Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Freddy Harris
"The authors here explain regarding the role of regulation to onticipating information security . By sociological approaches it has reflected on the Indonesian conditions which had not adequate orgonized. Existing arranged is limited on certain sectors. social group, and corporations group either domestic and multinational levels. Most efforts to reach to better level have been initiated by many parties such as public sector. education, information technology industrial, professional community and civil. Here also recommended needs for clear policy and the whole implementation which be coordinated integrally under government chiefs. Government leads under the authority to accomplishing the state under effective law and regulations."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
HUPE-36-1-(Jan-Mar)2006-73
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Iswary Lawanda
"ABSTRAK
Tulisan ini menunjukkan interpenetrasi antara Amaterasu Oomikami dan lingkungan dalam pemikiran orang Jepang. Perlindungan terhadap lingkungan sebagai produk interpretasi dengan kebudayaan Jepang dalam hubungan timbal balik adalah berdasarkan klasifikasi: yang normatif ? yang nyata; yang sakral ? yang profan; dunia gaib - dunia nyata. Sistem penggolongan merupakan produk dari pengetahuan orang Jepang memandang lingkungannya: golongan yang dalam (uchi) ? yang luar (soto/yoso). Penggolongan ini dan atributnya menjadi ciri pembeda antara yang dalam dengan yang luar. Perusakan lingkungan merupakan perbuatan yang memalukan dan perbuatan yang kotor. Pelanggaran terhadapnya dikenai sangsi. Orang Jepang menjaga lingkungannya sebagaimana pola tindakan mereka menjaga kuil Shinto (jinja) dan kuil budha (tera). Tindakan manusia yang murni adalah menjaga lingkungan sedangkan tindakan yang kotor adalah yang patut dihindari. Pandangan orang Jepang terhadap lingkungannya terkait dengan keyakinan keagamaan yang primordial yaitu Amaterasu Oomikami sebagai leluhur dari leluhur kaisar Jepang. Keyakinan terhadap yang sakral sebagai yang menyelimuti kehidupan masyarakat Jepang menanamkan kesadaran kolektif setiap individu dan kelompok dalam jenjang lokal, daerah, dan negara. Kesadaran kolektif atau solidaritas dalam diri orang per orang disosialisasikan melalui dan dalam institusi sehingga menghasilkan konfirmitas antara orang per orang dan orang dengan lingkungannya. Metode interpretif menggunakan pendekatan simbolik menghasilkan pemahaman bahwa Amaterasu Oomikami dan lingkungan merupakan satu sistem hubungan dalam kebudayaan Jepang dimana satu sama lain saling terkait melalui seperangkat nilai dan tindakan.

Abstract
The article indicate the interpenetration between Amaterasu Oomikami and environment within the Japanese thought. The protection of environment as a product of interpretation of Japanese culture in reciprocal relation is categorized by: the normative ? the real; the sacred ? the profane; supranatural world ? human world. The system classification is the product of knowledge from the Japanese way in seeing the world based on the classification of the inside (uchi) ? the outside (soto/yoso). This classification and its attributes produce differentiation between the inside ? the outside. The environment destruction is considered as disgrafuk and dirty action. Any violation should be given sanctions. The Japanese watch over their environment by following the pattern of jinja and tera maintainance. The purity of human behaviour is to protect the environment whilst dirty actions should be avoided. The Japanese view the environment in relevant to the religious belief as primordial as Amaterasu Oomikami the great ancestor of Japanese tenno. The belief in the sacred enfolds the life of the Japanese to nurture collective consciousness in every individual and groups in local, prefecture and nation-state hierarchically. Collective consciousness or solidarity in individuals is socialized by and within institutions in order to produce confirmity among individuals and with the environment. Interpretive method with symbolic approach produce the understanding of Amaterasu Oomikami and the environment as a system of relations in Japanese interpenetrated in the culture through a set of values and actions."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia], 2008
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Iswary Lawanda
"Tulisan ini menunjukkan interpenetrasi antara Amaterasu Oomikami dan lingkungan dalam pemikiran orang Jepang. Perlindungan terhadap lingkungan sebagai produk interpretasi dengan kebudayaan Jepang dalam hubungan timbal balik adalah berdasarkan klasifikasi: yang normatif ? yang nyata; yang sakral ? yang profan; dunia gaib - dunia nyata. Sistem penggolongan merupakan produk dari pengetahuan orang Jepang memandang lingkungannya: golongan yang dalam (uchi) ? yang luar (soto/yoso). Penggolongan ini dan atributnya menjadi ciri pembeda antara yang dalam dengan yang luar. Perusakan lingkungan merupakan perbuatan yang memalukan dan perbuatan yang kotor. Pelanggaran terhadapnya dikenai sangsi. Orang Jepang menjaga lingkungannya sebagaimana pola tindakan mereka menjaga kuil Shinto (jinja) dan kuil budha (tera). Tindakan manusia yang murni adalah menjaga lingkungan sedangkan tindakan yang kotor adalah yang patut dihindari. Pandangan orang Jepang terhadap lingkungannya terkait dengan keyakinan keagamaan yang primordial yaitu Amaterasu Oomikami sebagai leluhur dari leluhur kaisar Jepang. Keyakinan terhadap yang sakral sebagai yang menyelimuti kehidupan masyarakat Jepang menanamkan kesadaran kolektif setiap individu dan kelompok dalam jenjang lokal, daerah, dan negara. Kesadaran kolektif atau solidaritas dalam diri orang per orang disosialisasikan melalui dan dalam institusi sehingga menghasilkan konfirmitas antara orang per orang dan orang dengan lingkungannya. Metode interpretif menggunakan pendekatan simbolik menghasilkan pemahaman bahwa Amaterasu Oomikami dan lingkungan merupakan satu sistem hubungan dalam kebudayaan Jepang dimana satu sama lain saling terkait melalui seperangkat nilai dan tindakan.

The article indicate the interpenetration between Amaterasu Oomikami and environment within the Japanese thought. The protection of environment as a product of interpretation of Japanese culture in reciprocal relation is categorized by: the normative ? the real; the sacred ? the profane; supranatural world ? human world. The system classification is the product of knowledge from the Japanese way in seeing the world based on the classification of the inside (uchi) ? the outside (soto/yoso). This classification and its attributes produce differentiation between the inside ? the outside. The environment destruction is considered as disgrafuk and dirty action. Any violation should be given sanctions. The Japanese watch over their environment by following the pattern of jinja and tera maintainance.. The purity of human behaviour is to protect the environment whilst dirty actions should be avoided. The Japanese view the environment in relevant to the religious belief as primordial as Amaterasu Oomikami the great ancestor of Japanese tenno. The belief in the sacred enfolds the life of the Japanese to nurture collective consciousness in every individual and groups in local, prefecture and nation-state hierarchically. Collective consciousness or solidarity in individuals is socialized by and within institutions in order to produce confirmity among individuals and with the environment. Interpretive method with symbolic approach produce the understanding of Amaterasu Oomikami and the environment as a system of relations in Japanese interpenetrated in the culture through a set of values and actions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jamaluddin M. Marki
"Di era globalisasi dan sistem pasar babas seperti saat ini, sudah barang tentu berbagai macam produk makanan dan obat-obatan membanjiri setiap negara. Terdapat banyak makanan dan obat-obatan yang di produksi tidak sesuai dengan aturan-aturan syariat Islam. Karena itulah seorang Muslim harus sering mau menanyakan tentang hukum mengkonsumsi makanan, minuman dan penggunaan obat-obatan yang telah dicampur dengan bahan yang dapat memabukkan atau yang mengandung bias (alkohol) atau yang mengandung sesuatu yang najis. Akan tetapi banyak di antara kaum Muslimin yang mengkonsumsi makanan-makanan atau pun obat-obatan tanpa memperhatikan asal mula makanan atau obat tersebut, dari bahan apa dibuat, dan prosesnya bagaimana? Mereka ini semuanya berpegang kepada prinsip darurat dalam Islam dan mengeluarkan fatwa untuk diri mereka sendiri dan untuk orang lain dengan penuh keberanian untuk menghalalkan apa yang diharamkan Allah, apakah kita dapat melepaskan diri dari dosa yang haram melalui pintu darurat. Hal demikian, tidak luput dari pandangan para ahli fikih Islam, mereka telah memberikan kontribusi yang luar biasa besarnya dalam menginterpretasi, mengidentifikasi, membatasi, dan merumuskan kaidah-kaidah fikih (al-Qawa'id al Fikhyah) yang bersumber dari al-Qur'an dan hadits.
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode analisis wacana dengan pendekatan pada aspek normatif-sosiologis. Penelitian dengan metode analisis wacana ini digunakan untuk memperoleh keterangan lebih rinci dari kaidah-kaidah fikih yang dikaji oleh penulis. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif. Kualitatif dipandang sebagai cara penelitian yang bisa menghasilkan data deskriptif. Adapun metode penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Dari uraian singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa hikmah diperbolehkannya memakan makanan-makanan yang haram dalam keadaan darurat secara umum berpulang pada upaya menghilangkan kesempitan dari orang-orang mukallaf. Dan juga demi menjaga keselamatan nyawa orang yang bersangkutan, seperti kasus meminum khamr, memakan bangkai, darah, daging babi, transfusi darah dan lain sebagainya. Semula mengkonsumsi barang-barang yang diharamkan tersebut jelas bisa membahayakan kesehatan orang yang memakan atau yang meminumnya. Kalau hal itu diharamkan, adalah demi kepentingannya bukan demi kepentingan orang lain. Adalah hikmah kebijaksanaan Ilahi kalau ia diperbolehkan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut. Sebab kalau sampai diharamkan justru akan menimbulkan bahaya sangat besar yang digambarkan dalam bentuk kekhawatiran akan meninggal dunia.

The globalization era and free market system, there much food and medicine product which come in Indonesia. Between the food and medicine, there which produced not accordance with regulation law Islam. That is foods, drinks and medicines that mixed with material contain alcohol or pork. So, a Muslim must be often asked about it? But, many Muslim did not attention legal of law Islam and beginnings or processed of the foods, drinks and medicines. They have "Darurat" principles and instruction produce to legal which illegal of law Islam. Can we release from sin which forbidden by means of "Darurat"? This did not spare from fikih Islam view that give to great contribute of interpretation, identification, limit and fikih norms sharpen (al-Qawa'Id al Fighyah) which sources of al-Qur'an and hadits.
Written used research method is discourse analysis method with approach in normative and sociologies aspect. This discourse analysis method research used to get detail information from fikih norms that studied by written. This kind of research is qualitative-descriptive research. Viewed qualitative as research method that can produce descriptive data. While descriptive method research has purpose to make description, that is description in a systematic, factual and accurate about phenomena or phenomena relation.
From this information-- can--conclusion- -that- benefit- of-permitted to--eat forbidden foods in "Darurat" situation, in a global has back to strive for narrowness to be lost from mukallaf people. And to keep life happiness, we forbidden to alcohol drink, eat of carcass, blood, pork meat, blood transfusion, and etc. Consume of the forbidden can to risk healthy. Like that forbidden to important his self."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20234
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johnny Ibrahim
Malang: Bayumedia Publishing, 2006
340.072 JOH t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Salim
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi analisis tingkat komitmen manajemen dalam pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di pabrik pengolahan crumb rubber di PT."X" Kalimantan Barat 2014. Penelitian dilakukan terhadap pegawai tetap pada level manajerial dan perwakilan dari pekerja di Pabrik Pengolahan Crumb Rubber PT "X" Kalimantan Barat pada bulan Maret - Juni 2014, menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan analisis kualitatif, data primer berupa wawancara mendalam, dan observasi di lapangan. Observasi dilakukan dengan melakukan cross check antara kebijakan
atau prosedur perusahaan dengan implementasinya di lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa, komitmen afektif di PT "X" sudah cukup baik karena sikap penerimaan karyawan terhadap program K3 di PT "X" sudah sangat baik, manajemen PT "X" juga selalu mengadakan training untuk pekerja baru dan refresh training untuk pekerja lama, manajemen PT "X" juga berkonsultasi pada para pekerja terkait K3 walaupun tidak melalui rapat-rapat melainkan langsung kepada karyawan di tempat, manajemen PT "X" juga sudah melakukan inspeksi dan investigasi terkait K3 secara rutin. (2) Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Komitmen Kontinyu di PT "X" masih rendah karena tidak adanya anggaran dan SDM khusus dalam menunjang berlangsungnya K3 dalam perusahaan. Tidak adanya struktur organisasi khusus diperusahaan yang menangani program K3, semua yang berhubungan dengan pelaksanaan K3 itu tanggung jawab seorang personalia. Serta belum adanya evaluasi-evaluasi yang dilakukan manajemen mengenai pelaksanaan K3 selama ini. (3) Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa, Komitmen Normatif di PT "X" masih rendah, karena kepatuhan karyawan terhadap peraturan K3 masih rendah, tingkat pelanggaran yang dilakukan karyawan juga masih tinggi dan PT "X" belum memiliki prosedur dalam menjalankan K3 di seluruh unit kerja, yang ada hanya berupa instruksi-instruksi kerja.

This study aims to conduct analysis of study-level management commitment to the implementation of the Occupational Health and Safety in crumb rubber processing plant in PT. "X" West Kalimantan, 2014. Study was carried out on a permanent employee at managerial level and workers representative in Crumb Rubber Processing Factory PT "X" West Kalimantan in the month of March-June 2014, the use of descriptive analytic study design with qualitative analysis approach, the primary data in the form of in-depth interviews, and observations in the field. Observations carried out by cross-checking between the policies or procedures of the company with its implementation in the field.
The results showed that: (1) From the interviews it can be concluded that, affective commitment in PT "X" is good enough for acceptance to the program employees K3 PT "X" has been very good, the management of PT "X" has always held a training for new workers and training to refresh the old workers, the management of PT "X" was also consulted on the workers concerned K3 although not through meetings but directly to employees in place, the management of PT "X" has also been conducting inspections and investigations are routinely associated K3 . (2) From interviews it can be concluded that a Continuous Commitment to PT "X" is low because there has the absence of a special budget or human resources to support the company's ongoing K3. The absence of specific organizational structure in the company that handles the K3 program, all of which relate to the implementation of K3 was responsible personnel. And the lack of evaluations conducted during the management of the implementation of the K3. (3) From the interview above, it can be concluded that, Normative Commitment PT "X" is low, because the employee compliance with regulations K3 is still low, the level of offense committed employees are also still high and PT "X" does not yet have procedures in running K3 in all work units, which exist only in the form of work instructions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Routledge, 2017
172.4 NOR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M. F. Ina Jusuf
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keikatan guru SD pada organisasi, seberapa jauh hubungan tersebut, dan hubungan keikatan guru SD pada organisasi dengan niat untuk meninggalkan organisasi. Faktor-faktor yang dimaksud di atas (selanjutnya disebut anteseden) adalah karakteristik pribadi (usia, masa kerja, tingkat pendidikan, status pernikahan, motivasi berprestasi, perasaan tentang konpetensi), persepsi tentang karakteristik peran (ruang-lingkup pekerjaan, ketaksaan peran/role ambiguity), persepsi tentang lingkungan pekerjaan (keterandalan organisasi, perasaan dipentingkan oleh organisasi, realisasi harapan individu, persepsi tentang sikap sejawat terhadap organisasi, persepsi tentang gaji, persepsi individu terhadap perilaku atasan). Sedangkan keikatan pada organisasi dibedakan menjadi kgikatan afektif, keikatan berkesinambungan, dan keikatan normetif.
Penelitian ini bersifat Ex Post Facto, dengan disain "One-Shot Case Study". Subyek penelitian berjumlah 91 orang guru SD. Pengukuran menggunakan skala sikap model Likert, dengan skala 1 sampai dengan 6. Teknik analisis yang dipakai adalah Regresi Berganda (Multiple Regression) pada taraf signifikansi a = D,05. Hasil penelitian keseluruhan menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara 14 anteseden tersebut (secara bersama) dengan ketiga jenis keikatan guru SD pada organisasi. Anteseden yang mampu memberi sumbangan signifikan kepada :
- keikatan afektif adalah persepsi tentang sikap sejawat terhadap organisasi, realisasi harapan individu, motivasi berprestasi
- keikatan berkesinambungan adalah persepsi tentang sikap sejawat terhadap organisasi keterandalan organisasi, persepsi tentang gaji
- keikatan normatif adalah persepsi tentang sikap sejawat terhadap organisasi, persepsi tentang gaji, motivasi berprestasi, usia.
Hasil penelitian mengenai hubungan ketiga keikatan (secara bersama) dengan niat untuk meninggalkan organisasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan. Setelah diseleksi, ternyata keikatan yang berhubungan negatif signifikan dengan niat untuk meninggalkan organisasi adalah keikatan berkesinambungan dan keikatan normatif. Saran-saran penelitian ini tentulah tidak benar-benar tuntas, maka untuk memberi gambaran yang lebih jelas disarankan untuk :
1. Mengadakan penelitian longitudinal
2. Hengadakan penelitian yang lebih luas di organisasi pen
didikan lain maupun jenis organisasi lain
3. Untuk organisasi pendidikan umumnya : hal-hal yang meru pakan anteseden perlu diperhatikan dan diusahakan perwujudannya, supaya keikatan pada organisasi berkembang ke arah positif. Hal ini tentunya dilaksanakan sesuai dengan prinsip, situasi, dan kondisi masing-masing organisasi pendidikan.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Objectives of the study are : (a) analysis of effectiveness of implementation of Raskin Program in the year of 2007, (b) analysis of poor families (RTM)'s perception on the perspective of increasing normative price of raskin, and (c) formulation of recommendation for more effective implementation of the Raskin rogram. The study reveals that the program is less effective. In all study areas, RTMs paid a much higher price for raskin that its normative rice quota (10 Kgs/RTM/month) It is also found that RTMs were willing to pay if the government increased the normative price of raskin . However , their willingness to pay is subject to two conditions, namely (a) the newly-established normative price is the price at RTMs hose and (b) monthly quota is raised to 20 Kgs/RTM/month as previously. To make the program more effective, this study recommends the government to develop a village - level system control for the Raskin program , to raise monthly rice quota of RTM and its normative price and to share the program's cost with distric-level governments."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rossy Yulianti
"ABSTRAK

Latar belakang. Meningkatnya usia harapan hidup menambah jumlah populasi dewasa dan usia lanjut yang menyebabkan meningkatnya gangguan fungsi kognitif, salah satunya adalah fungsi eksekutif. Pemeriksaan Trail Making Test merupakan salahsatu instrumen untuk pemeriksaan fungsi eksekutif. Trail Making Test dapat dipengaruhi faktor demografi seperti usia dan tingkat pendidikan, selain itu, saat ini belum ada nilai normal waktu rerata Trail Making Test di Indonesia.

Metode. Studi ini dilakukan secara potong lintang pada 200 subyek dengan kognitif normal yang terdiri atas 55 subyek laki-laki dan 145 subyek perempuan berusia >18 tahun.

Hasil. Pada penelitian ini, dari keseluruhan subyek didapatkan waktu rerata dari TMT-A adalah 41,39±17,877 detik dan TMT-B adalah 82,82±35,05 detik. Pada kelompok berdasar tingkat pendidikan, waktu rerata TMT-A &TMT-B kelompok dengan tingkat pendidikan ≤12 tahun adalah 47,21±17,97 detik & 98,12±33,70 detik dan kelompok dengan tingkat pendidikan >12tahun adalah 36,62±16,39 detik & 70,29±31.04 detik. Pemeriksaan TMT-A dan TMT-B berdasarkan kelompok usia dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok usia 18-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun dan ≥70 tahun. Untuk kelompok usia 18-39 tahun, waktu rerata TMT-A dan TMT-B adalah 22,85±6,15 detik dan 44,90±14,69 detik, kelompok usia 40-49 tahun 37,45±11,82 detik dan 71,60±25,51 detik, kelompok usia 50-59 tahun 44,15±16,39 detik dan 86,72±27,91 detik, kelompok usia 60-69 tahun 48,52±17,48 detik dan 98,50±27,26 detik, sedangkan kelompok usia ≥70 tahun 53,95±16,97 detik dan 112,35±33,35 detik. Tidak ada perbedaan bermakna waktu rerata TMT-A & TMT-B pada kelompok berdasar jenis kelamin.

Kesimpulan. Telah didapatkan rerata waktu Trail Making Test pada kognitif normal. Usia dan tingkat pendidikan secara bermakna mempengaruhi waktu rerata Trail making Test.


ABSTRACT

 


Background.  With a rapidly aging population would increase the incidence of cognitive impairment, which one of them was executive function. The Trail Making Test is among the most widely used neuropsychological assesment instrument as an indicator of executive functioning. The demografic factor such as age and level of eductaion could effect on the performance of the trail Making Test and this study would provide normative information in normal cognitive population in Indonesia

Method. The study was a cross sectional study involving 200 normal cognitive subject consist of 55 males and 145 females which age ranging more than 18.

Results. In this study, the whole mean score for TMT-A & TMT-B were  41,39±17,877 sec & 82,82±35,05 sec. Based on level of education, the mean score of TMT-A & TMT-B for education ≤12 years were 47,21±17,97 sec & 98,12±33,70 sec & for education >12 years were 36,62±16,39 sec & 70,29±31.04 sec. The mean score of TMT-A & TMT-B for age 18-39 year, were 22,85±6,15 sec & 44,90±14,69 sec, for 40-49 year were 37,45±11,82 sec & 71,60±25,51 sec,  for age 50-59 year were 44,15±16,39 sec & 86,72±27,91 sec, for age  60-69 year were 48,52±17,48 sec & 50±27,26 sec & for age ≥70 year were 53,95±16,97 sec & 112,35±33,35 sec. There is no significant differences of mean scores TMT between male and female.

Conclusion. The mean score of Trail Making Test in normal cognitive has been found. Age as well as level of education have significant effect on mean score of the Trail Making Test.

 

 

"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>