Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Crysti Mei Manik
Abstrak :
Prevalensi obes di dunia tinggi. Data 2016 menunjukkan bahwa prevalensi obes meningkat 3 kali lipat yakni lebih dari 650 juta orang. Pada populasi obes ditemukan banyak penderita DM dan hipertensi. Hal Ini kemungkinan menunjukkan bahwa ada hubungan antara DM dengan hipertensi pada populasi obesitas Penelitian ini bertujuan melihat apakah ada hubungan DM dengan hipertensi pada populasi obes di Indonesia dengan menggunakan data The Indonesian Family Life Survey kelima (IFLS-5) Tahun 2014. Desain penelitian cross sectional. Jumlah Sampel adalah 712 orang. Analisis data menggunakan cox regression. Kriteria inklusi adalah penduduk obes di Indonesia yang menjadi responden IFLS-5 tahun 2014 dan memiliki data tekanan darah diukur 3 kali serta memiliki data lengkap pada seluruh variable. Dari 712 orang obes, 12.1% menderita DM. Pada kelompok obes dengan DM terdapat 84.9% hipertensi. Pada kelompok obes tidak DM terdapat 61.7% hipertensi. Nilai Prevalensi Rasio (PR) 1.3 (95% CI; 1.007-1.684), artinya pada populasi obes dengan DM beresiko terjadi hipertensi sebesar 1.3 kali lipat jika dibandingkan dengan terjadinya hipertensi pada populasi obes tanpa DM setelah di kontrol oleh variabel umur dan jenis kelamin. ......Obese prevalence in the world is high. 2016 data shows that the prevalence of obesity has increased 3-fold, which is more than 650 million people. In obese populations, there are many people with DM and hypertension. This might indicate that there is a relationship between DM and hypertension in obese populations. This study aims to look at the relationship between DM and hypertension in obesity populations in Indonesia by using the data of The Fifth Indonesian Family Life Survey (IFLS-5) in 2014. The design's study was cross sectional. The Total samples were 712 people. Data analysis used cox regression. The inclusion criteria were obese residents in Indonesia who were respondents in the 2014 IFLS-5 and had blood pressure data measured 3 times, meanwhile respondents who  have complete data on all variables. From 712 obese people, 12.1% had DM. In the obese group with DM, there were 84.9% who had hypertension. In the obese group who didn`t have DM there were 61.7% who had hypertension. Prevalence Ratio (PR) value were 1,3 (95% CI; 1,007-1,684), meaning that the obese population with DM is at risk for hypertension by 1,3 times if compared with the occurrence of hypertension in obese population without DM after being controlled by age and gender variables.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Lanny Christine
Abstrak :
Indeks antropometri merupakan pengukuran yang mudah, cepat, murah, non-invasif, dan cukup akurat dalam memprediksi lemak viseral tubuh yang berkorelasi erat dengan sindrom metabolik. Lingkar pinggang merupakan salah satu indeks antropometri yang dapat digunakan untuk memprediksi sindrom metabolik dan dapat digunakan sebagai pengukuran alternatif atau tambahan di samping body mass index (BMI)/indeks massa tubuh (IMT), karena terdapat hubungan yang jelas antara Iingkar pinggang, deposisi lemak viseral, dan faktor risiko kardiovaskular pada anak. Selain itu, lingkar pinggang merupakan pengukuran yang membutuhkan peralatan yang sederhana, murah, dan pencatatan nilai tunggal atau rata-rata dari dua atau tiga pengukuran. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Yunani, dan Spanyol telah membuat nilai batasan lingkar pinggang menurut populasi mereka sendiri untuk memprediksi sindrom metabolik. Sayangnya, Indonesia belum mempunyai nilai batasan lingkar pinggang untuk memperkirakan risiko sindrom metabolik pada anak dan remaja obes dengan menggunakan populasi anak dan remaja Indonesia. RUMUSAN MASALAH ? Berapakah proporsi sindrom metabolik pada kelompok remaja obes yang mempunyai lingkar pinggang di atas atau sama dengan persentil 80, dan di bawah persentil 80 menurut Taylor, dkk? ? Bagaimanakah gambaran tebal lemak viseral berdasarkan USG abdomen pada remaja obes, yang mengalami maupun tidak mengalami sindrom metabolik? Tujuan Umum ? Mengetahui manfaat lingkar pinggang persentil 80 menurut Taylor, dkk dalam memprediksi sindrom metabolik pada remaja obes. ? Mengetahui ketebalan lemak viseral pada remaja obes dengan menggunakan USG abdomen. Tujuan Khusus ? Mengetahui proporsi sindrom metabolik berdasarkan kriteria NCEPATP III yang dimodifikasi khusus untuk penelitian ini pada kelompok remaja obes dengan lingkar pinggang di atas atau sama dengan persentil 80 menurut Taylor, dkk. ? Mengetahui proporsi sindrom metabolik berdasarkan kriteria NCEPATP III yang dimodifikasi khusus untuk penelitian ini pada kelompok remaja obes dengan lingkar pinggang di bawah persentil 80 menurut Taylor, dkk. ? Mengetahui gambaran tebal lemak viseral berdasarkan USG abdomen pada kelompok remaja obes yang mengalami sindrom metabolik, dengan lingkar pinggang di atas atau sama dengan persentil 80, dan di bawah persentil 80 menurut Taylor, dkk. ? Mengetahui gambaran tebal lernak viseral berdasarkan USG abdomen pada kelompok remaja obes yang tidak mengalami sindrom metabolik, dengan lingkar pinggang di atas atau sama dengan persentil 80, dan di bawah persentil 80 menurut Taylor, dkk.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaufi Zahrah
Abstrak :
Prevalensi obesitas di Indonesia menunjukkan peningkatan yang bermakna dari tahun ke tahun, termasuk di dalamnya prevalensi obesitas sentral yang dapat diukur melalui lingkar pinggang. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang yang bertujuan untuk melihat korelasi antara asupan energi total, asupan lemak, dan lingkar pinggang dengan kadar HbA1c pada obesitas. Penelitian dilakukan di kantor Balai Kota DKI Jakarta dari akhir bulan November sampai Desember 2013. Pengambilan subyek dilakukan dengan cara consecutive sampling, didapatkan 47 subyek yang memenuhi kriteria penelitian. Karakteristik subyek yang diambil adalah usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh (IMT). Variabel data yang diteliti adalah asupan energi total, asupan lemak, lingkar pinggang, dan kadar HbA1c. Hasil penelitian didapatkan subyek terbanyak berusia antara 36-50 tahun (93,6%), sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 subyek (57,4%), dan sebanyak 35 subyek (74,5%) termasuk kategori obes I, karena sebagian besar subyek berada pada rentang usia 36 sampai 50 tahun, maka selanjutnya analisis data dan pembahasan dilakukan pada 44 subyek dengan rentang usia tersebut. Asupan energi total 32 subyek (72,7%) dibawah AKG (˂ 70% AKG). Median (min-maks) asupan energi total adalah sebesar 1225,8(766,0-4680) kkal. Sebagian besar subyek penelitian mengonsumsi lemak lebih dari persentase KET yang dianjurkan yaitu sebanyak 42 orang subyek (95,5%). Seluruh subyek laki-laki dan sebagian besar subyek perempuan (84%) memiliki LP lebih. Rerata kadar HbA1c pada subyek laki-laki adalah 6,3±0,2% dan perempuan 6,3±0,3%, dan hampir sebagian besar (68,2%) memiliki kadar HbA1c berisiko tinggi. Terdapat korelasi negatif tidak bermakna antara asupan energi total dengan kadar HbA1c pada subyek laki-laki (r=-0,15, p=0,536) dan korelasi positif tidak bermakna pada subyek perempuan (r=0,28, p=0,898). Korelasi negatif tidak bermakna dijumpai antara asupan lemak dengan kadar HbA1c pada seluruh subyek (r=-0,06, p=0,687). Korelasi positif tidak bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar HbA1c terdapat pada seluruh subyek (r=0,18, p=0,236). ...... The prevalence of obesity in Indonesia is increasing and also the prevalence of central obesity which can be measured by waist circumference. The aim of this cross sectional study was to find the correlation between total energy intake, fat intake, and waist circumference with HbA1c levels in obes subject. Data collection was conducted during November to December 2013 in the institution of Balaikota DKI Jakarta. The subjects was obtained by consecutive sampling, and 47 subjects who meet study criteria were enrolled in this study. The data collection were characteristics of the subjects including age, gender and body mass index (BMI), as well as total energy intake, fat intake, waist circumference, and HbA1c levels. The results showed the highest age between 36-50 years (93.6%), majority of the subjects were female (57.4%), and catagorized as obese I (74.5%). Because most of the subjects were in the range of age 36 to 50 years, the data analysis and discussion conducted on 44 subjects. Most of the subject had total energy intake under RDI requirements, i.e., 13 people (68.4 %) of male and 19 subjects (76%) of female subjects. Most of the subjects (42 subjects, 95.5%) had fat intake over recommended percentage of total energy requirement. All of the male and most of female subjects (84%) have waist circumference greater than the normal criteria. Mean of HbA1c levels were 6.3±0.2%, for male subjects and almost the same levels for female subjects, while 68.2% of the subjects were categorized as high risk. The were no significant negative correlation between total energy intake and HbA1c levels in male subjects (r =-0.15, p=0,536) and no significant in female subjects (r=0.28, p=0.898). There were no significant negative correlation between fat intake and HbA1c levels in all subjects (r=-0.06, p=0.687), while non significant positive correlation between waist circumference and HbA1c levels were found in all subjects (r=0.18, p=0.236).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irnawaty Rasyid
Abstrak :
Prevalensi obesitas cenderung meningkat di berbagai belahan dunia sehingga dapat meningkatkan risiko kardiometabolik pada berbagai penyakit. Salah satu tata laksana obesitas yang paling efektif adalah modifikasi gaya hidup, yaitu pengaturan diet. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan dengan desain uji klinis acak tersamar ganda, paralel, dua kelompok, bertujuan mengetahui pengaruh suplementasi serat larut dan diet rendah kalori seimbang (DRKS) selama 4 minggu berturut-turut terhadap berat badan (BB), kadar kolesterol highdensity lipoprotein (HDL) dan trigliserida (TG) serum pada subyek obes I usia 30-50 tahun. Berdasarkan kriteria inklusi, didapatkan 31 subyek yang dibagi menjadi dua kelompok, 15 orang kelompok perlakuan (KP) mendapat DRKS 1200 kkal/hari dan psyllium husk (PH) 8,4 g/hari, dan 16 orang kelompok kontrol (KK) mendapat DRKS 1200 kkal/hari dan plasebo. Sebanyak 28 subyek menyelesaikan penelitian ini. Suplementasi PH ditoleransi dengan baik dan tidak ada efek samping yang serius. Jumlah asupan energi total subyek KP 1130,9 ± 221,9 kkal/hari lebih tinggi signifikan (p = 0,02) daripada KK 1024,3 ± 269,9 kkal/hari. Asupan serat subyek rendah; KP 17,2 ± 2,8 dan KK 8,6 (5,2−15,2) g/hari, walaupun dengan suplementasi PH. Penurunan BB dan peningkatan kadar kolesterol HDL serum sedikit lebih banyak tidak signifikan pada KP (-1,8 ± 0,8 kg dan 0,0 ± 4,3 mg/dL) dibandingkan KK (-1,6 ± 0,9 kg dan -0,4 ± 5,9 mg/dL). Penurunan kadar TG serum KP -1,5 (-416−77) mg/dL lebih rendah tidak signifikan dibandingkan dengan KK -10,0 ± 31,3 mg/dL. Pada penelitian ini belum dapat dibuktikan suplementasi PH 8,4 g/hari dan DRKS 1200 kkal/hari dibandingkan DRKS 1200 kkal/hari saja selama 4 minggu berturut-turut lebih baik dalam menurunkan BB dan mempengaruhi kadar kolesterol HDL dan TG serum pada subyek obes I. ...... The prevalence of obesity has been increasing globally, thus it likewise made an escalation the risk of cardio metabolic diseases. One method to encounter obesity is lifestyle modification such as the diet. This research was a preliminary study with double blinded randomized clinical trial, parallel, two groups, aims to understand the effects of soluble fiber suplementation and low calorie balanced diet (LCBD) on weight, high-density lipoprotein (HDL) cholesterol and triglycerides serum for obese I subjects age 30-50 years, for four weeks successively. Base on inclusion criteria, 31 subjects are divided into two groups, 15 subjects for treatment (T) receive 1200 kcal/day of LCBD and 8,4 g/day of psyllium husk (PH) and 16 subjects for control (C) receive 1200 kcal/day of LCBD and placebo. 28 subjects accomplish this research. PH suplement were being tolerate decently, and no serious side effect developed. Total energy intake from all T subjects were 1130,9 ± 221,9 kcal, significantly higher (p = 0,02) than C subjects 1024,3 ± 269,9 kcal/day. Subjects intake of fibers were low, even adding PH supplementation; 17,2 ± 2,8 for T subjects and 8,6 (5,2-15,2) g/day for C subjects. Weight loss and HDL cholesterol serum level enhancement were insignificantly higher on T subjects (-1,8 ± 0,8 kg and 0,0 ± 4,3 mg/dL) compared to C subjects (-1,6 ± 0,9 kg and -0,4 ± 5,9 mg/dL). TG serum level derivation on T subjects are -1,5 (-416−77) mg/dL insignificantly lower than C subjects -10,0 ± 31,3 mg/dL. This research has still yet able to prove that suplementation of PG 8,4 g/day and LCBD 1200 kcal/day in compare to only 1200 kcal/day of LCBD and placebo in 4 weeks consecutively are better in weight loss and affect the level of HDL cholesterol and TG serum on obese I subjects.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library