Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Ilyas Mukmin
"Iskemia serebral akan mengaktifkan serangkaian kaskade cedera sel yang berakhir pada kerusakan irreversible, sehingga pencegahan terjadinya kerusakan tersebut lebih ditekankan. Hal inilah yang disebut neuroproteksi. Salah satu zat yang diduga memiliki efek neuroprotektif adalah ekstrak akar A. indica L. yang banyak ditemukan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan secara eksperimental in vivo ini menggunakan tikus jantan galur Sprague-Dawley dengan berat 200-250 gram yang dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok, masing-masing mendapatkan ekstrak akar A. indica L. 300 mg/kgBB/hari, 400 mg/kgBB/hari, dan plasebo sebagai kontrol, selama tujuh hari berturut-turut. Setelah dilakukan oklusi arteri karotis komunis bilateral selama 60 menit, jaringan hipokampus tikus diambil dan dibuat sediaan mikroskopiknya dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Jumlah inti sel rusak dan total inti sel di empat area hipokampus dihitung dalam satu lapangan pandang mikroskop dengan pembesaran 400 kali oleh tiga orang observer. Rata-rata persentase inti sel rusak antar kelompok dibandingkan dengan uji One-Way Anova (p=0,05).
Hasil menunjukkan bahwa persentase inti sel rusak kelompok 300 mg/kgBB tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol pada keempat area hipokampus. Sementara itu, kelompok 400 mg/kgBB mengalami kerusakan yang lebih rendah secara signifikan pada area CA3 (p=0,035), tetapi tidak berbeda bermakna pada area lainnya. Dengan kata lain, ekstrak tanaman ini memiliki efek neuroproteksi dalam dosis 400 mg/kgBB, tetapi hanya pada area CA3 hipokampus.

Cerebral ischemia activates a set of cell injury cascades that ends on irreversible damage; hence, prevention of that damage is considered more important. This concept is called neuroprotection. One of substance that is thought to have neuroprotection effect is root extract of A. indica L. which is commonly found in Indonesia. This in vivo experimental study divided rats strain Sprague-Dawley weighed 200-250 grams in three groups, each of which was given A. indica L. root extract 300 mg/kgBW/day, 400 mg/kgBW/day, and placebo as control, for seven consecutive days. After common carotid artery was occluded bilaterally for 60 minutes, hippocampal tissue of rat was removed and turned into microscopic slice with Hematoxylin-Eosin staining. The amount of damaged nuclei and entire nuclei in area CA1, CA3, DGIN, and DGOUT of hippocampus on one visual field with 400 times magnification was counted by three observers. The average of damaged nuclei percentage was compared between groups using One-Way Anova test (p=0,05).
Result showed that damaged nuclei percentage in group of 300 mg/kgBW was not different significantly than control in four areas of hippocampus. Meanwhile, damage in group of 400 mg/kgBW was less significantly in area CA3 (p=0,035), but not different significantly in other areas. In other words, this extract has neuroprotection effect in dose of 400 mg/kgBB on hippocampal neuron of rat, but only in area CA3.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Prakoso Adji
"Latar Belakang : Hipotermia merupakan salah satu strategi dalam manajemen neuroproteksi akibat terjadinya cedera iskemia selama pembedahan operasi jantung terbuka dengan mesin pintas jantung paru. Pendinginan bersifat lokal pada otak dengan menggunakan cooling helmet lebih dapat menekan proses kerusakan yang terjadi dibandingkan yang tidak menggunakan cooling helmet. 
Tujuan : Mengetahui hubungan antara penggunaan cooling helmet dengan perubahan kadar NSE yang lebih kecil dan delirium pascaoperasi jantung terbuka lebih rendah dibandingkan tidak menggunakan cooling helmet.
Metode : Studi ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda, dilakukan randomisasi pada 26 orang dimana dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan n=13 (cooling helmet on) dan kelompok kontrol n=13 (cooling helmet off). Kriteria inklusi pasien yang terjadwal pertama kali menjalani operasi jantung terbuka dengan mesin pintas jantung paru, usia ≥ 18 tahun, ASA III, GCS 15, dan dapat berbahasa Indonesia.
Hasil : Studi ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan secara statistik pada kadar NSE antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kadar NSE pada kelompok perlakuan (7.13 ± 7.63) lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (12.49 ± 6.81) (p<0.05). Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan secara statistik pada kejadian delirium antara kedua kelompok (p>0.05).
Kesimpulan : Cooling helmet berhubungan dengan penurunan kadara NSE namun tidak berpengaruh secara signifikan untuk mencegah terjadinya delirium setelah operasi jantung terbuka. 
Background: Hypothermia remains the most common neuroprotective management against ischemic injury during open heart surgery with cardiopulmonary bypass machine. Surface cooling in the brain delivered by cooling helmet provides more benefit to suppress cerebral injury compared to those who do not use cooling helmet. 
Objective: This study aimed to assess the effect of cooling helmet during surgery on NSE and delirium level after open-heart surgery patient with Cardiopulmonary Bypass (CPB) machine.
Methods: This study is a double-blind, randomized, clinical trial, where 26 people were randomized into 2 groups, namely the treatment group n=13 (cooling helmet on) and the control group n=13 (cooling helmet off). The inclusion criteria were patients who are scheduled to undergo open heart surgery for the first time with cardiopulmonary bypass machine, age ≥18 years, ASA III, GCS 15, and can speak Indonesian. 
Results: The study was found significant differences in NSE levels between the treatment and the control group. NSE levels in the treatment group (7.13 ± 7.63) were lower than in the control group (12.49 ± 6.81) (p<0.05). There weren’t statistically significant differences in the outcome of delirium in both groups (p>0.05)
Conclusion: The cooling helmet is associated with the decrease of NSE levels, but it did not significantly correlate to prevent the delirium after open-heart surgery."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library