Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galuh Rahmayani
"ABSTRAK
Pekerja pembuat cincin akik memiliki potensi memiliki gangguan muskulosceletal disorder terkait dengan aktivitas pekerjaan dan postur tubuh selama bekerja. Umumnya, pekerja dengan posisi menunduk melebihi 200 berisiko terhadap kejadian nyeri leher. Survey pendahuluan pada 28 orang pekerja, ditemukan 15 orang dengan keluhan nyeri leher,untuk itulah dilakukan penilaian terhadap risiko ergonomi dengan melihat terjadinya perubahan insiden nyeri leher pada pekerja yang bekerja 4 jam pertama dan 4 jam kedua yang diselingi waktu istirahat.
Tujuan penelitian menilai pengaruh tingkat risiko ergonomi sikap kerja berdasarkan RULA dan faktor ? faktor lainnya dengan nyeri leher pada pekerja industri pembuat cincin.
Metode penelitian cohort prospektif dengan observasi 8 jam kerja pada 40 subyek penelitian dengan 20 kelompok terpapar (yang memiliki skor RULA tinggi) dan 20 kelompok kontrol (yang memiliki skor RULA rendah-sedang).Pengumpulan data dengan observasi skor Rapid Upper Limb Assesment (RULA) beberapa hari sebelumnya, pengisian kuesioner, pemeriksaan spesifik leher serta pemeriksaan intensitas nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS).
Didapatkan hasil bahwa tingkat risiko ergonomi leher tinggi memiliki risiko 3,93 kali dibandingkan tingkat risiko ergonomi leher rendah terhadap kejadian nyeri leher (RR 3,93 ; Cl95% 1,66-9,3 ), dan tingkat risiko ergonomi punggung tinggi mempunyai risiko 5,25 kali dibandingkan tingkat risiko ergonomi punggung rendah terhadap kejadian nyeri leher, (RR 5,25; Cl95% 1,93-14,25 ).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh antara tingkat risiko ergonomi sikap kerja berdasarkan RULA dengan nyeri leher pada pekerja industri pembuat cincin.

ABSTRACT
The Agate Ring Maker Workers has a potential that can cause health problems such muskulosceletal disorder associated with the activity of work and posture during work. In general, employees working in a sitting position without backrest down or stand down in excess of 200 is at risk of incidence of neck and shoulder pain. At the preliminary survey, from 28 workers, found 15 people with complaints of neck pain. For this reason, it should be made an assessment of ergonomic risk to see the incidence of neck pain in workers who worked the first 4 hours and 4 hours interspersed second rest period.
Purpose to assess the effect of the level of ergonomic working risk based on Asessment of RULA and other factors with neck pain at the agate ring maker industrial workers .
This methode is a prospective cohort study with observation of 8 hours of the 40 study subjects consisting of 20 subjects in the exposed group (which has a high score of RULA) and 20 subject in the controls group (which has low-moderate score of RULA) Data collection includes observation of score Rapid Upper Limb Assessment (RULA) a few days earlier, questionnaires, specific inspection of neck and examination of neck pain intensity using Visual Analog Scale (VAS).
The result showed that the high awkward posture of the neck are at risk 3,93 times than the low awkward posture of the incidence of neck pain (RR 3,93 Cl95% 1,66-9,3 ), and high awkward postures of the back are at risk 5,25 times compared low awkward posture on the incidence of neck pain (RR 5,25; Cl95% 1,93-14,25).
It has influence of the level of ergonomic working posture risk based on Assessment of RULA working with neck pain at the agate ring maker industrial workers.
"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disa Andanari
"Lansia merupakan individu dengan usia diatas 60 tahun dengan proses penuaan yang menyertainya. Semakin bertambah usia lansia maka akan semakin rentan terhadap penyakit, salah satunya hipertensi. Dengan keluhan yang paling banyak dialami oleh lansia adalah nyeri leher, dikarenakan kelelahan dan kurangnya latihan fisik yang dilakukan. Nyeri pada lansia menggambarkan ketidaknyamanan yang bermanifestasi sebagai kelelahan, ataupun ketegangan. Jika nyeri tidak diatasi maka dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Penelitian ini menganalisis penerapan evidence-based practices berupa intervensi unggulan dalam mengatasi nyeri leher kronis pada lansia dengan hipertensi di Panti Sosial di wilayah Jakarta Timur. Intervensi tersebut yaitu exercise promotion strength training melalui pilates yang dilakukan 30 menit setiap pertemuannya dengan frekuensi 2 minggu. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala nyeri leher kronis sekitar 3 sampai 4 skala setelah dilakukannya intervensi yang dievaluasi dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS), Neck Disability Index (NDI), dan The short-form McGill Pain Questionnaire (SF–MPQ). Berdasarkan hal tersebut, exercise promotion strength training melalui pilates dapat menjadi pilihan dalam mengatasi keluhan nyeri leher pada lansia dengan hipertensi. Selain itu, diharapkan dapat memberikan masukan kepada perawat dan staff lahan praktik untuk mengimplementasikannya dalam kegiatan sehari-hari.

The elderly are individuals over 60 years of age with an accompanying aging process. The older the elderly, the more vulnerable they are to disease, one of which is hypertension. The most common complaint experienced by the elderly is neck pain, due to fatigue and lack of physical exercise. Pain in the elderly describes the discomfort that manifests as tiredness, or tiredness. If pain is not treated, it can affect the quality of life of the elderly. This study analyzes the application of evidence-based practice in the form of superior interventions in dealing with chronic neck pain in elderly people with hypertension at Social Institutions in the East Jakarta area. The intervention is exercise promotion strength training through pilates which is carried out 30 minutes each meeting with a frequency of 2 weeks. The results showed that there was a decrease in the signs and symptoms of chronic neck pain by about 3 to 4 scales after the intervention was carried out which was evaluated using the Visual Analog Scale (VAS), Neck Disability Index (NDI), and The Short-form McGill Pain Questionnaire (SF-MPQ). Based on this, exercise promotion strength training through pilates can be an option for overcoming complaints of neck pain in the elderly with hypertension. In addition, it is hoped that it can provide input to nurses and practice staff to implement it in their daily activities."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Sugiyono
"Latar belakang: Nyeri leher merupakan salah satu keluhan muskuloskeletal tersering menduduki urutan ke 2 setelah nyeri punggung bawah dalam menyebabkan disabilitas, kehilangan produktivitas dalam pekerjaan dan rekurensi. Nyeri leher berhubungan dengan berbagai hendaya dan disabilitas mulai dari nyeri, kekakuan, gangguan keseimbangan, kognitif dan gangguan emosi serta mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan berpengaruh pada kualitas hidup. Pengukuran disabilitas akibat nyeri leher menggunakan self-reported questionnaire yang sahih dan andal menjadi komponen penting dalam evaluasi dan pemantauan nyeri, disabilitas dan keadaan psikososial pada pasien nyeri leher. Tujuan studi ini adalah untuk menilai kesahihan dan keandalan Neck Disability Index (NDI) untuk mengukur disabilitas pasien nyeri leher di Indonesia. Metode: Kuesioner NDI orisinil dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan metode adaptasi transkultural dari Mapi Research Trust ke bahasa Indonesia melalui proses forward translation, backward translation, cognitive debriefing dan proofreading. Kuesioner NDI bahasa Indonesia yang telah disetujui oleh peneliti dan pengelola kuesioner dinilai kesahihan dan keandalannya dengan diuji pada 50 pasien nyeri leher di Poliklinik Rehabilitasi Medik RS Cipto Mangunkusumo. Kesahihan konstruksi dinilai dengan menggunakan korelasi antar item terhadap skor total. Keandalan dinilai dengan konsistensi internal berdasarkan Cronbach alpha dan keandalan test-retest yang dinilai dalam jangka waktu 2-3 jam dengan kuesioner kedua yang telah dirandomisasi.
Hasil: Subjek penelitian berada pada rentang usia 45.3±14.7 tahun dengan 74% merupakan perempuan. Kesahihan konstruksi dari kuesioner didapatkan korelasi sedang – kuat dengan koefisien korelasi 0.416-0.761. Konsistensi internal didapatkan baik dengan Cronbach 0.839. Keandalan test-retest didapatkan baik dengan intraclass correlation sebesar 0.92 (95% CI 0.86-0.955).
Kesimpulan: Kuesioner Neck Disability Index bahasa Indonesia merupakan kuesioner yang sahih dan andal dalam penilaian disabilitas pada pasien nyeri leher.

Background: Neck pain is one of the most common musculoskeletal complaint and ranks second after low back pain. It causes disability, loss of productivity at work and recurrence. Neck pain is associated with various disabilities ranging from pain, stiffness, balance disorders, cognitive and emotional disorders and affects daily activities and quality of life. Measurement of disability due to pain using self-reported questionnaires that is valid and reliable becomes an important component in the evaluation and monitoring of pain, disability and psychosocial conditions in neck pain patients. The aim of this study was to assess the validity and reliability of Neck Disability Index (NDI) to measure disability in neck pain patients in Indonesia.
Method: The original English NDI questionnaire was translated using the transcultural adaptation method from Mapi Research Trust into Indonesian through the process of forward translation, backward translation, cognitive debriefing and proofreading. The Indonesian NDI questionnaire which was approved by the NDI developer was assessed for validity and reliability by being tested on 50 neck pain patients at the Medical Rehabilitation Polyclinic of Cipto Mangunkusumo Hospital. The construct validity was assessed using the item-total correlation. Reliability was assessed by internal consistency based on Cronbach alpha and test-retest reliability which was assessed within a period of 2-3 hours with a second randomized questionnaire.
Results: The research subjects were in the age range of 45.3±14.7 years with 74% being women. The validity of the construction of the questionnaire obtained a moderate - strong correlation with a correlation coefficient of 0.416-0.761. Internal consistency was good with Cronbach 0.839. Test-retest reliability was good with an intraclass correlation of 0.92 (95% CI 0.86-0.955).
Conclusion: The Indonesian Neck Disability Index questionnaire is a valid and reliable questionnaire in assessing disability in neck pain patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library