Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Servatius B.A.
"
ABSTRAKGas CO2 yang terkandung dalam gas alam dapat menurunkan nilai kalor pembakaran (heating value) gas alam. Selain sifatnya sebagai gas asam yang korosif, CO2 juga dapat merusak sistem perpipaan pabrik karena dapat membeku pada suhu operasional yang sangat rendah. Proses gas sweetening adalah proses yang biasa dilakukan oleh pabrik pengolahan gas bumi untuk meminimalkan kandungan CO2 dalam gas. Teknik konvensional yang biasa digunakan adalah kolom absorpsi. Namun, teknologi kolom absorpsi ini memerlukan energi yang besar dan kurang efektif. Saat ini, para peneliti sedang mengembangkan hollow fiber membrane contactor agar proses CO2 removal berjalan lebih efektif. Pada penelitian ini digunakan pelarut tunggal diethanolamine (DEA) dan campuran senyawa amina monoethanolamine dan diethanolamine (MEA dan DEA). Variasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah variasi laju alir gas CO2 sebagai gas umpan. Variasi lain yang dilakukan adalah jumlah serat dalam modul. Analisis efektifitas modul dilakukan dengan studi perpindahan massa. Besarnya perpindahan massa ditentukan dengan koefisien perpindahan massa. Hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kontaktor membran serat berongga adalah alat yang efektif dalam menyerap gas CO2 pada laju alir gas umpan yang tinggi, jumlah serat dalam modul yang sedikit, dan menggunakan pelarut tunggal DEA.
ABSTRACTCarbon dioxide which is contained in natural gas can decrease the heating value of natural gas. Carbon dioxide is known as acid gas and it is corrosive. Carbon dioxide can also harm the piping system of the plant because it can freeze into solid phase at very low operational temperature. Gas sweetening process is a general process to minimize the carbon dioxide content in gas in natural gas processing industry. Absorption column is a conventional technique which is commonly used in CO2 removal process. But, this technique needs energy in bulk and it is not effective. Now, researchers are developing hollow fiber membrane contactor (HFMC) technology in order to the CO2 removal process runs more effectively. This research uses di-ethanolamine (DEA) as a single absorbent and mixed mono-ethanolamine (MEA) and DEA as a mixed absorbent. The variations in this research are variation of CO2 flow rate as feed gas and variation of the number of fiber in module. The performance of HFMC is analyzed by study of mass transfer. The mass transfer in HFMC is showed by the result of mass transfer coefficient. The mass transfer coefficient indicates the effectiveness of the mass transfer happened in HFMC. The result shows that HFMC is effective equipment in the absorption process of CO2 at high flow rate of feed gas and less number of fiber. It can be recommended for the CO2 removal process. Besides, DEA as a single absorbent is good and effective in absorbing CO2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1383
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Julian Christofer
"Kontaktor membran serat berongga digunakan untuk mengabsorpsi gas CO2 murni. Bahan membran yang digunakan adalah polipropilen dan pelarut yang digunakan merupakan pelarut campuran senyawa amina (MEA/DEA) dan dibandingkan pelarut tunggal DEA. Penelitian ini menganalisis efektivitas perpindahan massa dengan menghitung nilai koefisien perpindahan massa (kL), fluks, dan korelasi perpindahan massa pada variasi laju alir pelarut 200,250,300,350,400 ml/menit dan jumlah serat 20,30,40. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelarut campuran MEA/DEA lebih efektif menyerap gas CO2 dibandingkan pelarut tunggal DEA pada laju alir 400 ml/menit dan jumlah serat 40 dengan nilai kL, fluks dan sebesar 0.00244 cm/s dengan persentasi CO2 yang terabsorpsi sebesar 93%.
Hollow fiber membrane contactor was used for the absorption of pure carbon dioxide. The membranes applied were made of PVC and the absorbents included aqueous solution of mixed amine (MEA/DEA) that would be compared with single amine absorbent. This research detemined the mass transfer efficiency with determining mass tranfer coefficient, flux and mass transfer correlation under different absorbent flow rate 200,250,300,350,400 cc/minutes and number of fiber 20,30,40. The results showed that the mixed amine absorbent was more effective in doing absorption than the single amine under the flow rate absorbent 400 cc/minutes and number of fiber 40 with the value kL 0.00244 cm/s with percentage of CO2 absorped 93%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43403
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library