Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kurnia Indriyani
"Skripsi ini membahas preferensi jumlah anak di kalangan remaja berpendidikan tinggi (SMA ke atas) di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2012. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi jumlah anak pada remaja dengan tingkat pendidikan tinggi di Indonesia.
Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu adanya pembekalan kesehatan reproduksi yang baik bagi remaja melalui PIK R/M, bagi orang tua melalui BKR dan bagi guru di sekolah guna menjawab pertanyaan mengenai kesehatan reproduksi oleh muridnya, serta kepada instansi terkait guna menggencarkan kampanye 2 anak cukup laki-laki perempuan sama saja.

This essay is about number of children preference among adolescents with high education (Senior High Shool and higher) in Indonesia based on data analysis IDHS 2012. The purpose of this research is to know the factors that influence the number of children preference in adolescents with high education in Indonesia.
Results of the study suggest that the need for debriefing good reproductive health for adolescents through PIK R/M, for parents through the BKR and for teachers at school to answer questions about reproductive health by their students, as well as to relevant agencies to intensify the campaign two children are enough male or female alike."
2015
S59089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yugiana
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah anak dan komposisi jenis kelamin anak terhadap tingkat kebahagiaan orang tua baik pada orang tua laki-laki maupun perempuan. Kebahagiaan diukur menggunakan pertanyaan tentang kepuasan seseorang atas kehidupannya secara keseluruhan saat ini. Data yang digunakan adalah data IFLS5 tahun 2014 dan dianalisis menggunakan regresi logistik multinomial. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kebahagiaan laki-laki maupun perempuan akan meningkat ketika memiliki satu orang anak kemudian tingkat kebahagiaan menurun seiring bertambahnya jumlah anak. Mendukung analisis tersebut, hasil regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa laki-laki yang memiliki anak baik dengan komposisi jenis kelamin lengkap maupun tidak lengkap lebih cenderung untuk bahagia daripada laki-laki yang tidak punya anak. Sementara itu, perempuan akan lebih bahagia jika memiliki anak dengan komposisi jenis kelamin lengkap. Akan tetapi hasil regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa semakin banyak anak secara signifikan menurunkan tingkat kebahagiaan baik pada laki-laki maupun perempuan.

ABSTRACT
This study aimed to find out the impact of number of children and children sex composition on either men or women happiness. Happiness measured by question about satisfaction with the whole life at this moment. The data used was IFLS wave 5 2014 and analysed with multinomial logistic regression. Descriptive analysis showed that happiness will increase when men or women having one child, then the happiness level decrease as the increase of the number of children. Supporting the analysis, multinomial logistic regression showed that men who had children with either complete or incomplete sex composition were more likely to be happy than men who didn rsquo t have children. Meanwhile, women will be happier if they have children with complete sex composition. However, multinomial logistic regression result showed that having more children significantly decrease the happiness level either in men or women. "
2018
T50997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martio Elmidia Putri
"ABSTRAK
Latar Belakang
Penelitian ini membahas tentang hubungan antara posisi kerja berdiri dengan varises tungkai pada perawat perempuan. Kejadian varises tungkai diduga berkaitan dengan posisi kerja berdiri dan lebih sering terjadi pada perempuan (dalam populasi umumnya) serta berdampak cukup besar secara ekonomi pada perusahaan untuk pengobatan penyakit ini.
Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi varises tungki di kalangan perawat perempuan dan mengetahui hubungan antara posisi kerja berdiri dengan kejadian varises tungkai serta status demografi seperti umur, riwayat varises dalam keluarga, status gizi, penggunaan KB hormonal, jumlah anak dan lama kerja pada perawat perempuan di RS X.
Metode
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode potong lintang. Data yang dikumpulkan pada bulan Maret-April 2016. Subyek penelitian 171 orang perawat perempuan di RS X yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan wawancara, pemeriksaan fisik tungkai bawah dan observasi posisi kerja berdiri selama waktu bekerja.
Hasil
Prevalensi varises tungkai sebanyak 63,16%. Masa kerja (ORa=4,84 95%CI= 1,67-14,01), lokasi kerja (ORa=4,02 95%CI= 1,82-8,89) dan jumlah anak lebih dari satu (ORa=3,60 95%CI=1,13-11,43) merupakan faktor dominan terhadap kejadian varises tungkai.
Kesimpulan
Prevalensi varises tungkai pada perawat perempuan adalah 63,16%. Jumlah anak dan masa kerja menjadi faktor dominan terhadap kejadian varises tungkai. Bagi karyawan yang menderita varises tungkai disarankan melakukan modifikasi gaya hidup untuk memperbaiki kualitas hidup dengan cara melakukan elevasi tungkai pada saat beristirahat, mengurangi berat badan dengan diet tinggi serat dan olah raga teratur serta menghindari posisi berdiri statis yang terlalu lama. Pencegahan primer terhadap semua derajat varises dengan menggunakan stoking kompresi.

ABSTRACT
Background
This study discussed about correlation between standing work position and varicose veins in female nurses. Varicose veins was assumed to be associated with long standing work positions which risks in women are higher than men. Varicose veins also contributed in company budgeting for the treatment.
Purpose
Focus on this study was to know about prevalence of varicose veins in female nurses in hospital and correlation between standing work positions, ages, family history of varicose veins, nutrient, hormonal contraseptives, number of children, places of works and years of services.
Method
This study was held in one of hospital with design of study was cross sectional survey. Data were collected to 171 respondents from March to April 2016 which choosen by inclution criteria; by interviewed, leg physical examination and observation of standing work positions.
Result
There was 63,16% prevalence of varicose veins. Years of services (ORa=4,84 95%CI= 1,67-14,01), places of work (ORa=4,02 95%CI= 1,82-8,89) and has more than one children (ORa=3,60 95%CI=1,13-11,43) are dominant factors of varicose veins.
Conclusion
The prevalence of varicose veins in female nurses are 63,16%. Years of services, places of work and number of children are suggested to be dominant factors in varicose veins. Employees that have varicose veins are suggested to modified their life style to improved quality of life condition such as elevated leg at rest, reduce weight by consumpt high fiber diet, regularly exercise and avoid long standing position in long period. Primary prevention in all degree of varicose veins are using pressure stocking.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jabbar Hidayatullah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jumlah anak yang diinginkan pada tahun 2000 terhadap pendapatan per kapita rumah tangga muslim pada tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitaif menggunakan metode regresi OLS dengan jumlah sampel 1098 kepala keluarga berjenis kelamin laki-laki yang berusia 23-34 tahun pada tahun 2000 dan beragama Islam pada tahun 2000 dan 2014 yang diambil dari data IFLS 3 dan 5. Sedangkan metode kualitatif menggunakan teknik wawancara dengan teknik convenient sampling. Responden wawancara berjumlah 7 orang yang memiliki latar belakang sosial, ekonomi, dan keagamaan berbeda. Hasil yang didapat adalah jika jumlah anak yang diinginkan tinggi pada tahun 2000 maka berpengaruh terhadap pendapatan per kapita rumah tangga muslim yang lebih tinggi pada tahun 2014 dibandingkan dengan jumlah anak yang diinginkan rendah secara statistik. Selain itu, variabel pendapatan per kapita rumah tangga tahun 2000 dan variabel lain milik kepala rumah tangga seperti status pernikahan, status pekerjaan, dan umur diikuti oleh lingkungan tempat tinggal serta jumlah orang yang tinggal di rumah tangga yang sama turut memengaruhi pendapatan per kapita rumah tangga secara signifikan.

ABSTRACT
The purpose of this study is to know the effect of the desired number of children in 2000 to the per capita income of Muslim households in 2014. This study used quantitative and qualitative methods. The quantitative method used OLS regression method with sample size of 1098 Muslim male household heads aged 23 34 years old in 2000 and 2014 from IFLS data 3 and 5. While, qualitative method used interview technique with convenient technique sampling. The interview respondents consisted of 7 people with different social, economic, and Islamic background. The result is, high desired number of children in 2000 affects higher per capita income of Muslim households in 2014 than low desired number of children statistically. In addition, household per capita income in 2000 and other variables such as marital status, employment status, age, residence environment, and the number of people in the same household also significantly affect per capita income of household. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Putri Manvi, autho
"ABSTRAK
Dalam lingkup rumah tangga-mikro, orang tua memegang peran penting
dalam menentukan kualitas anak. Teori klasik Becker dan Lewis (1974)
membuktikan keterbatasan pendapatan dalam rumah tangga membuat orang tua
menghadapi trade-off antara jumlah anak dan kualitas anak. Studi ini bertujuan
melakukan pengujian teori Becker secara empiris di Indonesia. Menggunakan data
IFLS4 dan metode OLS, ditemukan hubungan positif antara jumlah anak dan lama
sekolah. Hal ini mengindikasikan tidak terdapat trade-off antara kuantitas dan
kualitas anak usia 7-24. Selanjutnya, variabel tingkat pencapaian pendidikan juga
digunakan dalam uji ini sebagai pendekatan kualitas pendidikan lainnya.
Menggunakan metode order logit, hasil pengujiannya mendukung temuan
sebelumnya yaitu tidak terdapat trade-off antara jumlah anak dan tingkat
pencapaian pendidikan anak.

ABSTRACT
Parents play an important role in determining the quality of children at
home production. Classical theory of Becker and Lewis (1974) had proven that
there is trade-off between quantity and quality of children because of their low
income parents. This study aim for testing the Becker’s theory empirically in
Indonesia by using the data IFLS 4 and OLS method. It is found that there is a
positive relationship between number of children and years of schooling. This
study indicates that there is no trade-off between quantity and quality of children
ages 7-24. Furthermore, educational attainment level is also tested as an approach
another education quality. By using order logit method, the test results support
previous findings that could not find trade-off between number of children and
level of educational attainment of children in Indonesia."
2014
S55265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Anggraeni Sari
"Preferensi jumlah anak yang dinyatakan sebagai jumlah anak ideal yang diinginkan dapat memprediksi pertumbuhan penduduk di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran preferensi jumlah anak yang diinginkan remaja belum kawin usia 15-24 tahun di 10 Provinsi Penyangga serta faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi tersebut. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia komponen Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2012. Hasil analisis menunjukan rata-rata jumlah anak yang diinginkan remaja yaitu 2,4 anak. Terdapat 33,6 persen remaja pria dan 25,1 persen remaja wanita berkeinginan memiliki lebih dari 2 anak. Umur dan tempat tinggal merupakan faktor yang paling mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan remaja wanita dan remaja pria. Faktor pelayanan KIE kesehatan reproduksi dan program KB pada remaja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah anak yang diinginkan.

Preference the number of children expressed as the number of ideal that desirable can predict the population growth in the future. The aims of this research are to understand the description preference the number of children desired by the non-married adolescents (15-24 years old) in 10 Penyangga Provinces and factors associated with a preference. This research used data from Indonesia Demographic and Health Survey in components Adolescents Reproductive Health in 2012. The analysis showed the average number of children desired by the adolescents is 2,4 children. Then, 33,6 % man and 25,1 % woman desirous of owning more than two children. Age and residence are factor that most affect the number of children desired by them. KIE the adlescent reproductive health service and FP programs in adolescent did not showed significant influence against preference the number of children to be desired."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rival Abdul Jabar
"Penelitian ini mempelajari pengaruh dari faktor-faktor sosial ekonomi (pendidikan, lapangan usaha, dan status ekonomi), demografi dan tempat tinggal, budaya (otonomi istri dan preferensi jenis kelamin anak), dan program KB (diskusi tentang KB, memperoleh penerangan KB, dan keterpaparan media) terhadap preferensi fertilitas wanita usia subur (WUS) kawin/hidup bersama usia 15-49 tahun. Data yang digunakan adalah data WUS kawin/hidup bersama hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 dengan menerapkan metode analisis deskriptif dan regresi logistik multinomial.
Dalam hal membandingkan antara preferensi dua anak tidak cukup terhadap dua anak cukup (dua anak cukup sebagai acuan), hasil analisis menyimpulkan bahwa umur kawin pertama memiliki korelasi negatif terhadap preferensi dua anak tidak cukup. WUS kawin yang berpendidikan tinggi justru berpreferensi dua anak tidak cukup begitu juga WUS kawin yang suami/pasangannya berpendidikan tinggi. WUS kawin yang tidak bekerja cenderung untuk berpreferensi dua anak cukup, sementara mereka yang bekerja di sektor pertanian cenderung berpreferensi dua anak tidak cukup. Sementara itu, WUS kawin yang suami/pasangan tidak bekerja dan yang bekerja di sektor pertanian sama-sama cenderung berpreferensi dua anak tidak cukup. Status ekonomi memiliki korelasi negatif terhadap preferensi dua anak tidak cukup. Tidak ada perbedaan antara mereka yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan terhadap preferensi jumlah anak. Otonomi istri memiliki korelasi negatif terhadap preferensi dua anak tidak cukup. Mereka yang memiliki preferensi jenis kelamin anak cenderung berpreferensi dua anak cukup. WUS kawin yang pernah mendengar KB, memperoleh penerangan KB, dan berdiskusi tentang KB selama 6 bulan terakhir cenderung berpreferensi dua anak cukup.

This research studies the influence of social and the economic factors (education, field of business, and economic status), demographic and residence, cultural (the autonomy of wife and preferences sex of the child), and the family planning program (discussion about family planning, acquiring lighting , and media exposure) on the fertility preference of the childbearing age women (wanita usia subur/WUS) that married / living together ages 15-49. The data used is WUS data resulted of Indonesian Demographic and Health Survey 2012 by applying the method of descriptive analysis and multinomial logistic regression.
In terms of comparing the preferences of two children was not enough against the two children are enough (two children are enough as a reference), the results of the analysis concluded that the age at first marriage has a negative correlation with the preference of two children is not enough. WUS highly educated precisely prefers two children are not enough so well WUS with the husband / partner educated. WUS who does not work tends to prefer two children are enough, while those who work in agriculture tends to prefer two children is not enough. Meanwhile, WUS whose husband / spouse does not work and who work in the agricultural sector are equally likely to prefer two children is not enough. Economic status has a negative correlation with the preference of two children is not enough. There is no difference between those who lives in urban and in rural areas to the preferences of children. The autonomy of wife has a negative correlation with the preference of two children is not enough. Those who have a gender preference of children tends to prefer two children are enough. WUS who ever heard family planning progran (keluarga berencana/KB), KB obtained information, and discussion of family planning during the last 6 months tends to prefer two children are enough."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Fitriana Imanuddin
"Penggunaan internet di Indonesia memiliki tren yang terus meningkat setiap tahun. Informasi yang ada di dalam internet dianggap dapat mempengaruhi cara berpikir dan perilaku penggunanya. Hal ini terlihat, antara lain, pada jumlah anak yang diinginkan oleh wanita pengguna internet. Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola dan perbedaan jumlah anak ideal menurut wanita di Indonesia menurut penggunaan internet dan pengaruh penggunaan internet terhadap jumlah anak ideal menurut wanita di Indonesia setelah dikontrol terhadap pengaruh faktor sosial-ekonomi tertentu. Penelitian ini menggunakan data berdasar hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Metode yang digunakan untuk menganalisis data tersebut adalah metode analisis regresi logistik multinomial. Analisis dilakukan terhadap wanita usia subur secara keseluruhan dan wanita yang menikah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita usia subur (baik secara keseluruhan dan yang menikah) yang menggunakan internet menginginkan jumlah anak yang lebih sedikit dibanding mereka yang tidak menggunakan internet. Hasil studi ini dapat dijadikan acuan oleh pemangku kepentingan terkait dalam menyusun kebijakan-kebijakan yang tepat dan sesuai untuk mendukung penanganan tingkat angka kelahiran di masa depan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya Internet di Indonesia.

Internet usage in Indonesia is growing rapidly each year. Information on the internet is considered to affect the way of thinking and the behaviour of its users. This can be seen, among other things, on the women internet users desired or ideal number of children. This research aims to study the patterns and differentials of the ideal number of children among women in Indonesia according to internet usage and the effect of the use of internet on womens ideal number of children in Indonesia after controlling for the effects of socio-economic factors. This study used data from the results of 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (DHS). The method used to analyze the data is multinomial logistic regression. The analysis is conducted on all childbearing-aged women (15-49 years old) and married childbearing-aged women. The results of the study show that childbearing-aged women who used the internet wanted less children compared to those who did not use the internet. The results of this study can be used as a reference by the related stakeholders to formulate policies that support fertility level management in Indonesia using information and communication technology, the internet in particular.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library