Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: UI-Press, 1986
616.072 UNI n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrul Jamal Isa
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian kekerapan nyeri kepala pada pasien pasca seksio sesaria dengan analgesia spinal dengan pensil] di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunku- Sejumlah 100 orang pasien yang menjalani operasi seksio sesaria baik elektif dan darurat dengan status fisis ASA III. Pasien-pasien ini dibagi dalam dua kelompok [ I dan II]. Kelompok I mendapat jarum spinal 27 tajam, kelompok II mendapat jarum spinal 27 tumpul [keduanya dari produk UNISIS]. Sebelum dilakukan analgesia spinal semua pasien mendapat perlakuan yang sama yaitu dipasang jalur intravena dan diberikan cairan beban ringer laktat sebanyak 500 ml. Kemudian pasien dibaringkan dalam posisi lateral dikubitus dan dilakukan pungsi lumbal [L2-3 atau L3-4] dengan pendekatan tajam]. Setelah operasi semua pasien dibaringkan dalam posisi datar [horizontal] selama 6 jam dan mendapat cairan rehidrasi 3000 ml/hari untuk hari pertama dan dilakukan wawancara keluhan nyeri kepala pasca pungsi dura (NKPPD) pada hari I,III,V, pasca operasi. Pada pasien tersebut juga ditanyakan keluhan lain, khususnya yang menyertai keluhan NKPPD. Pada penelitian ini tidak ditemukan komplikasi NKPPD pada operasi seksio sesaria dengan mempergunakan jarum no.27 tajam maupun 27 tumpul (UNISIS). Vll sumo Jakarta dan Rumah Sakit Boedi Kemuliaan Jakarta. median dengan jarum yang dipilih secara acak [tumpul atau memakai jarum no.27 tajam [Standard] dan 27 tumpul (UNISIS).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Nathalia Esther
Abstrak :
Hipertensi intrakranial idiopatik merupakan suatu penyakit tidak menular yang meningkatkan tekanan intrakranial seseorang tanpa penyebab yang jelas. Kondisi ini tidak terlalu sering terjadi, namun seiring berjalannya waktu insiden IIH semakin meningkat, dengan gejala yang paling utama dirasakan berupa nyeri kepala. Tujuan laporan ini untuk menganalisis asuhan keperawatan medikal bedah dan keefektifan penggunaan terapi musik pada pasien dengan diagnosis IIH. Metode praktik menggunakan intervensi terapi musik instrumental selama kurang lebih 20 menit dan dilakukan saat pasien mengalami nyeri kepala selama 3 hari. Setelah pemberian intervensi terjadi penurunan sensasi nyeri yang terukur pada skala VAS (Visual Analog Scale) sekitar 1-2 poin setiap harinya. Terapi musik direkomendasikan dapat diaplikasikan juga secara mandiri oleh pasien dan keluarga saat berada di rumah dengan menggunakan media yang ada dan memilih jenis musik sesuai dengan preferensi pasien. ......Idiopathic intracranial hypertension (IIH) is a non-transmittable disease that increases a person's intracranial pressure for unknown reasons. This condition does not occur very often, but over time the incidence of IIH has increased, with the main symptom being severe headaches. The purpose of this report is to analyze the surgical nursing care and the effectiveness of using music therapy for patients with a diagnosis of IIH. The method that was used is instrumental music therapy intervention with the approximate duration of 20 minutes and was carried out when the patient experienced headache episodes throughout the span of 3 days. After providing the intervention, there was a decrease in severe pain sensation on the VAS (Visual Analog Scale) scale for approximately 1-2 points daily. Music therapy is also recommended to be applied independently by the patient and family while at home by using available media and choosing the type of music according to the patient's preferences
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agustiany
Abstrak :
Latar Belakang: Migrain sebagai salah satu jenis prevalensi nyeri kepala primer pada kedua jenis kelamin mencapai puncaknya antara usia 25 hingga 55 tahun sedangkan puncak prevalensi TTH diamati antara usia 30 hingga 39 tahun, dimana periode tersebut merupakan tahun paling produktif untuk bekerja. Karena dampaknya signifikan terhadap produktivitas, ketidakhadiran, dan kesehatan pekerja, bersama dengan prevalensinya yang tinggi dalam populasi pekerja, nyeri kepala harus dipertimbangkan sebagai prioritas dalam kedokteran kerja. Latihan fisik merupakan salah satu intervensi yang bisa menjadi cara efektif untuk mengurangi gejala sakit kepala. Laporan kasus berbasis bukti ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas latihan fisik di lingkungan kerja untuk mengurangi gejala, frekuensi dan intensitas, penggunaan analgesik atau perbaikan lain pada pasien nyeri kepala tipe tegang (TTH). Metode: Pencarian literatur dilakukan melalui tinjauan database elektronik: Pubmed, Google Scholar dan Cochrane. Kata kunci yang digunakan adalah “tension type headache” and “physical exercise” and “workers”. Kriteria inklusi pencarian ini adalah uji coba terkontrol secara acak (RCT), systematic review (SR), pekerja dengan nyeri kepala tipe tegang. Kriteria eksklusi artikel ini adalah artikel yang tidak dapat diakses, RCT yang telah digunakan dalam systematic review terkini. Hasil: Pencarian literatur dilakukan pada 21 April 2019. Ditemukan 3 artikel yang relevan untuk menjawab pertanyaan klinis; 2 RCT dan 1 SR. Pada artikel pertama, intention to treat analysis menunjukkan penurunan frekuensi dan intensitas nyeri kepala sekitar 50% di semua kelompok intervensi dibandingkan dengan REF pada tindak lanjut 20 minggu (P <0,001). Penggunaan analgesik lebih rendah pada kelompok intervensi yang diamati (1WS, 3WS dan 9WS), tetapi tidak pada kelompok dengan supervisi pelatihan minimal (3MS), dibandingkan dengan REF saat tindak lanjut. Pada artikel kedua, tidak ada efek antar kelompok yang terdeteksi, tetapi dalam kelompok tersebut terdapat penurunan angka dari awal hingga tindak lanjut. Frekuensi TTH pada kelompok ST menurun 11% (P = 0,041) dan durasi menurun sebesar 10% (P = 0,036), sedangkan kelompok koreksi ergonomis dan postur menunjukkan penurunan frekuensi yang signifikan sebesar 24% (P = 0,0033) dan penurunan durasi 27% (P = 0,041). Artikel ketiga adalah SR yang menemukan 15 artikel. Tidak ada artikel yang diklasifikasikan sebagai risiko bias rendah menurut the Cochrane Collaboration’s tool. Kesimpulan: Ketiga artikel yang dinilai membuktikan bahwa latihan fisik efektif dalam mengurangi gejala, frekuensi, intensitas sakit kepala serta penggunaan analgesik pada pekerja khususnya pekerja kantoran. Latihan tersebut dapat diterapkan pada pekerja kantoran, meskipun tidak dapat disimpulkan mana yang terbaik. ......Background : Migraine as one type of primary headache prevalence in both sexes peaks between 25 to 55 years of age whereas the peak prevalence for TTH is observed between 30 to 39 years of age, with those periods often regarded as the most productive years of employment. Because of their significant impact on productivity, absenteeism, and workers’ wellness, together with their high prevalence in the working population, headache disorders should be considered as a priority in occupational medicine. To our knowledge, physical exercise is one of intervention that could be an effective way to reduce the symptoms of headache. This evidence based case report aimed to know about the effectiveness of physical exercise in workplace setting to reduce symptom, frequency and intensity, use of analgesic or any other improvement in tension type headache patient. Method : Literature searches were conducted through an electronic database review: Pubmed, Google Scholar and Cochrane. The keywords used were “tension type headache” and “physical exercise” and “workers”. The inclusion criteria of this searching strategy were randomizes controlled trial, systematic reviews, workers with tension type headache. The exclusion criteria of this article were inaccessible articles, RCTs that have been used in recent systematic review. Result : Literature search was carried out on April 21 2019. Found 3 relevant articles to answer clinical question; 2 Randomized control trial and 1 systematic review. In first article, the intention-to-treat analysis showed reduced headache frequency and intensity of approximately 50% in all training groups compared with REF at 20-week follow-up (P<0.001). Use of analgesics was lower in the supervised training groups (1WS, 3WS and 9WS), but not in the group with minimal training supervision (3MS), compared with REF at follow-up. In second article, twenty-three patients completed strength training and 21 completed ergonomic and posture correction (perprotocol). No between-group effect was detected, but within groups numerical reductions were noted in both groups from baseline to follow-up. Frequency of TTH in the strength training group decreased by 11% (P=0.041) and duration decreased by10% (P=0.036), while the ergonomic and posture correction group showed a significant reduction in frequency of 24% (P=0.0033) and a decrease in duration of 27% (P=0.041). Third article was a systematic review which found fifteen articles. None of them were classified as low risk of bias according to the Cochrane Collaboration’s tool for assessing risk of bias. Conclusion : The three studies that have been appraised prove that physical exercise can be effective in reducing symptoms, frequency, intensity of headache also the use of analgesic in workers especially those experienced by office workers. Those exercise is also applicable in workplace setting especially in office workers, although can not be concluded which one is the best.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Riyanto Wreksoatmodjo
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan pada penderita nyeri kepala menahun/berulang yang datang ke Poliklinik Saraf FKUI/RSCM selama jangka waktu lima bulan untuk mendapatkan gambaran tentang penderita nyeri Kepala menahun/berulang di tempat tersebut, sekaligus dibandingkan dengan hasil penelitian yang serupa/ hampir serupa di tempat lain.

Penelitian secara kuesioner yang dilakukan atas masing-masing 100 mahasiswa di Jakarta dan.di Medan menghasilkan angka prevalensi migren masing-masing sebesar 4% dan 6% (5). Sedangkan di RS Dr.Soetomo, Surabaya, selama tahun 1984 tercatat 1227 penderita nyeri kepala di antara 6488 penderita baru; 180 di antaranya didiagnosis sebagai migren (6).

Penelitianpun telah banyak dilakukan, baik dari segi epidemiologik, klinik maupun eksparimental, yang semuanya bertujuan untuk lebih memahami penyakit yang sangat umum ini.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Oktra Saputri
Abstrak :
Nyeri kepala digambarkan sebagai rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada struktur wajah atau tengkorak yang ditemukan pada remaja dengan prevalensi nyeri kepala lebih dari 50%, dan di Indonesia sendiri penelitian mengenai nyeri kepala lebih sering dilakukan pada dewasa, dan jarang ditemukan pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik remaja, frekuensi, jenis, dan dampak nyeri kepala pada remaja dengan nyeri kepala. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif, dengan jumlah sampel 412 responden, menggunakan sampel acak sederhana, dan accidental sampling, serta analisis univariat dengan aplikasi pengolah data statistik. Hasil penelitian menunjukan nyeri kepala lebih banyak terjadi pada remaja perempuan, dengan frekuensi 1-2 kali sebulan terakhir, kemudian jenis nyeri kepala yang paling sering dialami adalah migrain. Dampak yang dialami remaja akibat nyeri kepala berupa mengalami keterbatasan minimal dalam aktivitas, dan kualitas hidup lebih rendah. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat, dan bagi peneliti selanjutnya dapat memberikan dasar untuk penelitian lanjutan.  ......Headache is described as pain or discomfort in the structure of the face or skull found in adolescents with a headache prevalence of more than 50%, and in Indonesia alone research on headaches is more often carried out in adults, and rarely found in adolescents. This study aims to identify the characteristics of adolescents, frequency, type, and impact of headaches in adolescents with headaches. This study uses a descriptive research design, with a sample of 412 respondents, using a simple random sample, and accidental sampling, as well as univariate analysis with statistical data processing applications. The results showed that headaches were more common in adolescent girls, with a frequency of 1-2 times in the last month, then the most common type of headache was migraine. The impact experienced by adolescents due to headaches is in the form of experiencing minimal limitations in activities, and lower quality of life. It is hoped that the results of this study can provide information for the community, and for further researchers, it can provide a basis for further research.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Ilona
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan marah dengan pendekatan kognitif perilaku pada penderita nyeri kepala tegang Tension Type Headache . Ditemukan bahwa penderita nyeri kepala tegang memliki kecenderungan menahan emosi marah secara berlebihan. Selain itu, ditemukan bahwa para penderita nyeri kepala tegang berpotensi mengalami penurunan produktivitas dan waktu untuk bekerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi- eksperimental dalam bentuk within-subject design, dengan satu kelompok partisipan yang terdiri dari 6 subyek. Masing-masing partisipan mengikuti sesi sebanyak lima kali, disertai satu kali pra-sesi dan satu kali sesi post test. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif dan kualitatif dari hasil pre-test dan post-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan emosi marah dengan pendekatan kognitif dapat mengurangi gejala nyeri kepala pada penderita Tension Type Headache. Seluruh partisipan menunjukkan pengurangan perilaku menahan marah Anger Expression-In dalam STAXI-2 dan penurunan gejala nyeri kepala secara frekuensi, durasi dan intensitas.
ABSTRACT
The purpose of this research is to the effect of anger management by using cognitive behavioral approach in Tension Type Headache TTH sufferers. Tension Type Headache sufferers tend to suppress their anger exceedingly. Tension Type Headache also can decreased productivity and amount of time to work the individual who has Tension Type Headache. This research is a form of quasi experiment, one group consists of six participants. Each participants attended five sessions, followed by one pre session and one post test session. After that, the analysis will be done by comparing quantitative and qualitative data from the result of the pre test and post test session. Results suggest that anger management by using cognitive behavioral approach reduced symptoms in Tension Type Headache sufferers. All participant reduced their Anger Expression In STAXI 2 and reported a decreasing in the frequency, intensity and duration of their headaches.
2017
T47514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Ilona
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan marah dengan pendekatan kognitif perilaku pada penderita nyeri kepala tegang Tension Type Headache . Ditemukan bahwa penderita nyeri kepala tegang memliki kecenderungan menahan emosi marah secara berlebihan. Selain itu, ditemukan bahwa para penderita nyeri kepala tegang berpotensi mengalami penurunan produktivitas dan waktu untuk bekerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi- eksperimental dalam bentuk within-subject design, dengan satu kelompok partisipan yang terdiri dari 6 subyek. Masing-masing partisipan mengikuti sesi sebanyak lima kali, disertai satu kali pra-sesi dan satu kali sesi post test. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif dan kualitatif dari hasil pre-test dan post-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan emosi marah dengan pendekatan kognitif dapat mengurangi gejala nyeri kepala pada penderita Tension Type Headache. Seluruh partisipan menunjukkan pengurangan perilaku menahan marah Anger Expression-In dalam STAXI-2 dan penurunan gejala nyeri kepala secara frekuensi, durasi dan intensitas.
ABSTRACT
The purpose of this research is to the effect of anger management by using cognitive behavioral approach in Tension Type Headache TTH sufferers. Tension Type Headache sufferers tend to suppress their anger exceedingly. Tension Type Headache also can decreased productivity and amount of time to work the individual who has Tension Type Headache. This research is a form of quasi experiment, one group consists of six participants. Each participants attended five sessions, followed by one pre session and one post test session. After that, the analysis will be done by comparing quantitative and qualitative data from the result of the pre test and post test session. Results suggest that anger management by using cognitive behavioral approach reduced symptoms in Tension Type Headache sufferers. All participant reduced their Anger Expression In STAXI 2 and reported a decreasing in the frequency, intensity and duration of their headaches.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Newanda Mochtar
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang:Migren adalah serangan nyeri kepala primer, bersifat spesifik, paroksismal, dengan atau tanpa aura, dengan manifestasi subjektif baik sebelum maupun sesudah serangan, merupakan nyeri kepala tipe kronik dengan gejala rekurensi, menyerang usia produktif dan dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja hingga 80%, sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup dan kehidupan perekonomian dan pendidikan secara global yang mengarah kepada kerugian bagi penderita migren dan institusi tempat penderita migren bersekolah ,bekerja serta dalam kehidupan keluarga penderita. Dengan tingginya angka prevalensi dan disabilitas pada penderita migren, dilain pihak sampai saat ini pengobatan yang tepat terhadap migren belum didapatkan secara maksimal maka diperlukan pendalaman dalam pengobatan maupun pencegahan migren sangat dibutuhkan., dan sampai saat ini belum didapatkan obat yang pasti, baik terhadap pencegahan dan pengobatan, sehingga perlu dikembangkan terapi yang dapat memberikan pertolongan yang lebih akurat pada penderita migren Tujuan penelitian ini adalah menilai keberhasilan dalam penatalaksanaan migren dalam mengurangi frekuensi serangan, mengurangi intensitas serangan dan mengurangi durasi serangan dari minggu ke-0,ke-4 hingga ke-8. Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol dilakukan terhadap 34 subjek dengan migren yang dialokasikan secara acak kedalam kelompok manual akupunktur (n=17), serta kelompok medikamentosa (n=17). Penilaian menilai frekuensi, durasi dan intensitas serangan migren yang dinilai pada saat sebelum perlakuan, minggu ke-4 dan minggu ke-8 dari baseline. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok pada rerata jumlah frekuensi (p=0,040), durasi (p=0,012) dan intensitas (p=0,003) serangan migren pada minggu ke-4 dibandingkan dengan medikamentosa. Serata terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok pada rerata jumlah jumlah frekuensi (p=0,029), durasi (p=0,001) dan intensitas (p<0,001) serangan migren pada minggu ke- 8. Kesimpulan: Intervensi akupunktur manual dapat menurunkan frekuensi, durasi dan intensitas serangan migren lebih baik dibandingkan dengan preventif farmakologi asam valproat pada minggu ke-4 dan minggu ke-8.
ABSTARCT
Migraine is a primary headache attack, specific, paroxysmal, with or without aura, with subjective manifestations both before and after the attack, a chronic type of headache with symptoms of recurrence, attacks at productive age and can cause a decrease in work productivity up to 80%, so that it will affect the quality of life, economic life and education globally which leads to losses for migraine sufferers and institutions where migraine sufferers attend school, work and in the lives of sufferers families. With the high prevalence and disability rates for migraine sufferers, on the other hand, the right treatment for migraine has not yet been obtained to the maximum, it is necessary to deepen the treatment and prevention of migraine is needed, and until now there has been no definitive cure, both for prevention and treatment, so it is necessary to develop therapies that can provide more accurate relief for migraine sufferers. The purpose of this study is to assess the success in managing migraine in reducing the frequency of attacks, reducing the intensity of attacks and reducing the duration of attacks from weeks 0, 4 to 8. Methods: A randomized controlled trial with control was conducted on 34 subjects with migraine who were randomly allocated into the manual group of acupuncture (n = 17), as well as the medicine group (n = 17). The assessment of frequency, duration and intensity of migraine attacks assessed at the time before treatment, at the fourth and eight week from baseline. Results: The results showed there were significant differences between the two groups in the mean number of frequencies (p = 0.040), duration (p = 0.012) and intensity (p = 0.003) of migraine attacks at the fourth week. There were significant differences between the two groups in the average number of frequencies (p= 0.029), duration (p=0.001) and intensity (p<0.001) of migraine attacks at the eight week. Conclusion: Manual acupuncture interventions can reduce the frequency, duration and intensity of migraine attacks better than the use of valproic acid in the fourth and eight week.
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djarot Sudjatmoko
Abstrak :
Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar merupakan nyeri kepala primer. Seringkali nyeri kepala primer berkomorbiditas dengan gangguan mental, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran mengenai komorbiditas gangguan mental pada penderita nyeri kepala primer. Penelitian ini merupakan studi potong lintang, yang dilakukan di poliklinik departemen saraf RSCM, _Tull 2004 sampai Januari 2005 terhadap 95 penderita nyeri kepala primer secara consecutive sampling. Penderita nyeri kepala primer dilakukan wawancara terstruktur- dengan menggunakan instrumen MIN (Mini International Neuropsychiatric Interview) 1CD 10 untuk mengetahui apakah menderita gangguan mental atau tidak, serta untuk mengetahui jenis gangguan mentalnya. Dan penelitian ini didapatkan adanya komorbiditas antara penderita nyeri kepala primer dengan gangguan mental. Hasil penelitian menunjukkan 61 penderita nyeri kepala primer (64.2%) mengalami gangguan mental baik tunggal ataupun lebih dari satu gangguan mental, selain itu didapatkan 3 jenis gangguan mental yang terbanyak dialami penderita nyeri kepala primer yaitu episode depresi 29 orang (30.9%), gangguan panil. 20 orang (21.4%), dan gangguan anxietas menyeluruh 17 orang (17.9%).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>