Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Drina Intyaswati
Abstrak :
Media televisi mempunyai keunggulan teknologi dan keunikan dalam proses penyampaian pesannya yaitu meliputi gambar 'dan suara, yang menghasilkan pesan yang lebih mudah dimengerti. Media massa khususnya televisi mengangkat peristiwa-peristiwa yang terjadi dan selanjutnya dikemas dalam bentuk berita yang mempunyai nilai jual agar suatu media dapat bersaing dengan media lainnya. Berita-berita televisi oleh masyarakat sering dimanfaatkan untuk mengetahui atau sebagai sumber informasi mengenai berbagai isu yang berkembang saat itu. Berita televisi yang memuat opini orang-orang tertentu mengenai berbagai isu bisa mempengaruhi persepsi khalayak mengenai opininya sendiri dan juga opini orang lain. Terpaan berita televisi yang sama tidak selalu menimbulkan persepsi yang sama pada semua individu dalam masyarakat.
Proses persidangan kasus Buloggate II yang dimulai 25 Maret 2002 dan diadakan setiap minggu merupakan proses persidangan yang mengundang banyak perhatian di berbagai kalangan masyarakat dan juga media massa. Dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimana kontribusi menonton berita di televisi terhadap pembentukan persepsi khalayak mengenai kasus Buloggate II.
George Gerbner sebagai pioner peneliti kultivasi percaya betul kepada kekuatan efek media khususnya televisi pada pembentukan persepsi penontonnya. Akan tetapi hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun menonton televisi dilakukan dengan cukup perhatian dan adanya kepercayaan terhadap isi berita televisi, pembentukan persepsi mengenai kasus Buloggate II tidak dipengaruhi oleh menonton berita di televisi. Pembentukan persepsi dalam penelitian ini dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan keterlibatan terhadap kasus Buloggate II serta pendidikan responden.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11453
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Yogi Arief Nugraha
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana media dalam hal ini media televisi (RCTI dan SCTV) memaknai realitas konflik yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia dalam proses produksi beritanya.
Penelitian tentang pola pemberitaan atau pendekatan jurnalistik yang digunakan media televisi dalam proses produksi berita seputar konflik di Indonesia, mengajukan pendekatan jurnalisme perdamaian dan paradigma konstruksionis yang memandang tidak adanya realitas obyektif termasuk dalam berita.
Penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif ini melakukan kajian terhadap kebijakan dan pandangan pengelola berita di RCTI dan SCTV atas realitas konflik yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia hingga masuk ke dalam proses produksi berita.
Studi kualitatif terhadap kebijakan dan pandangan pengelola berita di RCTI dan SCTV disertai analisis berita seputar konflik di RCTI dan SCTV, ditemukan bahwa pemahaman berita yang mencerminkan realitas serta prinsip jurnalisme berimbang dan obyektif dianggap sebagai paradigma tepat dalam menyikapi realitas di wilayah konflik.
Pandangan konstruksionis yang banyak diadopsi oleh pendekatan jurnalisme perdamaian (intervensi dan subyektif terhadap realitas di wilayah konflik demi penyelesaian konflik melalui pemberitaan media) dipandang sebagai bentuk jurnalisme sepihak dan tidak obyektif.
Pada kenyataannya, bagian pemberitaan RCTI dan SCTV pada proses produksi berita seputar konflik tanpa disadari melakukan konstruksi atas realitas seperti memilih angle, nara sumber, penokohan dan penekanan isu tertentu.
Akibat digunakannya pendekatan jurnalisme obyektif (objektifitas semu)- tidak melakukan intervensi subyektif pada proses produksi berita seputar konflik, maka media seringkali dituding mengeksploitasi konflik demi kepentingan bisnis. Dan lebih jauh lagi media dinilai tidak berperan dalam penyelesaian suatu konflik.
Diperlukan kebijakan manajemen RCTI dan SCTV untuk menempatkan program berita sebagai fungsi sosial televisi terhadap pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Salah satunya dengan melakukan intervensi subyektif terhadap suatu berita konflik dengan motif penyelesian masalah.
Program berita televisi sebagai social cost diharapkan dapat menciptakan model pemberitaan yang tidak berorientasi pada selera pasar atau rating, melainkan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian tudingan bahwa televisi hanya mengutamakan kepentingan komersial dapat diimbangi dengan fungsi pemberitaan yang konstruktif.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12097
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Andi Aslamiah Achmad
Abstrak :
Manusia membutuhkan informasi dan hiburan. Salah satu sumber informasi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini adalah televisi. Mengapa televisi ?. Televisi memiliki banyak keunggulan yaitu mudah dalam penggunaannya, menghasilkan audio dan visual sekaligus, mudah didapatkan dan yang utama program acara yang disajikan sangat bergam dan dikemas dengan cara yang menarik. Bahkan orang-orang, sering mengumpamakan televisi sebagai `second mother' (ibu kedua) yang dapat memberi pengaruh pada proses pembentukan persepsi dan nilai-nilai terutama terhadap anak-anak dan remaja.
Beragamnya isi pemberitaan televisi termasuk penyajian program berita yang mengkhususkan pada kejadian kriminal dan banyak ditayangkan merupakan salah satu alasan mengapa penelitian ini dilakukan. Dalam penyajian berita khusus kriminal khalayak dengan mudah melihat peristiwa kekerasan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dengan sangat vulgar, berani, mengerikan, menakutkan sekaligus membuat hati miris. Penayangan adegan kriminal dan kekerasan yang terus menerus dikhawatirkan dapat menjadikan khalayak utamanya anak-anak dan remaja menjadi tidak sensitif atau tidak peka terhadap kejadian kriminal , sehingga peristiwa-peristiwa sejenis dianggap hal yang lumrah.
Penelitian ini, ingin mengetahui apakah ada pengaruh antara menonton berita khusus tentang kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan. Teori utama yang digunakan adalah teori kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner. Teori ini berasumsi bahwa apabila seseorang sering melihat adegan kekerasan yang terus menerus dan berulang-ulang maka akan mempengaruhi persepsi mereka sehingga timbul anggapan bahwa dunia ini penuh dengan kekerasan.
Yang menjadi populasi penelitian ini adalah pelajar SLTP di Kota Bogor, dengan sampel yang dipilih dari 2 SLTP negeri di Kota Bogor. Untuk mengetahui hubungan antara variabel dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis bivariat dengan menggunakan Korelasi Tau Kendal , analisis korelasi parsial.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut : (1) Tidak ada hubungan yang signifikan antara menonton berita khusus kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan. (2) Pengalaman tidak mempengaruhi hubungan antara menonton berita khusus kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan. (3). Komunikasi antar pribadi.tidak mempengaruhi hubungan antar menonton berita kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan tidak adanya pengaruh antara menonton berita khusus kriminal dengan persepsi pelajar terhadap perilaku pro kekerasan , antara lain karena tingkat terpaan tayangan berita kriminal terhadap responden relatif kecil. Menurut Gerbner penonton ringan (light viewers) umumnya menonton antara 1-2 jam perhari, dimana jenis penonton ini tidak melihat dunia sesuram dengan penonton berat (heavy viewers). Umumnya responden dalam menonton tayangan berita kriminal masih digolongkan sebagai penonton ringan (light viewers).
Self sensor dari dalam diri para responden yang kuat sehingga tayangan tersebut tidak mempengaruhi persepsi mereka. Hal ini disebabkan karena umumnya responden memiliki orang tua dengan status sosial ekonomi yang cukup tinggi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Fetter (1984) bahwa keluarga dengan status sosial yang tinggi lebih memungkinkan untuk menyediakan media lain yang dapat merangsang bakat dan keterlibatan orang tua mendorong untuk membaca serta membuat pekerjaan rumah.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12158
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Eva Julianti
Abstrak :
ABSTRAK
Berbagai penelitian sebelumnya menyoroti kreatifitas sebagai komponen utama dalam industri kreatif termasuk televisi. Peningkatan kreatifitas telah menjadi kebutuhan perusahaan pada industri ini. Penelitian ini mempelajari pengaruh motivasi baik instrinsik dan ekstrinsik terhadap kinerja kreatif karyawan perusahaan televisi berita dengan moderasi dari creative self efficacy danreward importance. Hasilnya, ditemukan bahwa kedua variabel tersebut tidak memiliki efek moderasi atas pengaruh motivasi ekstrinsik yakni rewardsterhadap creative performance. Sementara motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang tinggi terhadap kinerja kreatif individu. Analisa ini memperkaya penelitian sebelumnya yang menyimpulkan moderasi creative self efficacyhanya terjadi terhadap karyawan yang memiliki high creative self efficacy. Penelitian dilakukan terhadap 202 karyawan yang berasal dari tujuh perusahaan televisi berita di Indonesia, termasuk kepada karyawan dari divisi business operation dan business strategic.
ABSTRACT
Creativity has been a discussion as creative performance being one of the most important matters in creative industry. Companies tries to improve their creativity as it is a necessity especially for those who enggaged in this industry. Despite the pro cons of reward effectiveness, many companies put reward as their tools to enhanced their employees performance. This study focused on the influence of both instrinsic and extrinsic motivation on the creative performance of news television company employees. Creative self efficacy and reward importance placed as the moderating variable of extrinsic motivation or rewards. Result found that these two variables did not have a moderating effectthe influence of reward for creative performance, meanwhile intrinsic motivation highly influence individual creative performance. This analysis enriches previous research which conclude that the moderation of creative self efficacy only occurs on employees who have high creative self efficacy ( Malik et al., 2015). The study was conducted on 202 employees of 7 news television companies in Indonesia who worked not just a journalist, but also supporting role such as business operation and business strategic.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54665
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Denasty Putri Puspita Aulia
Abstrak :
Market driven journalism mendorong para pembuat berita untuk bersaing memperoleh perhatian penonton dengan menggunakan sensasionalisme. Berita sensasional dibuat atas nama rating penonton yang tinggi sehingga memperoleh keuntungan besar. Salah satu jenis berita televisi yang tergolong sensasional adalah berita kriminal yang memiliki kemampuan menarik perhatian khalayak. Berita kriminal tidak luput dari keberadaan perempuan. Berita kriminal dengan pelaku perempuan yang cukup menarik perhatian publik adalah kasus pembobolan dana nasabah bank swasta oleh Malinda Dee. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengukur tingkat sensasionalisme berita Melinda Dee yang ditampilkan oleh dua program berita Seputar Indonesia RCTI dan Reportase Trans TV.
Penulis menggunakan konsep dan indikator ?sensasionalisme? yang sudah digunakan dalam penelitian sebelumnya oleh Zhou (2001). Penelitian ini menggunakan paradigma positivis dan bersifat deskriptif. Penulis hendak membuktikan teori atau konsep dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi dengan membandingkan pesan dari sumber yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program berita Seputar Indonesia lebih sensasional dalam menyajikan berita Melinda Dee dibandingkan dengan program berita Reportase. Penelitian ini juga membuktikan bahwa personalisasi berita mengenai Melinda Dee sangat sering digunakan pada kedua program berita agar lebih sensasional.
......Market driven journalism driving newsmaker to compete in getting attention with sensationalism for the audience. Sensational news are made up by gaining high rate audience for income or big profit from the advertising agency. One type of television news categorized sensational is crime news which have the ability to draw many audience?s attention. Crime news never losing the presence sight of a woman. Crime news with women offender which has drawn attention on public audience is fraud case at one of overseas private bank by Malinda Dee. In this research, author wants to examine the degree of sensationalism in Melinda News published by two news media programs Seputar Indonesia RCTI and Reportase Trans TV.
Author adopts the concept and sensationalism indicator that have been applied by previous research conducted by Zhou (2001). This descriptive research uses the positives paradigm. Author wants to prove that concept by using quantitative approach. The method conducted in this research use content analysis by comparing the message from two news Media programs that mention before (Seputar Indonesia RCTI and Reportase Trans TV). The research outcomes have found that in presenting news of Melinda Dee, Seputar Indonesia RCTI News Program more sensational than Reportase Trans TV. Furthermore, in order to make the news more sensational, both of news programs often use personalization of Melinda Dee.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library