born to mother experiencing PROM < 18 hours. Objective: to develop early-onset neonatal sepsis (EONS) determinant model as a rational basis for determining the empirical antibiotic therapy in asymptomatic, term infant born to mother with PROM > 12 hours. Method: A cross-sectional observational study to obtain an EONS determinant model which was conducted from February 2013 to May 2014 in RSAB Harapan Kita, Tarakan Hospital, RSIA Budi Kemuliaan. The determinant factor is the type of delivery, marker of maternal urinary tract infection (UTI), intra-amniotic infection markers (intrapartum fever, maternal tachycardia, fetal tachycardia, change in the color and odor of amniotic fluid, maternal blood leukocytes), and umbilical cord blood infection marker (increased the total number of leukocytes, neutrophils, an increase in the ratio of I / T, hs-CRP and IL-6). Early-onset neonatal sepsis was diagnosed base on infant medical record on 72 hours afeter birth and confirmed by the positive results of umbilical cord blood cultures. The resulting of EONS determinants model is a logistic regression equation used to determine the probability of the occurrence of EONS as reference rational basis empirical antibiotic therapy. Results: The EOS determinants model on asymptomatic term infant born to mothers with PROM> 12 hours is a calculator and scoring system that is formed from the determinant of vaginal delivery, change the color and odor of amniotic fluid, maternal blood leukocytes, cord blood leukocytes, the levels of hs-CRP and IL-6 umbilical cord blood level. Early-onset neonatal sepsis determinant model has two variants, the full variant used for subspecialty neonatal care facilities and alternative variant is used for specialty neonatal care facilities. Ideal cutoff point probability of occurrence SNAD has sensitivity range of 24.2 to 40.3% and specificity of 87.1 to 94.5%. The model performe is good based on Hosmer-Lemeshow test anda discrimination value AUC in in range of 0.743 to 0.816. Conclusion: The EOS determinant model of asymptomatic term infant born to mothers with PROM > 12 hours is a calculator and scoring system that is used to determine the probability of EONS occurrence as the basis of determining the rational empirical antibiotic therapy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
616.9 SER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
St. Louis: Saunders Elsevier, 2007
618.920 1 COM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Puspitasari
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai ibu hamil yang mengalami komplikasi selama kehamilannya dengan kejadian kematian neonatal. Angka kematian neonatal di suatu daerah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator dalam keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Selain faktor penyebab langsung, juga terdapat berbagai faktor pemicu terjadinya kematian neonatal. Faktor tersebut meliputi faktor sosial ekonomi, faktor ibu, faktor pelayanan kesehatan, faktor neonatal, faktor persalinan dan pelayanan postnatal. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab kematian neonatal adalah kelengkapan kunjungan ANC, kunjungan neonatal, usia ibu, penolong persalinan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan tempat persalinan. Responden yang mengalami komplikasi kehamilan mulas sebelum 9 bulan memiliki peluang sebesar 1,021 untuk mengalami kematian neonatal, responden yang mengalami komplikasi kehamilan perdarahan berlebihan memiliki peluang sebesar 1,170 kali untuk mengalami kematian neonatal, responden yang mengalami kommplikasi kehamilan demam memiliki peluang sebesar 1,153 kali untuk mengalami kematian neonatal, , responden yang mengalami komplikasi kehamilan kejang memiliki peluang sebesar 1,036 kali untuk mengalami kematian neonatal, responden yang mengalami komplikasi kehamilan dengan tanda bahaya lebih dari satu jenistanda bahaya seperti hipertensi, kepala pusing, posisi janin sungsang, dan oedema memiliki peluang sebesar 1,276 kali untuk mengalami kematian neonatal. Dan yang berkaitan dengan komplikasi kehamilan, diharapkan pemerintah melakukan upaya deteksi dini terhadapa komplikasi pada kehamilan dan perlu diikuti dengan pemantauan yang berkelanjutan pada kepatuhan ibu terhadap anjuran dari petugas kesehatan ......This thesis discusses the pregnant women who experience complications during pregnancy with the incidence of neonatal mortality. Neonatal mortality rate in an area can be used as an indicator of the success of health care and health development programs. In addition to the direct causes, there are also many factors triggering the occurrence of neonatal mortality. These factors include socioeconomic factors, maternal factors, health service factors, neonatal factors, factors childbirth and postnatal care. This study used cross sectional design by using multiple logistic regression analysis. The results of this study indicate that the cause of neonatal mortality is completeness ANC, visit neonatal, maternal age, birth attendants, maternal education, maternal employment and the place of delivery. Respondents who experienced pregnancy complications heartburn before 9 months have a chance at 1,021 to experience neonatal death, respondents who experienced pregnancy complications excessive bleeding have a chance at 1,170 times to experience neonatal death, respondents who experienced kommplikasi pregnancy fever has the opportunity for 1,153 times to experience neonatal deaths , respondents who experienced pregnancy complications seizures have a chance at 1,036 times to experience neonatal death, respondents who experienced pregnancy complications with danger signs of more than one jenistanda hazards such as hypertension, headache, fetal position, breech presentation, and edema have a chance at 1,276 times to experience neonatal death. And associated with complications of pregnancy, it is expected the government to make efforts terhadapa early detection of complications in pregnancy and should be followed by continuous monitoring on compliance mother against the advice of health officials.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vony Julianti Kiding
Abstrak :
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator tingkat pembangunan kesehatan dan kualitas hidup suatu negara. Kabupaten Banjar memiliki jumlah kematian neonatal tertinggi di Provinsi Kalimantan Selatan. Kematian neonatal tidak disebabkan oleh satu faktor saja melainkan multifaktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tahun 2014-2015. Metode penelitian kasus kontrol, analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan bermakna dengan kematian neonatal adalah berat lahir bayi OR=5,8, 95 CI:3,0-11,1, pendidikan ibu OR=4,5, 95 CI:1,6-12,8, komplikasi kehamilan OR=2,7, 95 CI: 1,6-4,6, umur kehamilan OR=2,4, 95 CI: 1,1-5,0 , frekuensi kunjungan ANC standar OR=2,2, 95 CI:1,2-4,1, tempat persalinan OR=2,1, 95 CI:1,1-3,9 dan paritas OR=2,1, 95 CI:1,2-3,6, sedangkan pekerjaan OR=1,8, 95 CI:0,9-3,5 sebagai variabel confounding. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah berat lahir bayi. Bayi berat lahir ≤ 2500 gram memiliki risiko 5,8 kali 95 CI 3,0-11,1 lebih tinggi mengalami kematian neonatal dibanding bayi berat lahir> 2500 gram. Peningkatan wawasan dan kompetensi bidan melaui pelatihan penatalaksanaan kasus BBLR, strategi KIE mengenai faktor-faktor kematian neonatal serta membuat gagasan untuk meningkatkan kunjungan ANC standar perlu diupayakan untuk menurunkan angka kematian neonatal di Kabupaten Banjar.
Infant mortality rate is one indicator of health development level and quality oflife of a country. Kabupaten Banjar has the highest of neonatal mortality numbersin South Borneo. Neonatal mortality is not caused by a single factor but multifactor. This study aims to determine the factors associate with neonatal mortality in Kabupaten Banjar, South Borneo in 2014 2015. The methods of this study is case control, multivariate analysis used logistic regression. The results of this study indicate that the factors significantly associated with neonatal mortality are birth weight OR 5,8, 95 CI 3,0 11,1, maternal education OR 4,5, 95 CI 1,6 12,8, pregnancy complications OR 2,7, 95 CI 1,6 4,6 gestational age OR 2,4, 95 CI 1,1 5,0 , frequency of standard ANC visits OR 2,2, 95 CI 1,2 4,1, place of delivery OR 2,1, 95 CI 1,1 3,9 and parity OR 2,1, 95 CI 1,2 3,6 and occupational OR 1,8, 95 CI 0,9 3,5 as a confounding variabel. The factor that must impact is birth weight. Birth weight le 2500 gram is5,9 times higher 95 CI 3,1 11,3 to neonatal mortality than birth weight ge 2500gram. Increased insight and competence of midwife through training of case management of low birth weight, communication information and education strategies about factors of neonatal mortality and creates ideas for increase the ANC visits are required to reduce neonatal mortality in Banjar District.Keywords factors of mortality neonatal.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Arianty
Abstrak :
Angka Kematian Bayi masih menjadi masalah kesehatan yang belum teratasi. Untuk menurunkan Angka Kematian Bayi, SDGs memiliki target pada tahun 2030 mengakhiri kematian bayi yang dapat dicegah, melalui Kematian Neonatal. Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Post Neonatal (AKPN) di Indonesia menurun lambat dan masih relatif tinggi.  AKN dan AKPN di Indonesia belum mencapai target prioritas SDGs yaitu 12 kematian per 1000 kelahiran hidup. Belum diketahui faktor determinan strategis kematian neonatal dan postneonatal. Tujuan penelitian ini ialah untuk menilai determinan strategis pada faktor sosial dan lingkungan, faktor program kesehatan, dan faktor maternal dan neonatal terhadap kematian neonatal dan postneonatal di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari Survei Penduduk Antar Sensus 2015 (SUPAS 2015) dan Potensi Desa 2014 (Podes 2014). Populasi penelitian ialah seluruh blok sensus yang memiliki wanita usia subur (15-54 tahun) dan terdaftar dalam SUPAS 2015 dan PODES 2014.  Variabel independen yang digunakan ialah faktor ibu, sosial ekonomi, lingkungan, dan kontrol kesehatan. Variabel dependen yang digunakan AKN dan AKPN. Analisis data yang digunakan ialah Log-Linier Model Multivariat dengan desain Cross-sectional. Determinan strategis kematian neonatal ialah faktor maternal dan neonatal yaitu jarak kelahiran dan proporsi paritas 4+, masing-masing meningkatkan AKN=50% dan 22%. Faktor sosial dan lingkungan yaitu wilayah, pendidikan, status ekonomi, dan sumber air minum, masing-masing meningkatkan AKN=21%;  9%; 8%; dan 6%. Faktor program kesehatan yaitu densitas populasi dukun bayi desa meningkatkan AKN= 5%. Densitas populasi RS kabupaten, dan puskesmas kecamatan dengan masing-masing dapat menurunkan AKN 7% dan 5%. Determinan strategis kematian postneonatal ialah faktor maternal dan neonatal yaitu jarak kelahiran dan proporsi paritas 4+ masing-masing meningkatkan AKPN 32% dan 22%. Faktor sosial dan lingkungan yaitu wilayah Luar Jawa-Bali, sosial ekonomi, dan pendidikan dengan masing-masing meningkatkan AKPN 22%; 10%; dan 9%. Faktor program kesehatan yaitu densitas populasi dukun bayi desa,  dokter kecamatan, puskesmas kecamatan, rumah sakit kabupaten, dan bidan desa. Densitas populasi dukun bayi desa meningkatkan AKPN=7%. Densitas populasi dokter kecamatan, puskesmas kecamatan, rumah sakit kabupaten, dan bidan desa dapat menurunkan AKPN masing-masing 8%; 6%; 5%; 4%.Kematian neonatal lebih mempengaruhi terhadap faktor endogen yaitu jarak kelahiran. Sedangkan kematian postneonatal lebih mempengaruhi terhadap faktor eksogen yaitu status ekonomi, pendidikan ibu, densitas populasi dukun desa, densitas populasi dokter kecamatan, densitas populasi puskesmas kecamatan, dan densitas populasi bidan desa. Maka, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan program keluarga berencana dengan meningkatkan kebutuhan kontrasepsi dan meningkatkan akses layanan kontrasepsi. Dengan demikian, Indonesia dapat meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi yang tujuannya untuk mengatur jarak kelahiran sebelumnya. ......Infant mortality is still an unsolved health problem. To reduce the Infant Mortality Rate, the SDGs have a target by 2030 to end preventable infant mortality, through Neonatal Mortality. The Neonatal Mortality Rate (NMR) and Post Neonatal Mortality Rate (PNMR) in Indonesia had declined slowly and were still relatively high. NMR and PNMR in Indonesia have not yet reached the SDGs priority target of 12 deaths per 1000 live births. The strategic determinants of neonatal and postneonatal mortality were unknown. The purpose of this study was to assess strategic determinants of social and environmental factors, health program factors, and maternal and neonatal factors on neonatal and postneonatal mortality in Indonesia. This study used data from the 2015 Inter-Census Population Survey (SUPAS 2015) and 2014 Village Potential (Podes 2014). The study population was all census blocks that had women of childbearing age (15-54 years) and registered in the 2015 SUPAS and 2014 PODES. The independent variables used were maternal, socioeconomic, environmental, and health control factors. The dependent variable used was NMR and PNMR. Analysis of the data used was a Multivariate Log-Linear Model with a cross-sectional design. The strategic determinants of neonatal mortality was maternal and neonatal factors, namely birth distance and the proportion of parity 4+, increasing NMR=50% and 22%, respectively. Social and environmental factors, namely region, education, economic status, and unprotected water sources, each increase the NMR=21%; 9%; 8%; and 6%. The health program factor, namely high village traditional birth attendant density, increases NMR= 5%. The population density of district hospitals and sub-district health centers can reduce NMR by 7% and 5%, respectively. The strategic determinants of postneonatal mortality was maternal and neonatal factors, namely birth spacing and the proportion of parity 4+ which increase PNMR by 32% and 22%, respectively. Social and environmental factors, namely the outside Java-Bali region, socio-economic, and education with each increasing the PNMR 22%; 10%; and 9%. The health program factors are the population density of traditional birth attendants, sub-district doctors, sub-district health centers, district hospitals, and village midwives. The population density of traditional birth attendants increases the PNMR=7%. The population density of sub-district doctors, sub-district health centers, district hospitals, and village midwives can reduce PNMR by 8% each; 6%; 5%; 4%. Neonatal mortality was more influenced by endogenous factors, namely birth spacing. Meanwhile, postneonatal mortality was more influenced by exogenous factors, namely economic status, mother's education, population density of village traditional attendants, population density of sub-district doctors, population density of sub-district health centers, and population density of village midwives. So, it is hoped that the government can improve family planning programs by increasing the need for contraception and increasing access to contraceptive services. Thus, Indonesia can increase the prevalence rate of contraception with the aim of regulating the spacing of previous births.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Prastika
Abstrak :
Kematian neonatal merupakan indikator penting dalam kesehatan anak dan menjadi dasar untuk menilai derajat kesehatan negara. Kematian neonatal menyumbang 2/3 dari kematian bayi. Menurut WHO tahun 2020, 75% kematian neonatal terjadi di minggu pertama kelahiran dan sekitar 1 juta bayi meninggal dalam 24 jam pertama kelahiran. Upaya pencegahan kematian neonatal periode tersebut adalah dengan pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN 1) yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelayanan KN 1 dengan kematian neonatal di Indonesia. Desain penelitian dengan cross sectional menggunakan data SDKI 2017. Sampel penelitian adalah WUS (15-49 tahun) yang melahirkan anak terakhir lahir hidup dan bukan kelahiran kembar. Analisis penelitian menggunakan complex sample dengan uji regresi logistik faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan kematian neonatal sebesar 2,3%, cakupan KN 1 sebesar 81,8% dan bayi yang menerima KN 1 lengkap sebesar 35,4%. Terdapat interaksi antara pelayanan KN 1 dengan persalinan sesar terhadap kematian neonatal sehingga kematian neonatal pada KN 1 tidak lengkap dengan sesar berisiko 1,4 kali lebih besar dan kematian neonatal pada KN 1 tidak lengkap dengan bukan sesar berisiko 4,4 kali lebih besar dibandingkan dengan kematian neonatal pada KN 1 lengkap dan bukan sesar. Oleh karena itu, peningkatan kelengkapan pelayanan KN 1 sangat diperlukan dalam penurunan kematian neonatal, seperti penyediaan pedoman neonatal esensial, promosi kesehatan terkait pentingnya perawatan bayi baru lahir. Selain itu juga penting mendorong ibu untuk melahirkan di fasilitas kesehatan agar bayi baru lahir dapat dipantau. ......Neonatal mortality is an important indicator of child health and basis for assessing country’s health status. Neonatal mortality accounts for 2/3 of infant mortality. According WHO in 2020, 75% of neonatal mortality occur in the first week after birth and about 1 million infants die in the first 24 hours after birth. To prevent neonatal mortality in that period were by providing first neonatal visit service. Study aims to determined the relationship between first neonatal visit service with neonatal mortality in Indonesia. Design study was cross sectional using 2017 IDHS data. The sample was women of childbearing (15-49 years) who gave birth the last child born alive and not twins. Research analysis used complex sample with logistic regression of risk factors test. The results showed that neonatal mortality was 2.3%, coverage of KN 1 was 81.8% and newborns who received complete KN 1 were 35.4%. There was an interaction between KN 1 services with caesarean delivery and neonatal mortality so that neonatal mortality in incomplete KN 1 with caesarean section is 1,4 times greater and neonatal mortality in incomplete KN 1 with non-caesarean section is 4,4 times greater than death neonatal in KN 1 is complete and not caesarean. Therefore, increasing the completeness of KN 1 services is very necessary in reducing neonatal mortality, such as providing essential neonatal guidelines, health promotion related to the importance of newborn care. In addition, it is also important to encourage matenal to delivery in health facilities so that newborns can be monitored.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>