Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indira Kemalasari
"atar Belakang: Balans energi positif pada obesitas ditandai dengan hiperadipositosis dan merangsang proses inflamasi kronik yang berdampak pada komplikasi penyakit pasien obesitas. Salah satu penatalaksaan obesitas adalah pemberian diet restriksi kalori. Diet restriksi kalori diduga menyebabkan penurunan kondisi inflamasi kronik yang salah satunya ditandai dengan kadar c-reactive protein (CRP). Namun demikian, berbagai studi memberikan hasil yang inkonsisten.
Tujuan: Menilai efek diet restriksi kalori terhadap perubahan kadar CRP dan menilai pengaruh durasi diet tertentu terhadap perubahan kadar CRP pasien obesitas.
Sumber Data: Pencarian utama dilakukan pada basis data PubMed, ProQuest, EBSCOhost, Embase dan Scopus hingga 30 Oktober 2020. Pencarian sekunder juga dilakukan secara snowballing, Google Scholar, Global Index Medicus, portal basis data nasional, dan perpustakaan digital 40 universitas di Indonesia.
Seleksi Studi: Studi uji klinis acak melibatkan pasien dewasa obes yang menilai efek diet restriksi kalori (tanpa mengkombinasikan dengan terapi nondiet lain) terhadap kadar CRP. Tidak ada batasan tahun publikasi dan bahasa. Penilaian terhadap judul, abstrak dan studi dilakukan oleh dua peninjau independen. Dari 2087 artikel, 11 studi diantaranya memenuhi kriteria eligibilitas.
Ekstraksi Data: Ekstraksi data dilakukan oleh kedua peninjau. Korespondensi dilakukan dengan menghubungi peneliti dan tidak didapatkan adanya data tambahan.
Hasil: Diet restriksi kalori memiliki efek terhadap penurunan kadar CRP pada pasien obesitas dengan nilai Mean Difference -0.22 (IK 95% -0.40 - -0.04, p 0.006). Intervensi restriksi diet ≤ 12 minggu tidak menunjukkan penurunan bermakna pada kadar CRP, sedangkan intervensi restriksi diet > 12 minggu menunjukkan penurunan bermakna pada kadar CRP.
Kesimpulan
Diet restriksi kalori memiliki efek menurunkan kadar CRP pada pasien obesitas.
......Background: Positive energy balance in obesity is characterized by hyperadipocytosis, which stimulates chronic inflammatory processes in obese patients. Management of obesity includes a calorie restriction diet thought to improve chronic inflammatory conditions, characterized by reduced c-reactive protein (CRP). However, studies have yielded inconsistent results.
Objective: To assess the effect of a calorie-restricted diet on changes in CRP levels and the duration of a particular diet that is significant for its effect on changes in CRP levels in obese patients
Data Source: We searched PubMed, ProQuest, EBSCOhost, Embase and Scopus through October 30,2020. Secondary searching was done by snowballing method including references of qualifying articles and manual searching through google scholar, global index medicus, national databases, and digital library of 40 universities in Indonesia
Study Selection: A randomized controlled trial involving obese adult patients assessed the effect of a calorie-restricted diet (without combination with other nondiet therapy) on CRP levels. No restriction regarding year of publication and language. Titles, abstracts, and articles were reviewed by two independent reviewer. Of the 2087 studies identified in our original search, 11 of them met the eligibility criteria.
Data Extraction: Data extraction was done by two reviewers. Correspondence was done by contacting the authors to confirm additional data. No additional data was obtained
Result: The calorie restriction diet has an effect on reducing CRP levels in obese patients with a Mean Difference value of -0.22 (95% CI -0.40 - -0.04, p 0.006). Dietary restriction interventions ≤ 12 weeks did not show a significant decrease in CRP levels, while dietary restriction interventions > 12 weeks showed a significant decrease in CRP levels
Conclusion: A calorie restriction diet has the effect of lowering CRP levels in obese patients"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rizki
"Kurangnya penelitian mengenai transisi pada pola asupan dan marker inflamasi usus pada anak gemuk. Studi ini bertujuan untuk melihat hubungan anatara pola asupan dan fecal calprotectin pada anak prasekolah.Studi potong lintang ini dilakukan pada 101 anak dengan BMI Z score > 1 SD dengan median 2.26 (1.61, 3.43) SD serta menggunakan semiquantitative food frequency questionnaires yang telah divalidasi dimana, pola asupan diperoleh dengan menggunakan principal component analysis. Hasil studi menunjukkan 66% anak mempunyai kadar fecal calprotectin > 50 µg/g dan berhubungan dengan BMI Z score (p=0.05, r=1.89). Pola asupan (healthy pattern p=0.132, western pattern p=0.555, staple pattern p=0.541 and milk pattern p=0.534) ditemukan tidak berhubungan dengan inflamasi saluran cerna. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengkonfirmasi hasil studi ini dengan menggunakan pendekatan lain dan kombinasi antar marker inflamasi usus.
......Lack of study confirmed the relationship between transition of diets and gut inflammation marker in obese children. Our study aimed to investigate the association between dietary pattern and fecal calprotectin level in preschool children. A cross sectional study was conducted in 101 children with body mass index (BMI) Z-score > 1 SD and median 2.26 (1.61, 3.43) SD using validated semi quantitative food frequency questionnaires whereas dietary patterns were revealed by principal component analysis. We found 66% children had fecal calprotectin levels > 50 µg/g. The fecal calprotectin level correlated with BMI Z score (p=0.05, r=1.89). Major dietary patterns were revealed: healthy pattern (p=0.132), western pattern (p=0.555), staple pattern (p=0.541) and milk pattern (p=0.534) and multivariate analysis showed no significant association with fecal calprotectin even after full adjustment for age, sex, sedentary physical activity, BMI Z score, fat intake and total fibre intake. Our findings acknowledged the insignificant association diet with gut inflammation marker had been observed due the baseline characteristic BMIZ score of the children more contribute to the elevated of fecal calprotectin level. Further investigations are warranted with a specific inflammatory food approach using a combination of marker gut inflammation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Yasmin Syauki
"Obesitas merupakan masalah kesehatan yang sudah mendunia, termasuk di Indonesia. Situasi ini erat kaitannya dengan terjadinya perubahan asupan gizi ditandai dengan penambahan pola makan dimana hal ini dapat menyebabkan penyakit degenerasi. Lingkar pinggang mempakan salah satu faktor prediksi yang kuat pada resistensi insulin, yang merupakan fase dini perkembangan penyakit diabetes melitus. Asupan asam lemak jenuh yang tinggi dapat mcnyebabkan terjadinya resistensi insulin. Data mengenai hubungan antara asam lemak dan resistensi insulin di Indonesia sangat terbatas. Untuk melihat hubungan antara berbagai asupan lemak dengan insulin pada laki-laki dewasa dengan obesitas sentral di Jakarta, maka diadakanlah penelitian dengan metode potongan lintang. Kuesioner semi kuantitaf-frekuensi makanan yang telah divalidasi digunakan untuk memperoleh data asupan lemak pada 126 laki-laki usia 30-50 tahun dengan obesitas sentral di Jakarta yang sebelumnya telah mengikuti prosedur skrining melalui pemeriksaan klinis dan pengambilan darah. Pengukuran antropometrik dilakukan untuk mendapatkan data berat badan, tinggi badan dan lingkar pinggang. Data plasma insulin puasa, plasma glukosa puasa, plasma asam lemak bebas dan profil lemak darah diperoleh melalui pemeriksaan biokimia. Kucsioner global aktivitas tisik dan surveilens penyakit kronik digunakan untuk memperoleh data aktivitas fisik, kcbizmaan merokok, konsumsi alkohol, sayuran dan buah. Asupan lemak total, lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal maupun ganda (% dari total kalori) diperolch Icbih tinggi dibandingkan rekomendasi PERKENI/NCEP/AHA/ADA (4l.23%, 21.51% and 9.32%), kecuali asupan lemak tidak jenuh ganda berdasarkan PERKENI (6.8?7%). Asupan omega-3 dan omega-6 tidak memenuhi rekomendasi berdasarkan IOM. Hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia ditemukan pada penelitian ini. Sementara itu, insulin puasa berada dalam nilai nonnal (7.63 u/L). Tidak ditemukan hubungan antara asupan berbagai jenis lemak dengan insulin pada laki-laki dcwasa dengan obesitas sentral, tetapi plasma asam lemak bebas memiliki hubungan positif dengan asupan temak tidak jenuh ganda (% dari total kalori) (rp=0.l90, p<0.05), dan plasma glukosa puasa (r=0.l93, p<0.05). Penelitian kasus-kontrol perlu dilakukan untuk dapat melihat secara jelas hubungan antara asupan berbagai jenis lemak dengan insulin pada seseorang dengan dan tanpa obesitas sentral atau pada seseorang dengan dan tanpa resistensi insulin.
......Obesity is known as the major global health problems, including in Indonesia. This situation is associated with nutritional transitional characterized by changing in dietary patterns, leading to the prevailing degenerative diseases. Waist circumference is strong predictor of insulin resistance, an initial phase for development of type 2 diabetes melitus. High intake of SFA is contributed to insulin resistance. Data on the relations between intake of fatty acids and insulin resistance in Indonesia are very limited. A cross-sectional study was undertaken to examine the association between intake of different fatty acids and insulin level in abdominal obese adult men in Jakarta. Dietary fatty acids was obtained through validated fat SQ-F FQ to |26 men with abdominal obesity aged 30-SO, who pass the screening procedure through clinical and blood assessment. Anthropomethric assessments were done to obtain body weight, height and waist circumference. Biochemichal assessments were undertaken to obtain fasting plasma insulin, glucose, FFA and profile lipid. Global Physical Activity Questionnaire and STEPS questionnaire were used to obtain data on physical activity, smoking habit, alcohol use, fruit and vegetable consumption. Intake of total fat, SFA, MUFA and PUFA (% of total calories) were found higher than that of the PERKENI/NCEP/AI-IA/ADA recommendations (4l.23% , 21.51% and 9.32%), except PUFA intake based on PERKENI (6.87%). Intake of omega-3 and omega-6 PUFA did not meet the requirement suggested by IOM. Hypercholesterolemia and hypertrigliseridemia were found among subjects. Mean fasting plasma insulin was found within desirable range (7.63 ufL). There is no correlation between intakes of different fatty acids and insulin levels in abdominal obese adult men, but FFA plasma were positively correlated with PUFA intake (% of total calories) (rp=0-l90, p<0.05) and fasting plasma glucose (rp=0.l93, p<0.05)- Further study need to be conducted to have clearly understanding of the relationship between intake of different fatty acids and insulin level between abdominal obese and non-abdominal obese or insulin resistance and non insulin resistance using case-control study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32320
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Veni Susanti
"ABSTRAK
Latar belakang: Anestesia obstetrik termasuk anestesia yang memiliki risiko tinggi dalam praktik anestesia. Perubahan fisiologi ibu selama kehamilan dan keberadaan janin merupakan tantangan yang unik untuk anestesia obstetrik. Baik kehamilan normal maupun obesitas, sama-sama mengalami perubahan anatomi dan fisiologi yang signifikan dan pengaruh anestesi yang hampir sama. Belum ada penelitian sebelumnya yang membandingkan tingkat keberhasilan insersi jarum spinal dalam posisi duduk bersila antara ibu hamil obes maupun ibu hamil bukan obes yang menjalani seksio sesarea. Penelitian ini dilakukan di RSCM dan RSU Tangerang antara bulan Juli sampai Agustus 2016.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat keberhasilan insersi jarum spinal pada posisi duduk bersila antara ibu hamil obes dan ibu hamil bukan obes yang menjalani seksio sesarea.Metode: Penelitian ini merupakan open label study yaitu uji klinis terbuka dimana perlakuan sama-sama diketahui oleh subjek maupun pelaku anestesia. Ibu hamil yang menjalani seksio sesarea dibagi menjadi dua kelompok yaitu obes O dan bukan obes NO . Pada keduanya dilakukan insersi jarum spinal dalam posisi duduk bersila. Pada penelitian ini dilakukan penilaian tingkat keberhasilan insersi jarum spinal, persentase keberhasilan insersi jarum spinal, banyaknya kontak jarum spinal dengan tulang, dan kekerapan tusukan pembuluh darah.Hasil: Dari136 subjek penelitian, tidak ada yang termasuk kriteria penolakan dan pengeluaran. Keberhasilan insersi jarum spinal pada kelompok NO adalah 47 subjek 69,12 dan pada kelompok O 45 subjek 66,18 . Secara statistik tidak berbeda bermakna antara kelompok NO dan kelompok O pada tingkat keberhasilan insersi jarum spinal p=0,714 , jumlah kontak jarum spinal dengan tulang p=0,591 , dan kekerapan tertusuknya pembuluh darah pada waktu insersi jarum spinal p=0,282 .Simpulan: Tingkat keberhasilan insersi jarum spinal yang dilakukan dalam posisi duduk bersila pada ibu hamil bukan obes tidak lebih baik jika dibandingkan pada ibu hamil obes.Kata Kunci: Insersi jarum spinal, posisi duduk bersila, ibu hamil obes dan bukan obes, kontak tulang, tusukan pembuluh darah

ABSTRACT
Background Obstetric anesthesia is high risk in practice. The physiological changes during pregnancy and fetal wellbeing are unique challenges posed for obstetric anesthesia. Significant changes in anatomy and physiology along with anesthesia considerations are similar in normal and obese pregnancy. Up to this day, there are no studies comparing successful spinal needle insertion rate in cross legged sitting position between obese and non obese parturient undergoing caesarean section. This study was done in RSCM and RSU Tangerang between July August 2016.Aim This study aims to compare successful rate of spinal needle insertion in cross legged sitting position between obese and non obese parturient undergoing caesarean section.Method This was an open label study, which was an open clinical trial where treatment was known by subjects and anesthesiologist. Parturient undergoing caesarean section were categorized into two groups, which were obese O and non obese NO . Both of the groups had spinal needle insertion in cross legged sitting position. In this study, the variables assessed were the rate of successful spinal needle insertion, the percentage of successful spinal needle insertion, the frequency of spinal needle contact with bone, and the frequency of vein puncture.Result All 136 subjects were included in the analysis. The rate of successful spinal needle insertion in the NO group was 47 subjects 69.12 and 45 subjects in the O group 66.18 . This result was not statistically significant p 0.714 , along with the frequency of spinal needle contact with bone p 0.591 , and the frequency of vein puncture during spinal needle insertion p 0.282 .Conclusion The rate of successful spinal needle insertion in cross legged sitting position on non obese parturient was not better than on obese parturient.Key Words Spinal needle insertion, cross legged sitting position, obese and non obese parturient, bone contact, vein puncture."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Suryantan
"This study aimed to assess the dietary changes of overweight and obese subjects and its relation to the body weight changes during 24 week of orlistat study. This study was an observational study as part of an open-labelled, randomised, parallel﷓group, real life study of the efficacy of orlistat for 36 weeks. However, this observational study followed the subjects until 24 weeks. The subjects were 64 overweight and obese Indonesian adults with body mass index 25.08 - 37.4 kglm2 and mean weight 76.7 kg (58,2 - 106.7 kg). Subjects were being prescribed a nutritionally balanced mild hypocaloric low fat diet. Caloric levels prescribed were a deficit of 500 kcal/day from daily caloric requirement (BMR corrected with physical activity level). 32 subjects were given orlistat 120 mg tid. On week-24, data of 38 subjects were being pooled and analyzed together. Until week-24, the subjects had lost an average of 7.8% of their initial body weight and 5.9% of their initial waist circumference. Total energy (p<0.05), protein (p<0.05), fat (p<0.001), carbohydrate (p<0.001) and PUFA intake (p<0.005) significantly reduce from week-0 to week-24.
The mean percentage reduced were 19.3% of energy intake, 32.7% of fat intake, 17.4% of carbohydrate intake and 7.5% of protein intake. Several predictors that may influence the body weight changes were treatment (orlistat), carbohydrate, and PUFA intake changes. In conclusion the dietary intake changes might influence the body weight reduction and waist circumference reduction, regardless the treatment, especially because typical Indonesian diet the energy source mostly from carbohydrate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T12364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selvi Aprianty Mardiana
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan hubungan Index Massa Tubuh IMT dan di kalangan remaja di Jakarta. Peningkatan IMT terkait dengan praktik makanan dapat membentuk persepsi rasa seseorang. Terdapat lima rasa dasar yang diakui, di mana rasa umami kontroversial dalam paradigma orang Indonesia. Sementara itu, studi terkait dengan umami di Indonesia masih terbatas. Sejauh mana sensitivitas rasa umami dapat mempengaruhi dalam konsumsi makanan dan indeks massa tubuh dianalisis dalam penelitian ini.. Terdapat 43 remaja Non-Overweight-Obese Group NOOG dan 79 remaja Overweight-Obese Group OOG yang berusia 10-16 tahun terlibat dalam studi cross-sectional kuantitatif ini. Studi ini menemukan bahwa usia secara signifikan terkait dengan BMI p

The goal of this study was to determine Body Mass Index BMI and its associations among adolescents in Jakarta. Increasing BMI is related to food practice that may shaped people taste perception. Some studies have showed that there are any interplay associations between taste and body mass. Five basic tastes are acknowledged nowadays, in which umami taste is the latest found and controversial in Indonesia. Meanwhile, study related with umami in Indonesia is still far behind. To what extend could umami taste sensitivity mediate in dietary experience and body mass index were analyzed in this study. There are 43 Non Overweight Obese Group NOOG and 79 Overweight Obese Group OOG students aged 10 16 years were involved in this quantitative cross sectional study. Body Mass Index BMI for age, Best Estimation Threshold BET test, Semi Quantitative Food Frequency Questionnaires SQFFQ and developed structures questionnaires were assessed and analyzed in this study. All data presented in categorical to be used in bivariate and regression model. Result of the study was found that age significantly associated with BMI p"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Widayanti
"Latar belakang: Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. Obesitas menyebabkan perubahan fisiologis yang kompleks dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, dan paru. Pasien obesitas dengan luka bakar lebih rentan mengalami perubahan fisiologis akibat penyakit penyerta yang sudah ada sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan mortalitas, lama rawat inap dan jumlah prosedur pembedahan antara pasien obesitas dan non-obesitas.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian kohort retrospektif. Terdapat dua kelompok yang diidentifikasi secara retrospektif dari data rekam medis, dan kemudian dibandingkan secara prospektif. Kami membandingkan hasil (tingkat kematian, jumlah prosedur bedah, dan lama rawat inap) pada pasien luka bakar obesitas dan non-obesitas.
Hasil: Dominasi laki-laki ditemukan dalam penelitian ini dengan jumlah subjek 68 laki-laki (61,8%) dan 42 perempuan (38,2%). Kami menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan mortalitas pada kelompok pasien luka bakar obesitas dibandingkan dengan kelompok non-obesitas (p=0,207, CI 95% 0,286-1,315). Dengan Mann-Whitney Test, juga tidak terdapat perbedaan antara lama rawat inap (p-value 0,332) dan jumlah prosedur pembedahan (p-value 0,521) pada pasien obesitas dibandingkan pasien non-obesitas.
Kesimpulan: Kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik pada mortalitas, lama perawatan dan jumlah prosedur bedah antara pasien luka bakar obesitas dan pasien luka bakar non-obesitas. Namun proporsi pasien meninggal lebih tinggi pada kelompok obesitas. Jangka waktu yang lebih lama dengan jumlah subjek yang lebih besar diperlukan untuk mengatasi bias statistik dan memberikan hasil yang lebih kuat dalam analisis statistik.
......Background: obesity has become serious health issue in developing country. obesity causes complex physiologic alteration and increased risk for diabetes cardiovascular and pulmonary diseases. Obese patient with burn injury are more prone to have physiologic alteration resulting from pre-existing comorbid. The aim of this study is to investigate mortality, length of stay and number of surgical procedure between obese and non-obese patient.
Methods: This is an observational analytical study using the retrospective cohort study design. There are two groups which are retrospectively identified from the medical records, and then prospectively compared. We compare the outcomes (mortality rate, numbers of surgical procedure, and hospital length of stay) of obese and non-obese burn patients.
Results: Male predominance was found in this study with 68 males (61.8%) and 42 females (38.2%). We found out that there was no difference in mortality in obese burn patient groups compared to non-obese group (p=0.207, CI 95% 0.286-1.315). With Mann-Whitney Test, there were also no difference between length of stay (p-value 0.332) and number of surgical procedures (p-value 0.521) in obese patient compared to non-obese patient.
Conslusion: We did not find any statistically significant difference in mortality, length of stay and number of surgical procedures between obese burn patient and non-obese burn patient. However the proportion of deceased patient is higher in obese group. Longer period of time with larger number of subjects is needed to overcome statistical bias and provide more powerfull result in statistical analysis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Novi Kurniati Akhiryani
"Meningkatnya prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak sekolah dapat dicegah dengan memberikan edukasi gizi untuk meningkatkan pengetahuan gizi mereka. Media PowerPoint dan Wordwall game telah terbukti meningkatkan hasil pembelajaran dan minat serta motivasi selama pendidikan daring. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pengaruh edukasi gizi daring menggunakan media PowerPoint, dengan dan tanpa permainan Wordwall, terhadap pengetahuan gizi pada anak-anak sekolah dasar yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas di Palembang. Penelitian ini menerapkan quasi-experimental design, menggunakan model nonequivalent control group, dan mengukur data pra dan pasca intervensi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, sehingga diperoleh total 108 siswa yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas dengan usia 10-12 tahun, dengan 54 subjek di setiap kelompok. Data pengetahuan gizi diperoleh melalui kuesioner terstruktur yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji T independen menunjukkan perbedaan signifikan dalam skor rata-rata pengetahuan gizi, dengan hasil yang lebih baik diamati pada kelompok eksperimen (p=<0,001). Hal ini menunjukkan bahwa memberikan edukasi gizi daring melalui permainan Wordwall dan media PowerPoint lebih efektif dalam meningkatkan enam aspek pengetahuan gizi pada anak-anak sekolah dasar, dibandingkan dengan mereka yang hanya menggunakan slide Power Point.
......The increasing prevalence of overweight and obesity in school children can be prevented by providing nutrition education to improve their nutrition knowledge. PowerPoint media and online games have been found to improve learning outcomes and increase interest and motivation during online education. This study aimed to analyze the difference in the effect of online nutritional education using PowerPoint media, with and without Wordwall games, on nutritional knowledge among overweight and obese elementary school-aged children in Palembang. It followed a quasi-experimental design, using a nonequivalent control group model, measured pre and post-intervention data. Sampling in the study utilized a purposive sampling technique, resulting in a total of 108 overweight and obese students aged 10-12 years old, with 54 subjects in each group. Nutritional knowledge data were obtained through structured questionnaires that had been previously tested for validity and reliability. The results of the Independent T-test demonstrated a significant difference in the mean scores of nutrition knowledge, with better results observed in the experimental group (p= <0.001). This indicates that providing online nutrition education through Wordwall games and PowerPoint media is more effective in improving six aspects of nutritional knowledge in elementary school children compared to those who only use PowerPoint slides."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurzakiah
"Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif terutama di negara berkembang. Obesitas tersebut terjadi akibat dari perubahan gaya hidup dan perilaku antara lain aktifitas fisik dan pola diet sebagai akibat dari perkembangan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko status gizi obese pada orang dewasa dengan menggunakan indikator Persen Lemak Tubuh (PLT) dan Indeks Massa Tubuh (WIT) di Kota Depok tahun 2008. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan mengandisis data sekunder Riset Unggulan Universitas Indonesia Tahun 2008. Cara pengambilan sampel pada data primer adalah multistages sampling yaitu dengan probability proportionate to size (PPS). Analisis data dilakukan dengan uji chi square dan regresi logistik ganda. Variabel independen adalah karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal, status bekerja dan pengeluaran) dan perilalai dan gaya hidup (asupan zat gizi, asupan serat, kebiasaan konsumsifast food, kebiasaan olahraga dan kebiasaan merokok).
Hasil penelitian ini mendapatkan prevalensi obese berdasarkan indikator PLT pada orang dewasa di Kota Depok eukup tinggi yaitu 35% (pria=14,44% dan wanita=20,56%). Oleh karena PLT tidak selalu dapat digunakan, IMT dijadikan sebagai indikator untuk menentukan status gizi obese. Prevalensi obese dengan menggunakan IMT cut offpoint Depkes (27 kg/m2) sebesar 22,7%. Pada saat ini INIT yang digunakan oleh Depkes, tidak membedakan cut off point berdasarkan jenis kelamin, sedangkan PLT membedakannya. Dalam penelitian ini penulis mencari cut off point IMT berdasarkan data PLT sebagai gold standar dengan menggunakan analisis Receiver Operating Characteristic (ROC) dart membedakan antara jenis kelamin pria dan wanita. Dari hasil analisis diperoleh cut offpoint pria (24,13 kg/m2) dan wanita (26,15 kg/m) yang kemudian disebut sebagai IMT sampel dengan prevalensi 15,88% pria dan 24,92% wanita., dengan jumlah total 40,8%. Prevalensi obese dengan 1MT sampel hampir sama dengan PLT namun sangat jauh berbeda dengan /MT Depkes. Faktor risiko yang terbukti secara bermakna berhubungan dengan status gizi obese dengan indikator PLT adalah tempat tinggal, pendidikan, pengeluaran, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok; faktor risiko yang terbukti secara bermalum berhubungan dengan status gizi obese dengan indikator [MT Depkes adalah jenis kelamin, tempat tinggal, status bekerja, kebiasaan merokok; sedangkan faktor risiko yang terbukti seeara bermakna berhubungan dengan status gizi obese dengan indikator llvlT sampel adalah tempat tinggal, pendidikan, dan kebiasaan olahraga. Faktor risiko yang paling dominan berdasarkan kategori PLT adalah tempat tinggai (OR = 2,51 ; 95%CI: 1,24-5,08); faktor risiko yang paling dorninan berdasarkan kategori IMT Depkes adalah tempat tinggal (OR = 2,11 ; 95%CI: 1,16-3,85); sedangkan faktor risiko yang paling dominan berdasarkan kategori IlvIT sampel adalah asupan karbohidrat (OR --- 3,32; 95%Cl: 1,38-,7,99). Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan agar dllakukan penelitian lanjutan untuk memvalidasi cut off point liviT dan membedakannya menurut jenis kelamin sehingga lebih tepat untuk dijadikan sebagai skrining obese dan dilanjutkan dengan melakukan analisis faktor risiko yang ada di daerah urban. Kepada Dinas Kesehatan Kota Depok agar menyebarluaskan mengenai pedoman umum gizi seirnbang (PUGS) khususnya mengenai asupan karbohidrat karena terbukti merupakan faktor risiko yang paling dominan. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34340
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karima Yudhistina
"Obesitas adalah faktor risiko terjadinya penyakit seperti diabetes melitus tipe 2 dan penyakit jantung dan pembuluh darah. Akumulasi lemak stimulasi proses peroksidasi lipid yang menghasilkan malondialdehida (MDA) dan mengurangi antioksidan endogen seperti katalase dalam tubuh. Puasa intermiten merupakan cara alternatif untuk menurunkan radikal bebas dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek puasa intermiten terhadap status stres oksidatif pada karyawan dengan obesitas di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode uji klinis acak dengan kontrol. Subjek penelitian ini adalah pria berusia 19-59 tahun dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥25 kg/m2 yang terbagi menjadi kelompok puasa dan kontrol melalui randomisasi sederhana. Puasa intermiten 5:2 dilakukan selama 8 minggu setiap hari Senin dan Kamis, tidak diperkenankan untuk makan dan minum selama 14 jam. Sebelum intervensi, kedua kelompok diberikan edukasi diet seimbang. Kadar MDA dan katalase dianalisis dengan spectofotometer. Asupan makan dinilai dengan 2x24 hr food recall dan food record. Hasil penelitian menunjukan kadar MDA setelah intervensi pada kelompok puasa berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,02). Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar katalase pada kelompok puasa dan kontrol (p>0,05). Puasa intermiten 5:2 selama 8 minggu dapat menurunkan kadar MDA pada karyawan dengan obesitas di Jakarta
......Obesity is a major risk factor for many non-communicable diseases. Fat accumulation stimulates the lipid peroxidation process, which produces malondialdehyde (MDA) and reduces endogenous antioxidants such as catalase. Intermittent fasting is an alternative way to reduce free radicals in the body. This study aimed to determine the effect of intermittent fasting 5:2 on MDA and catalase levels in obese employees in Jakarta. This study's subject was men aged 19-59 years with body mass index ≥25 kg/m2, who were divided into fasting and control groups through simple randomization. Intermittent fasting 5:2 was performed for eight weeks, done every Monday and Thursday, and not allowed to eat and drink during 14 hours of fasting. Before the intervention, both groups were given nutrition education on a balanced diet. Food intake was assessed by the 2x24 h food recall and food recall method. MDA and catalase levels were measured using a spectrophotometer. There was a significant difference (p<0,001) in pre-post intervention MDA and catalase levels within the fasting and control groups. MDA post-intervention levels in the fasting group were significantly different compared to the control group (p=0,02). Intermittent fasting 5:2 for eight weeks can reduce MDA levels in obese employees in Jakarta."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>