Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Yossy Syarnen
"
ABSTRAKDalam rangka perbaikan distribusi peserta di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama FKTP , Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan telah mengeluarkan peraturan nomor 1 tahun 2017 tentang rasio ideal satu dokter berbanding 5.000 peserta di FKTP. Upaya ini dilakukan untuk memperbaiki ketimpangan yang ada saat ini, dimana sasaran lebih ditujukan pada peserta non-PBI JKN yang mempunyai fleksibilitas dalam menentukan pilihan FKTP nya. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana peserta menentukan FKTP yang dipilihnya dan faktor apa saja yang mempengaruhi. Analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat hubungan pada faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor kebutuhan sedangkan analisis kualitatif dilakukan untuk menganalisis faktor sistem dalam penentuan FKTP dan kepesertaan BPJS Kesehatan. Faktor yang mempengaruhi pemilihan FKTP dalam faktor predisposisi adalah variabel pengetahuan 0.002 dan persepsi 0.001 . Dari faktor pemungkin adalah variabel kemudahan sarana transportasi 0.022 . Faktor yang paling dominan mempengaruhi pemilihan FKTP adalah faktor persepsi responden. Mengenai sistem, penetapan FKTP berdasarkan pada kriteria mutlak dan kriteria teknis sesuai peraturan dari BPJS Kesehatan sedangkan dari segi kepesertaan, peserta memilih FKTP yang terdekat dengan domisili serta tidak ada pembatasan dalam memilih FKTP oleh sistem pendaftaran di BPJS Kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi pemilihan FKTP pada peserta BPJS Kesehatan Non-PBI adalah persepsi sehingga diharapkan BPJS Kesehatan dapat meningkatkan sosialisasi tentang pemilihan FKTP kepada peserta. Diharapkan adanya pembatasan dalam memilih sehingga peserta dapat diarahkan untuk memilih alternatif FKTP yang masih dekat dengan domisili peserta.
ABSTRACTTo ensure improvement in distribution of membership into the Primary Health Care Facility FKTP , Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan has released regulation number 1, 2017 on the ideal ratio of participants in the FKTP. This study aims to obtain factors influencing membership of non PBI in selecting FKTP. A quantitative analysis is performed to observe the correlation of predisposing factors, enabling factors and need factors in selecting FKTP. A qualitative approach is also added to support description on regulation and system in determining their chosen FKTP. Variables that significantly relations in predisposing factors is knowledge 0.002 and perception 0.001 . For enabling factors is accessible of transportation 0.022 . The dominant factors is perception. Primary Health Care must filled up the administrative documents as absolute criteria and technical criteria for joint with BPJS Kesehatan and for registration system, the participants can choosing the primary health care concern to their domicile. There is not limitation system for choosing the primary health care. The dominant factor that influence the selection of primary health care in non beneficiaries participants is perception. BPJS Kesehatan expected to improve socialization about how to choosing the primary health care and imposing to restrictive of choosing the primary health care by registration system so participant choose the other alternatives."
2018
T51367
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Pangrio Nurjaya
"Penggunaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional sangat berkembang pesat sejak diberlakukan pada tahun 2015 oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Kesehatan. Namun, terdapat masalah yang timbul dalam implementasinya. Salah satu diantaranya adalah tidak sesuainya klaim yang dibayarkan BPJS Kesehatan dengan tagihan dari perawatan pasien. Untuk itu, rumah sakit terus mengembangkan layanan untuk menutupi defisit klaim yang terjadi salah satunya adalah pemberian layanan naik kelas bagi pasien BPJS Kesehatan. Peneliti mencoba melihat faktor apasaja yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilih layanan naik kelas di RSUD Pasar Minggu pada Tahun 2019. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan dari seluruh pasien BPJS Kesehatan bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang mengakses fasilitas rawat inap di RSUD Pasar Minggu. Pasien BPJS Kesehatan PBI dikeluarkan dalam penelitian ini karena kepesertaan tersebut tidak memberikan hak kepada peserta untuk pindah ke prawatan yang lebih tinggi. Peneliti mendapati hasil bahwa faktor hak kelas, usia, jenis kelamin, dan diagnosa isolasi pasien berpengaruh terhadap keputusan naik kelas pasien BPJS Kesehatan. Semua faktor tersebut memiliki pengaruh yang positif. Sedangkan faktor kekritisan pasien tidak berpengaruh terhadap keputusan naik kelas.
The use of the National Health Insurance System has grown rapidly since it was enacted in 2015 by the Health Insurance Administration Agency (BPJS). However, there are problems that arise in its implementation. One of them is the incompatibility of claims paid by BPJS Kesehatan with bills from patient care. For this reason, hospitals continue to develop services to cover claims deficits that occur, one of which is the provision of upgrade services for BPJS Health patients. The researcher tries to see what factors influence a person's decision to choose an upgrade service at Pasar Minggu Hospital in 2019. The data used in this study are from all BPJS Health patients who are not Contribution Assistance Recipients (PBI) who access inpatient facilities at Pasar Minggu Hospital. . BPJS Kesehatan PBI patients were excluded in this study because the membership did not entitle the participants to move to a higher level of care. The researchers found that the class rights, age, gender, and diagnosis of patient isolation had an effect on the decision to upgrade to BPJS Kesehatan patients. All of these factors have a positive influence. While the patient's criticality factor does not affect the decision to go to class."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Cahya Arbitera
"Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai penyelenggara JKN memperkirakan pada 2015 akan mengalami defisit lebih dari 6 triliun rupiah. Pada 2016, defisit diperkirakan menjadi 11 triliun rupiah. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dan Pasar Rebo yang berjumlah 800 orang dan sampel yang diteliti sebesar 100 orang. Variabel pendidikan (P=0,005); Dimensi Ketepatan waktu (P=0,000); kesopanan dan keramahan (P=0,08); tanggung jawab (P=0,004); kenyamanan mendapatkan pelayanan (P=0,000); pelayanan (p=0,232) dan kemudahan mendapat pelayanan (P=0,000). Variabel jenis kelamin dan pekerjaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien JKN Non PBI pada Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur. Kesimpulannya variabel yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pasien JKN Non PBI Pada Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur adalah ketepatan waktu;kemudahan mendapat pelayanan dan kenyamanan mendapatkan pelayanan dengan p value = 0,000 < 0,05. Kesopanan dan keramahan petugas serta pelayanan dinyatakan tetap berpengaruh terhadap kepuasan dikarenakan dianggap merupakan faktor-faktor yang penting dalam kepuasan pelayanan.
Health development in the period 2015-2019 is Indonesia Sehat program with the goal to improve the health and nutritional status of the community through health and empowerment through community efforts are supported with financial protection and health care pemeratan. Social Security Agency (BPJS) Health as JKN organizers estimate in 2015 is a deficit of more than 6 trillion rupiahs. In 2016, the deficit is estimated to be 11 trillion rupiahs. This study uses a crosssectional study design. The population in this study were outpatients at the subdistrict Puskesmas Kramat Jati and Pasar Rebo totaling 800 people and studied sample of 100 people. Education variable (P=0,005); Dimension Timeliness (P=0,000); courtesy and friendliness (P=0,083); the responsibility (P=0,004); the comfort to get services (P=0,000); and easy to get services (P=0,000); services (P=0,232). Education variable; dimension of job and services are not significantly affects patient satisfaction JKN Non PBI at East Jakarta District Health Clinics. In conclusion Dimension Timeliness; comfort to get services and easy to get services most influence on patient satisfaction JKN Non PBI in East Jakarta District Health Clinics with p value = 0,000 < 0,05. Courtesy and friendliness with services is still influence on patient satisfaction bicause it was important factors on patient satisfaction."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library