Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Apriyudi Syafputra
Abstrak :
Pada skripsi ini membahas tentang pengendali tanpa sensor dengan mengestimasi fluks rotor. Untuk mendapatkan nilai estimasi fluks rotor rotor, perlu arus dan tegangan dari motor dimana selain untuk dikembalikan ke skema pengendali, juga sebagai masukan untuk skema observer. Model observer yang digunakan pada skripsi ini adalah luenberger observer. Untuk pengendali yang digunakan pada skema FOC, pengendali berdasarkan model motor yang digunakan. Dari hasil percobaan disimpulkan estimasi fluks bagus saat motor berputar pada kecepatan tinggi. Pengendalian dengan model motor juga memiliki kelemahan seperti yang didapat dari hasil percobaan.
This thesis discusses the sensorless control by estimating the rotor flux. To obtain the estimated value of rotor flux, it is necessary current and voltage of the motor which in addition to a return to the control scheme, as well as input to observer scheme. Observer model used in this paper is luenberger observer. For the controller used in the FOC scheme, controller based motor model is used. From the experimental results concluded that a good estimation of flux when the motor rotates at high speed. Motor control model also has weaknesses such as obtained from the experiment results.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51182
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Widi Pramana
Abstrak :
ABSTRAK
Motor induksi tiga fase adalah jenis motor yang paling banyak digunakan, khususnya untuk aplikasi di dunia industri, dengan skema pengendalian yang semakin mudah untuk diaplikasikan. Untuk meningkatkan unjuk kerja pengendali, fungsi sensor kecepatan dapat digantikan oleh observer. Skripsi ini berisi simulasi penggunaan filter kalman dan komparasi unjuk kerjanya terhadap full order observer untuk menantisipasi kecepatan motor. Dari hasil yang ada, terlihat bahwa waktu cuplik sangat berpengaruh pada unjuk kerja kedua observer tersebut. Selanjutnya teknik pengendali kecepatan fuzzy-P1 jug a digunakan untuk meningkatkan unjuk kerja sistem secara keseluruhan dimana terjadi pengurangan rise time sebesar 3,36% settling time sebesar 15,28% dan %OS sebesar 3335,17%
ABSTRACT
Three phase induction motor is a kind of motor mostly used in industrial applications whose control schemes is getting easier to be implemented. In order to improve its control performace,speed sensor scan be replaced by means of an observer. This undergradute thesis contains about the simulation using Kalman filter and its performance comparison with the full order observer in order to estiamate the speed of the motor. Based on the result, it can be found that sampling time has strong effect to their performance. Furthermore. fuzzy-P1 speed controller is used to improve the overall system performance, where the rise time is improved by 3,63%, settling time by 15,28% and %OS by 3335,17%
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43867
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Idrus Salim
Abstrak :
Proporsi ketidakpatuhan penderita Tb paru berobat di beberapa daerah di Indonesia, angkanya bervariasi dan umumnya masih tinggi mulai dari 30 % sampai dengan 65 %. Kepatuhan berobat sangat penting karena berhubungan dengan resistensi. Di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat penderita Tb paru dengan pengobatan kategori 1, tidak patuh berobat sebesar 38,88 %, sehingga kemungkinan terjadinya resistensi masih cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi penderita terhadap peran pengawas menelan obat dengan kepatuhan penderita Tb paru berobat di kota Padang tahun 2001. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu satu setengah bulan dengan menggunakan data primer. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol. Sampelnya adalah sebagian atau seluruh penderita tuberkulosis paru berumur 15 tahun atau lebih yang berobat ke Puskesmas di Kota Padang dari 1 Januari 2001 s/d 31 Desember 2001 yang memdapat obat anti tuberkulosis (OAT) kategori I. Jumlah sampel sebesar 260 responden, yang terdiri dari 130 responden sebagai kasus dan 130 responden sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas penderita Tb paru BTA positif yang tidak patuh berobat terpapar oleh aktivitas PMO kurang baik 18,95 kali lebih besar, dibandingkan dengan probabilitas penderita Tb paru BTA positif yang terpapar dengan aktivitas PMO baik, setelah dikontrol oleh penghasilan keluarga dan pengetahuan penderita. Pengukuran dampak potensial memberikan informasi adanya kantribusi aktivitas PMO kurang baik terhadap terjadinya ketidakpatuhan penderita Tb paru BTA positif berobat di Kota Padang sebesar 81,46 %. Penelitian ini menyarankan kepada pengelola program perlu meningkatkan pengetahuan dan motivasi pengawas menelan obat, agar dalam melaksanakan tugas pengawasannya berjalan secara aktif. Meningkatkan pengetahuan penderita mengenai penyakit Tb paru serta akibat bila tidak patuh berobat. Dan perlu di teliti lebih lanjut terhadap variabel jenis PMO dan pekerjaan serta penghasilan keluarga dengan sampel yang lebih besar.
The Relationship of the Perception of Tb Patients on the Role of Treatment Observer and Compliance of Pulmonary Tuberculosis Patients in Padang, 2001The proportion of tuberculosis patients who does not take treatment regularly in Indonesia varies with areas, with the number ranging from 30 to 65%. Regularity in taking treatment is very crucial because it relates to drug resistance. In Padang, West Sumatra, category I tuberculosis sufferers who do not take treatment regularly is 38, 88%. Hence, the possibility of resistance is still high. The objective of the research is to study the perception relationship between the role of drug intake supervisors (DIS) or treatment observer and compliance of pulmonary tuberculosis patient attending the treatment in Padang in 2001. This study was conducted during a month and a half period using primary data. The design used is case-control study. Its sample consists of all pulmonary TB patient age 15 or above who take treatment at public health centers in Padang from January 1 to December 31, 2001. All of TB patient received-category I anti-tuberculosis drugs. The size of the sample is 260; the respondents consist of 130 as cases and another 130 as controls. The study found that the probability of positive sputum acid fast bacilli (category I) pulmonary TB patient who do not take treatment regularly under insufficient supervision of drug intake supervisors (DIS) is 18.95 times higher than the probability of category I pulmonary TB patients who do not take treatment regularly under sufficient supervision of drug intake supervisors (DIS), after improvement of family income and knowledge level of TB patients. As a conclusion, potential impact measurement provide information that insufficient activities of drug intake supervisors contribute to the irregularity of category I pulmonary TB patients in taking treatment in Padang of 81.46%. It is recommended to all program directors to improve knowledge and motivation of treatment observer and compliant in order to increase effectiveness of their supervisory duties. In addition, they should also improve knowledge of pulmonary TB patients and communicate negative impacts of not taking treatment regularly. And research of this kind should be expanded in the future, especially that relates to drug intake supervisors types, jobs, and family income, with bigger samples.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Gunawan
Abstrak :
Motor induksi tiga phasa merupakan motor yang non linier sehingga sulit dalam pengaturan kecepatannya terutama pada putaran yang rendah dan mempunyai torsi beban yang tinggi misal pada saat torsi beban mencapai nilai nominalnya, kesulitan menjadi bertambah apabila pengendalian putaran motor dilakukan tanpa sensor (sensorless). Pengendalian motor induksi tiga phasa dapat dilakukan dengan menggunakan komrol vektor yang merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memperbaiki unjuk kerja motor. Unjuk kerja yang buruk menyebabkan penggunaan motor menj adi terbatas. Metoda komrol vektor dilakulian dengan cara mengestimasi fluks rotor dan posisi rotor, untuk mengendalikan fluks rotor dan kecepatan rotor dapat digunakan pengendali PI. Penggunaan observer menimbulkan kesalahan estimasi kecepatan w,, kesalahan ini mengakibatkan kesalahan posisi 0, sehingga timbul kesalahan arus stator is, sumbu d dan q, dan kesalahan arus stator ini mengakibatkan timbulnya kesalahan torsi Te dan fluks ws dan wr, karena slip frekuensi di pengaruhi oleh fluks, sehingga terjadi kesalahan pada kecepatan wr dan 0c, kesalahan ini dapat menjadi besar atau menjadi kecil. Peletakan observser pada sumbu dq bertujuan mengurangi kesalahan yang diakibatkan oleh transformasi. Observer yang digunakan adalah full order dan reduced order observer. Pada penelitian ini dilakukan simulasi pada kecepatan rendah sampai diluar kecepatan nominal dengan batasan motor tetap dapaf bekerja baik dalam batas nilai nomlnalnya maupun diatas kecepatan nominalnya. Dari hasil percobaan simulasi yang dilakukan, nilai aktual putaran rotor dapat diikuti nilai estimasinya baik pada penggunaan full order, reduced order dari reduced order observer dengan kompensasi. Pada penggunaan reduced order observer dengan kompensasi arus menunjukkan perbaikan kesalahan yang signifikan antara nilai actual dan estimasi dari arus stator sumbu d dan q, fluks rotor sumbu d dan q, kecepatan rotor, arus magnetisasi, torsi elektromagnetik. Penggunaan waktu cuplik yang tepat sangat mempengaruhi kesalahan yang texjadi antara nilai actual dan estimasi, pada simulasi ini digunakan waktu cuplik 10 pangkat minus 4 detik, makin kecil waktu cuplik menyebabkan waktu proses bertambah lama. Dalam mengatasi timbulnya arus yang besar pada putaran rotor diatas putaran nominal maka digunakan metoda pelemahan medan atau field weakening control tanpa menggunakan sensor kecepatan dan menggunakan full order observer pada sumbu dq. Percobaan simulasi ini menghasilkan putaran 405.9 rad/detik yang melampaui kecepatan nominal rotor 147.7 rad/detik pada putaran acuan 400 radian/detik, sedangkan kecepatan maksimum yang dapat dicapai motor pada kondisi beban nol adalah 647 radian /detik. Pada percobaan simulasi dengan beban berubah, terjadi penurunan putaran sehingga tidak mencapai putaran acuan, namun masih dapat mencapai kecepatan putar nominal 147.7 radian/detik.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
D1357
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claire Tirza Darmawan
Abstrak :
Sistem multi-agent dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan untuk mengoptimalkan kemampuan beberapa agent yang terdapat dalam satu kesatuan. Ada berbagai masalah yang berkaitan dengan sistem multi-agent, salah satunya adalah masalah konsensus, yang berkaitan dengan hubungan komunikasi antar agent. Tanpa adanya konsensus maka agents tidak dapat mencapai kesepakatan untuk bekerja sama dalam melakukan tugas yang diberikan.Pada skripsi ini, diajukan dua protokol pengendali berbasis observer terdistribusi untuk sistem leader-following multi-agent waktu diskrit. Pada kasus yang pertama, observer terdistribusi tersebut digunakan untuk mengestimasi keadaan leader dan untuk yang kedua, observer terdistribusi digunakan untuk mengestimasi kesalahan pelacakan berdasarkan keluaran relatif dari neighboring agent. Protokol pengendali konsensus ini didesain berdasarkan teori kendali optimal, yaitu persamaan aljabar Riccati. Matriks gain yang digunakan pada sinyal kendali diperoleh dari penyelesaian persamaan aljabar Riccati waktu diskrit. Sementara untuk observer, matriks gain yang digunakan diperoleh dari penyelesaian persamaan aljabar Riccati waktu diskrit yang dimodifikasi.Kedua protokol pengendali berbasis observer terdistribusi diuji coba pada topologi undirected graph yang tetap dan berubah. Hasil uji coba simulasi menunjukkan bahwa keadaan follower agent menunjukkan konvergensi menuju keadaan leader agent, yang artinya masalah konsensus tercapai melalui penggunaan kedua protokol pengendali yang diajukan.
Multi agent system is developed to improve work efficiency and to optimize the capabilities of multiple agents in a single entity. There are various problems related to multi agent system, one of which is consensus problem, which is related to communication between agents. Without consensus, the agents can not reach agreement to cooperate in performing the given task.In this thesis, two distributed based control protocols are proposed for discrete time leader following multi agent system. For the first case, the distributed observer is used to estimate the leader 39 s state and for the second, the distributed observer is used to estimate the tracking error based on the relative output of the neighboring agent. This consensus control protocol is designed based on the optimal control theory, which is the algebraic Riccati equation. The gain matrix used in the control signal is obtained from solving the discrete time algebraic Riccati equations. As for the observer, the gain matrix is obtained from solving the modified discrete time algebraic Riccati equation.Both distributed observer based control protocols are tested on fixed and switching topology of undirected graphs. The simulation results show that the follower rsquo s state converge toward the leader rsquo s state, which means the consensus problem is achieved through the use of both proposed control protocols.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Waluyo
Abstrak :
Tesis ini berusaha menjelaskan adanya persamaan dan perbedaan alam pikiran budayawan Lekra dan Manifestan dalam mencari sosok budaya bangsa Indonesia yang tidak kunjung selesai sampai sekarang. Proses pencarian sosok budaya bangsa sudah, diawali sejak perdebatan di kalangan budayawan/intelektual tahun 1930-an antara Sutan Takdir Alisjahbana (STA) dengan Ki Hadjar Dewantara (KID) dan kawan-kawan. Proses pencarian sosok budaya bangsa ini terus berlanjut dalam Kongres Kebudayaan Nasional I tahun 1948 di Magelang yang dilanjutkan dengan Konferansi Kebudayaan di Jakarta tahun 1950, Kongres Kebudayaan II tahun 1951 di Bandung, Kongres Kebudayaan III tahun 1954 di Surakarta, dan Kongres Kebudayaan IV tahun 1991 di Jakarta. Proses pencarian sosok budayabangsa tidak dapat dilepaskan dari situasi politik dalam dan luar negeri yang mempengaruhi alam pikiran penguasa politik di tanah air dan di kalangan budayawan. Kongres Kebudayaan I di Magelang dilaksanakan beberapa bulan sebelum terjadi peristiwa Madiun tahun 1948 dan Agresi Militer Belanda kee 2 tanggal 18 Desember 1948. Suasana hingar bingar politik pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) turut pula menggiatkan suasana Kongres Kebuda.yaan II di Bandung tentang pentingnya organisasi kebudayaan. Pada tahun 1950 lahirlah organisasi kebudayaan yang berafiliasi kepada PKl, Lembaga Kebudayaan Rakyat yang disingkat Lekra. Organisasi ini berkiprah di bidang kebudayaan sejak Kongres Kebudayaan II (1951) di Bandung. Pada tanggal 19 Nopember 1946 di Jakarta lahir gagasan dari kolompok "Gelanggang" yang didirikan oleh Chairil Anwar, Asrul Sani dan kawan-kawan. Di dalam preamblue anggaran dikatakan bahwa "Generasi Gelanggang'' terlahir dari pergolakan roh hidup. Generasi yang harus mempertanggungjawabkan dengan sesungguhnya penjadian dari bangsa kita. Kita hendak melepaskan diri dari susunan lama yang telah mengakibatkan masyarakat yang lapuk, dan kita berani menantang pandangan, sifat, dan anasir lama ini untuk menjalankan baru kekuatan baru. Akar budaya "humanisme universal" ternyata sudah masuk ke tanah air bersamaan dengan masuknya sistem pendidikan masa kolonial Belanda yang terkenal dengan nama "Budi Utomo," tetapi sudah memikirkan tentang "pentingnya" persatuan di kalangan "pribumi" yang kemudian diikuti dengan ikrar "Sumpah Pemuda" pada tanggal 2.8 Oktober 1928. Pada tahun 1930-an, seorang seniman muda Indonesia yang menyadari akan arti penting "persatuan dan kesatuan" memperjuangkan kemerdekaan di bidang kebudayaan (sastra) dan melahirkan aliran "Pujangga Baru" yang ingin melepaskan kreativitas sastra daerah (Malaya) menjadi sastra Indonesia yang dimanifestasikan dalam bahasa Indonesia Gerakan di bidang kebudayaan ini terus berlanjut dengan perdebatan STA dengan KHD mengenai sejarah dan perkembangan kebudayaan Indonesia di masa depan. Perdebatan di kalangan budayawan tahun 1930-an ini sudah terlihat adanya dua pola pikir yang "bertabrakan" yaitu pola. pikir "Barat? yang dikehendlaki oleh STA dengan pola pikir :?Tradisi" yang dikehendaki oleh KHD dan kawan-kawan. Pola pikir STA sangat dipengaruhi oleh pola pikir :Barat" yang dalam hal ini diartikan Belanda. Ide dasar perjuangan budayawan yang mendukung prinsip "humanisme universal" ialah "kebebasan kreatif." Ide dasar "humanisme universal" terus berkembang menjadi gerakan yang manuntut "kemanusiaan yang adlil dan beradab" yang dituntut Chairil Anwar dalam "Aku ini binatang jalang, dan kumpulan yang terbuang" dan melahirkan Angkatan 45 di bidang kesastraan yang dilanjutkan oleh Asrul Sani dan kawan-kawan dangan kelompok Galanggangnya. Perdebatan di kalangan budayawan kembali menghangat setelah situasi politik dalam negeri yang didukung dengan "Manifesto Politik" Soekarno yang memperkenalkan konsepsi baru dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang disebut NASAKOM (Nasional-Agama-Komunis). Konsepsi ini sangat didukung oleh budayawan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) karena sejalan dengan ideologi realisme sosialis yang merupakan bagian dan ajaran komunisme, sedangkan budayawan Manifestan menggunakan ideologi humanisme universal yang merupakaan bagian dari ideologi liberalisme untuk menentang kebijakan pemerintah di bawah rezirn Saekarno. Kontroversi lahirnyaPancasila dan gagalnya Konstituante (1959) dalam memecahkan masalah "dasar negara" Islam, Pancasila, atau Sosial-Ekonomi, menjadikan' bangsa ini tidak matang dalam kehidupan berbaangsa, bernegara, dan bermasyarakat, Sebagai orang Indonesia, budayawan Lekra dan Manifestan sangat menyadari akan arti penting "seni" dalam kehidupan mereka, tetapi sebagai warga bangsa dan negara Indonesia, budayawan Lekra dan Manifestan memanfaatkan "situasi politik" bagi kelompoknya daripada kepentingan bangsa dan negara Indonesia berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tesis ini menyimpulkan bahwa budayawan Lekra dan Manifestan baru menyadari kedudukannya dan perannya sebagai anggota kelompok "seniman kerakyatan" atau "seniman inerdeka" tetapi belum sepenuhnya menyadari kedudukan dari perannya sebagai "warga bangsa Indonesia" yang berkepentingan dalam mowujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undarig Dasar 1945 di dalam negara persatuan yang bernama Repubik Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Gustianto
Abstrak :
ASBTRAK
Pengendalian motor induksi tiga phasa untuk aplikasi kendaraan listrik dapat dilakukan dengan penggunaan sensor seperti tacho-generator sebagai umpan balik kecepatan motornya dan sebagai pengukur posisi rotornya digunakan sensor encoder. Namun penggunaan sensor kecepatan dan sensor posisi memiliki keterbatasan dalam hal resolusi dan harga yang mahal serta meningkatkan biaya perawatan. Oleh sebab itu untuk meniadakan penggunaan sensor (sensorless) pada motor induksi tiga phasa diajukan metode vektor kontrol dimana estimasi kecepatan didapatkan dengan menggunakan speed adaptive observer. Metode vektor kontrol yang digunakan adalah field oriented control dengan estimasi kecepatan digunakan speed adaptive observer. Dari hasil simulasi ini akan dibandingkan dengan hasil percobaan yang telah dilakukan sebelumnya merujuk pada tesis Feri Yusivar (2003) ?Study on Energy Saving in Electrical Drive System? dimana metode pengestimasian kecepatan yang digunakan pada percobaan yang telah dilakukan sebelumnya adalah dengan modified observer. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa antara simulasi dengan percobaan menunjukkan hasil yang sama dan kondisi ini dapat terpenuhi jika kecepatan estimasi selalu lebih besar dibandingkan dengan kecepatan aktual motor.
ABSTRACT
Control of three phase induction motors for electric vehicle applications can be done with the use of sensors such as a tacho-generator and for rotor posisiton can be measured by using encoder. However, the use of the speed sensor and position sensors have limitations in terms of resolution and a high price and increasing maintenance costs. Therefore, to eliminate the use of sensors in a three phase induction motor (sensorless), vector control method where the speed estimation obtained using the observer, have been proposed. Vector control method that have been used is field oriented control and to estimate the motor speed is used with speed adaptive observer. From these simulation results are compared with experimental results, where the method of estimating the speed in experiment is a modified observer. From this simulation showed the same phenomenon with experimental result. The controller can works properly if the estimated speed is always greater than the actual speed of the motor.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42168
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeta Wuri Harini
Abstrak :
PMSM adalah motor listrik yang bekerja dengan putaran sinkron antara rotor dan medan putar stator, dengan rotor terbuat dari magnet permanen. Rotor terkunci dengan medan putar dan harus terus beroperasi pada putaran sinkron untuk semua keadaan beban. Penambahan beban dapat mengakibatkan hilangnya kekuatan torka dan motor tersebut kehilangan sinkronisasi. Jika beban mekanis pada motor dinaikkan ke titik dimana rotor ditarik keluar dari sinkronisasi, maka motor akan berhenti. Salah satu masalah apabila rotor dan stator tidak sinkron adalah ketika PMSM digunakan sebagai penggerak dalam sistem kendali. Beban yang besar dapat menyebabkan motor menjadi kehilangan sinkronisasi. Pada metode pengendalian tanpa sensor putaran, kondisi ketidaksinkronan ini dapat menimbulkan kesalahan dalam mengestimasi putaran sehingga putaran motor tidak sesuai dengan yang diinginkan. Pada penelitian ini difokuskan untuk mengatasi kesalahan estimasi yang disebabkan oleh kehilangan sinkronisasi akibat motor dikenai beban yang melebihi beban maksimal yang diijinkan. Metode yang digunakan untuk mengatasi terjadinya ketidaksinkronan antara stator dan rotor akibat fenomena kehilangan sinkronisasi meliputi metode untuk mendeteksi kehilangan sinkronisasi akibat beban dari luar yang besar dan metode kompensasi kehilangan sinkronisasi tersebut. Metode ini berbasis konsep bank observer, yaitu menggunakan lebih dari satu observer. Observer yang digunakan adalah observer MRAS ditambah satu observer yang berisi metode hitung putaran yang baru. Penambahan observer ini dikarenakan observer MRAS tidak dapat mendeteksi terjadinya kehilangan sinkronisasi. Oleh karena itu, untuk mendeteksi adanya kehilangan sinkronisasi, penulis mengusulkan metode deteksi kehilangan sinkronisasi ini yang terdiri dari observer untuk estimasi putaran yang lain yang dihitung dari arus stator dan tegangan serta algoritma untuk mengambil keputusan terjadinya kehilangan sinkronisasi. Perbedaan antara putaran estimasi kedua observer digunakan untuk menentukan terjadinya kehilangan sinkronisasi. Apabila terdeteksi terjadinya kehilangan sinkronisasi, maka kehilangan sinkronisasi ini dikompensasi dengan me- reset semua variabel observer MRAS sehingga motor kembali berputar apabila beban dihilangkan. Dengan dihasilkan metode deteksi kehilangan sinkronisasi berbasis bank observer pada sistem kendali motor sinkron permanen magnet tanpa sensor putaran ini diharapkan kinerja pengendalian PMSM tanpa sensor putaran/posisi dapat meningkat. ......PMSM is an electric motor that works in synchronous rotation between the rotor and the stator rotating field, with the rotor made of permanent magnets. The rotor is locked with a rotating field and must continue to operate in synchronous rotation for all load states. Increasing the load can result in a loss of torque strength and the motor loses synchronization. If the mechanical load on the motor is increased to the point where the rotor is pulled out of sync, the motor will stop. One of the problems if the rotor and stator are out of sync is when PMSM is used as a driver in the control system. Large loads can cause the motor to lose synchronization. In the control method without a speed sensor, this asynchronous condition can cause errors in estimating speed so that the motor speed is not as desired. This research focuses on solving the estimation error caused by loss of synchronization due to the motor being subjected to a load that exceeds the maximum allowable load. The methods used to overcome the inconsistency between the stator and the rotor due to the loss of synchronization phenomenon include methods for detecting synchronization losses due to large external loads and the method of compensating for the loss of synchronization. This method is based on the bank observer concept, which uses more than one observer. The observers used were the MRAS observer and an observer containing the new speed calculation method. The addition of this observer is because the MRAS observer cannot detect the loss of synchronization. Therefore, to detect the loss of synchronization, the authors propose a method for detecting loss of synchronization which consists of an observer for other estimated speed calculation from the stator current and voltage and an algorithm for making decisions of synchronization loss. The difference between the estimation speed of the two observers is used to determine the occurrence of synchronization loss. If a loss of synchronization is detected, this loss of synchronization is compensated by resetting all MRAS observer variables so that the motor operates again when the load is removed. By producing a synchronization loss detection method based on bank observer on the permanent magnet synchronous motor control system without speed sensor, it is expected that the PMSM sensorless control performance can be improved.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah
Abstrak :
Penyakit tuberkulosis di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Pemerintah memperkirakan saat ini setiap tahun terjadi 583.000 kasus bare dengan kematian 140.000 orang. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah telah melaksanakan program penanggulangan TB dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse) sejak tahun 1995. Untuk mengetahui keberhasilan program DOTS, menggunakan indikator atau tolok ukur angka konversi pada akhir pengobatan tahap intensif minimal 80%, angka kesembuhan minimal 85% dari kasus baru BTA positif, Di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, angka kesembuhan tahun 2001 baru mencapai 80% dan angka konversi sebesar 90,65%. Angka kesembuhan tersebut sangat berkaitan dengan kepatuhan berobat penderita TB paru bersangkutan. Oleh karena itu secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan persepsi , pengetahuan penderita, dan Pengawas Menelan Obat dengan kepatuhanberobat penderita TB paru di Puskesmas Kecamatan Jatinagara tahun 2001. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan memanfaatkan data primer dan sekunder. Penulis melakukan pengumpulan data dengan wawancara berpedoman pada kuesioner pada tanggal 29 Maret 2002 sampai 8 Mei 2002 dad seluruh penderita TB paru BTA positif sebanyak 92 orang yang mendapat pengobatan kategori-1 dan telah selesai berobat di Puskesmas tersebut tahun 2001. Variabel dependen adalah kepatuhan berobat, dan variabel independen adalah persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat minus rintangan , persepsi ancamanlbahaya, pengetahuan dan pengawas menelan obat. Sedangkan variabel confounding terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Untuk pengolahan data, penulis menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik Banda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang patuh berobat 73,9 % dan tidak patuh berobat 26,1%_ Dui basil analisis bivariat didapatkan variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kepatuhan berobat adalah variabel persepsi kerentanan P value=4.045 dan OR=0,314 , persepsi keseriusan P value 0,034 dan OR=3,26 , persepsi manfaat minus rintangan P value-0,023 dan OR=3,70 , persepsi ancamanl bahaya P value~,030 dan OR=0,310 dan pengawas menelan obat P value-0,008 dan OR=0,171. Sedangkan basil analisis multivariat mendapatkan tiga variabel yang berhubungan dengan kepatuhan berobat yaitu keseriusan P value=0,013 dan OR=6,221, manfaat minus rintangan P value 0,019 dan OR=5,814 , dan pengawas menelan obat P value= 0,024 dan OR ,174. Namun yang paling dominan diantara ketiga variabel tersebut adalah variabel keseriusan P value-0,013 dan OR-6,221. Peneliti menyarankan kepada pengelola program penanggulangan TB pare di Puskesmas untuk memberikan informasi yang cukup dan lebih jelas lagi tentang TB pare kepada setiap penderita dengan menggunakan bahasa sederhana agar penderita mudah memahami dan melaksanakannya. Sebaiknya di ruang tunggu Puskesmas diadakan penyuluhan TB paru melalui TV dan poster. Meningkatkan pecan PMO melalui penyuluhan dan pertemuan yang efektif dengan kader kesehatan , TOMA dan terutama dengan PMO dari keluarga. Mensosialisasikan Pedoman Umum Promosi Penanggulangan TB yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2000 .
Tuberculosis remains to become a large public health problem in Indonesia. This time the government estimates that there are 583.000 new cases of tuberculosis and up to 140.000 persons die from tuberculosis annualy. Solving this problem the government has carried out the program to fight against tuberculosis by DOTS (Directly Observed Treatment Short course) strategy since 1995. To know the success of DOTS program we use indicator or yard stick i.e. conversion rate at the end of intensive medication stage is minimal 80% and cure rate is minimal 85% of acid-fast bacilli positive new cases. In Puskesmas Kecamatan Jatinegara in 2001, the cure rate achieved 80% and the conversion rate was 90,65%. The cure rate is closely related to medication compliance of those lung tuberculosis patients. Therefore in general, the aim of this study is to obtain information about the relationship between perception, patient's knowledge , PMO (Drug Swallowing Observer), and medication compliance of lung tuberculosis patients in Puskesmas Kecamatan Jatinegara, year of 2001. This study used cross sectional design employing both primary and secondary data. The writer collected data based on interview with questionnaires on 29 March 2002 to 8 May 2002 from all smear-positive lung tuberculosis patients as much as 92 persons who have received category-1 therapy and have completed the medication in the Puskesmas in the year 2001. The dependent variable is the medication compliance, and the independent variables are the perceived susceptability, perceived seriousness, perceived benefits minus barriers, perceived threat, knowledge of TB, and PMO. Whereas the confounding variables consist of age, gender, education and job. Processing the data the writer used univariate, bivariate analysis and multivariate analysis with multiple regression logistic. The result of this study showed that respondents who complied with medication was 73,9% and those who uncomplied with medication was 26,1%. From the result of bivariate analysis found variables which had significant relationship to medication compliance. Those variables were perception of susceptability P value=4,045 and OR=0,314 , perception of seriousness P value= 0,034 and OR=3,26 , perception of benefits minus barriers P value 0,023 and ORO,370 , perception of threat P value x,030 and OR=0,310 ,and PMO P value-3,008 and OR=0,171. Whereas the result of multivariate analysis found three variables which had significant relationship to medication compliance i.e. persception of seriousness P value=0,013 and OR=6.221, benefits minus barriers P value-A019 and OR=5,814 , and PMO Pvalue=0,024 and OR=0,174. Nevertheless the most dominant amongst those three variables was perception of seriousness P value 0,013 and OR=6,221. The writer suggests the management of the program to fight against lung tuberculosis in Puskesmas to give adequate and clearer information about lung tuberculosis to each patients using simple and plain language in order the patients to understand and practice it easily_ It is best that Puskesmas carries out lung tuberculosis counseling by TV and poster in the waiting room. To increase the role of PMO by the way of effective counseling and meeting with health cadres or volunteers , TOMA (public vigors) and especially with PMO who comes from family. Socialization of Pedoman Umum Promosi Penanggulangan TB published by Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Linglcungan year of 2000. BibIiograhy : 41 (1965 - 2001)
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>