Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Choirurrizqi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Lupus Eritematosus Sistemik (LES) atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah sebuah penyakit autoimun yang memicu inflamasi kronik sistemik yang umumnya terjadi pada perempuan usia reproduktif. SLE berpotensi mempengaruhi luaran reproduksi perempuan melalui berbagai mekanisme sejak di masa pra-konsepsi hingga pasca konsepsi. Pasien SLE memiliki karakter yang berbeda-beda baik dari aspek demografik, maupun dari karakter kliniknya. Karakter pasien SLE yang bervariasi kemungkinan berperan dalam luaran maternal dan janin pada penderita SLE yang hamil. Tatalaksana SLE yang diterima oleh pasien tentunya bervariasi sesuai dengan berat ringannya SLE. Seorang pasien SLE seharusnya mencapai tahapan remisi minimal 3 bulan dengan menggunakan terapi yang minimal sebelum diizinkan untuk hamil. Meski demikian kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan yang mempengaruhi luaran ibu maupun janin tentunya masih sangat mungkin terjadi.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara karakter pasien SLE dengan luaran maternal dan janin.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, Penelitian ini telah dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Imunologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia Divisi Immunoendokrinologi RSCM tahun 2019-2020.
Hasil: Dari 120 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan 104 orang dengan kriteria jenis SLE Neuro 52,9%, Hematologi 1,9%, Muskulo 28,8%, dan Renal 16,3%. Terdapat hubungan antara SLE dengan luaran Neonatal (IUFD, PJT, dan Abortus), dan terdapat hubungan antara SLE dengan Preeklampsia.
Kesimpulan: Penyakit lupus mempengaruhi wanita terutama pada usia reproduksi yang dimulai dengan mempengaruhi siklus menstruasi seorang wanita penderita, yang selanjutnya dipengaruhi oleh penggunaan jenis terapi sebelum pasien mengalami kehamilan. Dan apabila pasien tidak mematuhi pemakaian obat dapat mengakibatkan terjadi luaran ibu dan bayi karena pengaruh penyakit lupus tersebut.

ABSTRACT
The focus of this study is the freshman student of Faculty of Psychology at University of Indonesia experience of acquiring, evaluating and using information, when they enroll in "Program Dasar Pendidikan Tinggi (PDPT)" 2003. The purpose of this study is to understand how freshman students acquire, evaluate and use information. Knowing this will allow library to identify changes should be made to improve user education program at University of Indonesia. This research is qualitative descriptive interpretive. The data were collected by means of deep interview. The researcher suggests that library should improve the user education program and provide facilities which can help students to be information literate.
Introduction: Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is an autoimmune disease that triggers chronic systemic inflammation commonly occurs in women of reproductive age. SLE is a potential influence on women's reproductive outcomes through a variety of mechanisms from pre-conception to post-conception. SLE patients have different characters both from the demographic aspects, and the clinical characters. The varied character of SLE patients may have a role in maternal and fetal outcomes in pregnant SLE patients. The management of SLE received by patients varies according to the severity of SLE. The patient should reach at least 3 months' remission using minimal therapy before being allowed to become pregnant. Nevertheless the possibility of pregnancy complications that affect both maternal and fetal outcomes is likely possible to occur.
Aim: To determine the relationship between the character of SLE patients and maternal and fetal outcomes.
Method: This is an observational analytic research using a cross sectional design, conducted in the Obstetric and Gynecology Department in collaboration with the Internal Disease Department Division of Immunology, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia Division of Immunoendocrinology, RSCM 2019-2020.
Result: From 120 research subjects who met the inclusion criteria, 104 people were obtained with SLE Neuro 52.9%, Hematologist 1.9%, Muskulo 28.8%, and Renal 16.3% criteria. There is a relationship between SLE and neonatal outcomes (IUFD, PJT, and Abortion), and there is a relationship between SLE and preeclampsia.
Conclusion: Lupus affects women especially in reproductive age starts by affecting the menstrual cycle of a sufferer, which is further influenced by the use of type of therapy before the patient have a pregnancy. The result in maternal and infant outcomes due to lupus, caused if the patient does not obey when using the medicines.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Melly Marlyana
"National Institute for Health and Care Excellence (NICE) merekomendasikan agar tindakan sectio caesarea (SC) emergensi pada kategori I dapat dilakukan dalam waktu 30 menit sejak diputuskan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) Obgin hingga lahirnya bayi (decision to delivery interval). Pelayanan SC emergensi belum terlaksana dengan baik di RSUD Kayu Agung.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis hubungan waktu respons SC emergensi dengan luaran ibu dan neonatus menggunakan framework Donabedian. Pendekatan Explanatory sequential design (mixed methods), diawali pengumpulan, analisis dan interpretasi data dari 222 kasus SC emergensi di tahun 2022 secara kuantitatif. Untuk memperjelas faktor yang berkontribusi terhadap keterlambatan waktu respons SC emergensi dari domain struktur dan proses dilakukan pengumpulan, analisis, dan interpretasi data secara kualitatif. Validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber melalui wawancara mendalam pada 16 orang informan dan triangulasi metode melalui observasi lapangan dan telusur dokumen. Uji Chi-Square dengan alternatif uji Exact Fisher dan Kolmogorov Smirnov diaplikasikan pada analisis data kuantitatif. Temuan pada analisis kuantitatif yang berkontribusi terhadap waktu respons SC emergensi selanjutnya di-follow up dan dianalisis secara kualitatif dengan analisis konten.
Capaian proporsi waktu respons SC emergensi di RSUD Kayu Agung sebesar 1,2% pada kategori I dan 39,6% pada kategori II, namun tidak berhubungan bermakna secara statistik dengan luaran ibu dan neonatus. Isu utama penyebab keterlambatan waktu respons SC emergensi dari domain struktur ditengarai kurang optimalnya penyiapan regulasi terkait PONEK. Sementara dari domain proses, keterlambatan persiapan pre operasi karena menunggu hasil laboratorium dan persiapan darah pre operasi, juga masalah komunikasi dan koordinasi antar unit dan manajemen rumah sakit yang belum berjalan dengan baik. Luaran maternal dan neonatal lebih tinggi pada kelompok waktu respons tidak sesuai rekomendasi pada kategori I. Penyusunan regulasi SC emergensi dalam 30 menit merupakan hal yang harus dilakukan segera.

The National Institute for Health and Care Excellence (NICE) recommends that category I emergency cesarean section (SC) procedures can be performed within 30 minutes from the decision of the Obgyn Patient Responsible Doctor (DPJP) until the birth of the baby (decision to delivery interval). Emergency SC services have not been carried out properly at RSUD Kayu Agung.
This study aims to analyze the relationship between emergency SC response time and maternal and neonatal outcomes using the Donabedian framework. The explanatory sequential design (mixed methods) approach begins with the collection, analysis, and interpretation of data from 222 emergency SC cases in 2022 quantitatively. To clarify the factors contributing to the delay in emergency SC response time from the domain structure and process, qualitative data collection, analysis, and interpretation are carried out. Data validity was determined by triangulation of sources through in-depth interviews with 16 informants and triangulation of methods through field observation and document tracing. The Chi-Square test, with an alternative to the Exact Fisher test and Kolmogorov-Smirnov, was applied to quantitative data analysis. Findings from quantitative analysis that contribute to emergency SC response time are then followed up and analyzed qualitatively by content analysis.
The achievement of the proportion of emergency SC response time at RSUD Kayu Agung was 1.2% in category I and 39.6% in category II, but was not statistically significant with maternal and neonatal outcomes. The main issue causing the delay in emergency SC response time from the structural domain is suspected to be the lack of optimal preparation of regulations related to PONEK. Meanwhile, in the process domain, delays in preoperative preparation due to waiting for laboratory results and preoperative blood preparation, as well as communication and coordination problems between units and hospital management, have not gone well. Maternal and neonatal outcomes were higher in the response time group than in category I. The preparation of emergency SC regulations within 30 minutes is something that must be done immediately.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library