Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paramita Atmodiwirjo
Abstrak :
ABSTRAK
The quality of housing constitutes the physical condition of housing as well as the perception and actions of the occupants. Assessment of housing quality tends to be based on the physical indicators of the housing environment with less attention to the occupants? understanding of housing quality. This study explores the housing quality from the point of view of the occupants especially in relation to the concept of ?healthy housing?. A structured interview was conducted with a number of occupants living in high-density urban housing in order to reveal their understanding of the ?healthy housing? concept. The study found the existence of a gap between the occupant?s perception of the healthy housing quality and the factual physical condition of their housing. The occupants tend to evaluate their housing as having good quality, despite the facts found from the observation that some physical requirements of ?healthy housing? have not been satisfied yet in most houses. This understanding of ?healthy housing? is primarily related to the aspect of cleanliness, while other aspects of healthiness do not seem to get enough attention. These findings become the basis of the discussion on the extent to which the perspective of the occupants should be incorporated in developing programmes for urban housing quality improvement.
[Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia], 2011
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Susilo
Abstrak :
ABSTRAK Jawa Timur adalah merupakan salah satu Propinsi di Indonesia yang tergolong padat penduduknya, dimana sebagian besar dari penduduk tersebut adalah bekerja di sektor pertanian. Akhir-akhir ini menunjukkan gejala terjadi pergeseran ke sektor non pertanian. Berkaitan dengan keadaan tersebut kiranya cukup menarik untuk dikaji serta.dipelajari fenomena apa yang dapat dijelaskan berkaitan dengan adanya gejala mulai bergesernya tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian tersebut. Secara empiris menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian cenderung menurun. Keadaan ini menunjukkan bahwa kemampuan sektor pertanian di Jawa Timur untuk menampung tenaga kerja semakin menurun. Sedangkan pada sektor lain yaitu sektor non pertanian menunjukkan keadaan yang cukup baik peranannya dalam menyerap tenaga kerja. Disamping itu di Jawa Timur dijumpai adanya suatu gejala lain yang timbul akibat adanya penurunan daya serap sektor pertanian yaitu meningkatnya tenaga kerja yang melakukan urbanisasi. Dengan meningkatnya angka urbanisasi ini sudah barang tentu akan menimbulkan persoalan yang kompleks di daerah tujuan, utamanya masalah kesempatan kerja yang harus disediakan dan masalah meningkatnya angka pengangguran di kota sebagai akibat adanya kesenjangan antara tingkat pendidikan, ketrampilan/skill tenaga kerja dari desa dan tenaga kerja di kota sehubungan dengan sifat lapangan pekerjaan yang tersedia di kota. Kemudian hal-hal lain yang sangat menarik untuk diperhatikan yaitu adanya kecenderungan bahwa pekerja laki-laki cenderung untuk memilih bekerja di sektor pertanian di banding dengan pekerja perempuan. Hubungan antara variabel umur dan lapangan pekerjaan di Jawa Timur dalam penelitian ini dapat diterangkan bahwa semakin tinggi usia responden, semakin besar kecenderungan responden tersebut untuk bekerja di sektor non pertanian. Adapun hubungan antara variabel pendidikan dan lapangan pekerjaan dalam penelitian ini dapat- dijelaskan bahwa semakin tinggi pendidikan responden maka semakin rendah kecenderungan responden tersebut untuk memilih bekerja di sektor pertanian dan semakin besar kecenderungannya untuk memilih bekerja di sektor non pertanian. Investasi daerah ternyata dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam menentukan pilihan terhadap salah satu lapangan pekerjaan tertentu. Hal ini terbukti bahwa penambahan investasi daerah di Jawa Timur yang prioritas utama masih dititikberatkan pada sektor pertanian, maka ternyata dapat mendorong seseorang atau individu untuk bekerja di sektor pertanian. Variabel Mills Ratio dalam penelitian ini harus tetap dipertahankan untuk dimasukkan dalam model karena berdasarkan pengujian secara statistik menunjukkan nilai yang segnifikan. Hal ini berarti, seandainya tidak memasukkan variabel Mills Ratio dalam model, maka akan terjadi apa yang disebut dengan Bias Selectivity, yaitu bias karena kesalahan dalam pemilihan sampel. Hasil temuan lain menunjukkan bahwa kendatipun upah yang diharapkan di sektor pertanian secara relatif lebih tinggi jika dibanding dengan upah rata-rata non pertanian maka pada mulanya kecenderungan seseorang untuk memilih bekerja di sektor tersebut adalah menurun, akan tetapi setelah upah meningkat mencapai tingkat tertentu kecenderungan seseorang untuk memilih bekerja di sektor pertanian akan meningkat. Untuk lebih jelasnya, bagaimana keadaan serta fenomena-fenomena apa yang bisa dijelaskan dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan faktor penentu seseorang/individu untuk menentukan pilihan apakah individu tersebut cenderung untuk memilih bekerja di sektor pertanian atau cenderung untuk memilih bekerja di sektor non pertanian berdasarkan faktor sosial ekonomi dan demografi, maka silahkan untuk membaca hasil penelitian ini.
ABSTRACT The East of Java is one of the most populated provinces in Indonesia. Most of the people work on agriculture sector. Lately, there is a tendency of movement from agriculture sector to non-agriculture sector. Consequently, this latest phenomena has become a very interesting one to be observed. Empirically, the main indicator shows that the level of the absorption of labor on agriculture is decreasing. Meanwhile, the effort of non-agriculture sector to capture the employment is improving and playing a more significant role. Besides of that, as a result of the decreasing level of agriculture labor force absorption, there is a high tendency of Urbanization. Eventually, this could affect the job placement in the city, which mainly resulted from the different level of educations among workers looking for jobs and the different characteristics of jobs. In addition, another interesting phenomena are fact that male workers have a higher tendency to work in agriculture sector in comparison to female workers. Based on studies, the correlation between the variable of age and employment opportunities in East Java have shown that the older the respondents, the higher chances of them to more to non-agriculture sector. Furthermore, the studies have also shown that the more educated labors have a higher tendency to leave the agricultural sector. Level of investment in each city or province has become another important/crucial reason for workers to decide to stay on that specific location. This phenomena has already been proven in the case of East Java, that has spent a major investment in agriculture sector and that has attracted individuals to work in agriculture sector. Due to the significantly of the ratio of mills have shown in this study, it is a must for the ratio of mills to be used in the study. Otherwise, the existence of Bias Selectivity would jeopardize the final results of the study. Based on my study, there is "a required wage level of agriculture sector" that has to be fulfilled, in order to keep the workers on that same sector. In fact my study has shown that the required level of wage in agriculture sector has to be at least twice as much as in the non-agriculture sector wage. To know much more in details about the characteristics of the already mentioned phenomena?s and their impacts, I would really recommend anyone to read my thesis.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Atmodiwirjo
Abstrak :
The quality of housing constitutes the physical condition of housing as well as the perception and actions of the occupants. Assessment of housing quality tends to be based on the physical indicators of the housing environment with less attention to the occupants? understanding of housing quality. This study explores the housing quality from the point of view of the occupants especially in relation to the concept of ?healthy housing?. A structured interview was conducted with a number of occupants living in high-density urban housing in order to reveal their understanding of the 'healthy housing' concept. The study found the existence of a gap between the occupant?s perception of the healthy housing quality and the factual physical condition of their housing. The occupants tend to evaluate their housing as having good quality, despite the facts found from the observation that some physical requirements of 'healthy housing' have not been satisfied yet in most houses. This understanding of 'healthy housing' is primarily related to the aspect of cleanliness, while other aspects of healthiness do not seem to get enough attention. These findings become the basis of the discussion on the extent to which the perspective of the occupants should be incorporated in developing programmes for urban housing quality improvement.
Depok: Faculty of Engineering University of Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sugiarto
Abstrak :
Tuberkulosis paru adalah salah satu penyakit yang muncul sebagai pembunuh yang disebabkan oleh salah satu jenis kuman yaitu Mycrobucterium tuberculosis. Delapan juta penduduk dunia diperkirakan mengidap penyakit TB Paru dengan tingkat kematian penderita sekitar tiga juta orang (33,3 %). Penyakit ini 75 % menyerang kelompok usia produktif (15-50 tahun) dan kematian yang diakibatkannya merupakan 25 % dan seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Indonesia pada tahun 1999 menempati peringkat ketiga sebagai negara yang jumlah penderita TB Paru terbanyak setelah India dan Cina. Peningkatan kasus tuberkuliosis, dari hasil beberapa penelitian yang teiah dilakukan selama ini, dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan diantaranya adalah lingkungan fisik, karakteristik ,individu dan lingkungan sosial yang ada disekilar pemukinnan atau perumahan penduduk. Di Kabupaten Bengkulu Utara telah dilaksanakan upaya penemuan kasus secara terus-menerus, upaya ini mampu menemukan suspek TB Paru. Tahun 2001 dari 1307 suspek, diperiksa 5,121 specimen dan ditemukan penderita BTA (+) sebanyak 220 orang. Periode bulan Januari 2002 sampai dengan Desember 2002, jumlah specimen diperiksa sebanyak 5.343 specimen dari 1.781 orang dan ditemukan BTA (+) sebanyak 261 orang, sedangkan periode tahun 2003 dari 1687 suspek dan 5.061 specimen yang diperiksa ditemukan 258 orang dengan BTA (+). Penelitian ini menggunakan desain case control dengan menggunakan data primer dan sekunder, penelitian dilakukan di 16 (enam helas) Puskesmas wilayah Kabupeten Bengkulu yaitu Puskesmas Penimnas, Kota Arga Makmur, Air Lais, Air Bintunan, Lubuk Durian, Pekik Nearing, Lubuk Pinang, Sebelat, Napa] Putih, Ketahun, D6 Ketahun, Karang Pulau, Kerkap, Karang Tinggi, Taba Penanjung dan Puskesmas Kembang Seri, Pengambilan sampel dilakukan dengan Cara random sederhana sebanyak 182 sampel yang terdiri dari 91 sampel kasus dan 9I sampel bukan kasus. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan tahapan analisis univariat, bivariat dan multivariate. Variabel independen dalam penelitian adalah karakteristik individu (usia, jenis'kelamin, kontak penderita, riwayat imunisasi, perilaku, status gizi), lingkungan fisik (ventilasi, suhu, pencahayaan, kclembaban), lingkungan social (kepadatan penghuni, pendidikan, pengetahuan, penghasi]an). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghuni rumah kebun yang pcrnah kontak dengan penderita TB paru BTA (+) mcmpunyai risiko 5,09 kali, status gizi yang kurang mempunyai risiko 2,26 kali, kelembaban tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 3,56 kali, kepadatan hunian tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 2,716 kali, tingkat pengetahuan tentang penyakit TBC yang kurang mempunyai risiko 2,37 kali untuk terkena TB paru BTA (+). Saran yang dapat disampaikan, agar kegiatan program terkait di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara dapat melakukan penanganan masalah TB paru di rumah kebun ini melalui kegiatan pendataan dan pemetaan rumah kebun yang ada di tiap wilayah Puskesmas sehingga diperoleh gambaran populasi yang berisiko, penempatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dengan rumah kebun,. melakukan koordinasi program gizi, P2M dan kesehatan Iingkungan serta promosi kesehatan. ......Pulmonary tuberculosis (TB) is a severe disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. Around 8 million people suffer from pulmonary TB with a death rate of 3 million people (3,3 %). Approximately 75 % of the pulmonary TB cases occur in the productive age group (15-50 year old) and 23 % of deaths are actually preventable. Indonesia in 1999 occupy the third rank as a country that have the most cases of pulmonary TB after India and China. From previous studies, there are several environmental factors that influence the increase of pulmonary TB cases, such as physical environment, individual characteristics, and the social environment surrounding the residences. In north Bengkulu, continuous efforts have yielded new cases suspected as being pulmonary TB sufferer. In 200], out of 1,707 people suspected, 5,121 specimens were examined and those with BTA (+) were 220 people. During January to December 2002, there were 5,343 specimens examined from 1,78I people, end there were 261 of of those with BTA (+). In 2003, of of 1687 suspected, 5,061 specimens were examined and those with BTA (+) were 258 people. Design of this studying case control study using primary an d secondary data, and was undertaken in 16 public health centers in Bengkulu district, namely Perumnas, Kota Arga Makmur, Air Lais, Air Bintunan, Lubuk Durian, Pekik Nyaring, Lubuk Pinang, Sebelat, Napa! Putih, Ketahun, D6 Ketahun, Karang Pulau, Kerkap, KarangTinggi, Taba Penanjung and Kembang Seri. Samples were collected using a sample random method, and there are 91 case 91 case samples and 91 control sample. Hypothesis testing was done through univariate, bivariate. and multivariate analysis. Independent variables of this study include individual characteristics (age, sex, Ievel of education, knowledge, contact with TB sufferer, history of immunization, behavior, and nutritional status), physical environment (ventilation, temperature, the amount of light entering the house, and humidity), and social environment (density of house occupants, and income). The result of the study show that occupant of plantation house that have had contact with a pulmonary TB BTA (-i) sufferer are 5.09 times more likely to suffer from pulmonary TB BTA (t]. There are risks 2,26 times more for those with poor nutritional status, 3.56 times for poor humadity, 2.72 times for high density of occupants, and 237 times for a lack of knowledge about pulmonary TB. Recommendations that can be derived from this study are the implementation of programs by the district health service of North Bengkulu that include data recording of plantation houses in the areas around various public health centers, thus enabling the District Health Service to determine the population at risk for pulmonary TB. as well as building several several health service facilities that can be easily accessed from the plantation houses, coordinating programs on nutrition, control of infectious diseases, environment health and health promotion.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suherman
Abstrak :
ABSTRAK Masalah Sekitar 51% penduduk kota Jakarta tergolong berpenghasilan rendah tidak tetap yang diperoleh dari kegiatan sektor informal. Untuk memenuhi kehidupan manusiawinya mereka membutuhkan bidang tanah untuk membangun rumah sebagai tempat berlindung dan melakukan berbagai kegiatan. Namun pada kenyataannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut sulit dapat diwujudkan. Hal ini selain disebabkan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, dilain pihak pemerintahpun belum marnpu menyediakan papan bagi golongan penduduk ini. Dengan belum terpenuhinya kebutuhan papan yang sangat mendasar ini maka mereka berupaya dengan berbagai cara untuk memperoleh bidang tanah demi mempertahankan keberadaannya. Mereka tanpa menghiraukan berbagai risiko yang akan terjadi, dengan modal keberanian menyerobot bidang tanah kosong di berbagai bagian wilayah kota. Adapun bidang tanah yang sering diserobot pada umumnya bidang tanah yang diperuntukan sebagai kawasan Huang Terbuka Hijau (RTH) kota yang diterlantarkan oleh pemiliknya. Lemahnya pengawasan, pemantauan dan penindakan balk preventip maupun represip secara berkesinabungan. yang dibuktikan dalam bentuk nyata di lapangan, maka Para penyerobot merasa aman untuk membangun huniannya dan melakukan berbagai kegiatan lainnya. Dengan demikian maka kawasan RTH yang merupakan kawasan bebas bangunan ini secara bertahap telah ditumbuhi bangunan liar yang pada akhirnya membentuk kawasan kumuh dengan berbagai dampaknya . Kebijaksanaan pemerintah dalam rangka pemerataan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ternyata telah memasuki kawasan kumuh ini. Hal ini terbukti dengan dibangunnya berbagai sarana dan prasarana baik dalam bentuk fisik maupun non fisik seperti jalan orang, sekolah, tempat ibadah dan berbagai kelembagaan. Ternyata pembangunan yang telah dilaksanakan pemerintah di kawasan ini telah menimbulkan persepsi yang berbeda antara pemerintah dengan masyarakat penghuni kawasan kumuh. Pemerintah membangun berbagai sarana dan presargna terse-but, sebagaimana telah dikemukakan, adalah dalam rangka pemerataan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tidak ada kaitannya dengan upaya pemerintah untuk melegalisasikan kawasan terlarang ini (RTH) menjadi kawasan pemukiman resmi sesuai rencana kota. Dengan demikian tetap pemerintah akan menggusur kawasan tersebut bila rencana yang ada di kawasan kumuh tersebut akan dilaksanakan. Sebaliknya para penghuni kawasan kumuh tersebut mengartikan bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan pemerintah merupakan contoh yang patut ditiru. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pemerintah tidak mungkin memberi contoh membangun pada kawasan terlarang yang akhirnya harus digusur dan berdampak akan merugikan sernua pihak. Dengan berpegang pada persepsi yang berbeda ini dan belum dilaksanakannya secara nyata penggusuran bangunan yang telah terbangun di kawasan terlarang ini, maka masyarakat penghuni kawasan ini merasa aman sehingga enggan pindah. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mangenai kehidupan penghuni daerah kumuh penelitian berdasarkan jawaban atas pertanyaan penelitian yang ditujukan ke pada para responden dan observasi lapangan. Dari gambaran tersebut dapat dianalisis lebih lanjut dan faktor-faktor yang menyebabkan keengganan pindah para penghuni kawasan penelitianpun dapat diungkap. Diharapkan informasi dan masukan yang bersumber dari hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perumus kebijakan dalam upaya menertibkan bangunan liar di kawasan terlarang. Kerangka Pemikiran 1. Mengetahui kengganan pindah dengan pendekatan persepsi para penghuni (responden) terhadap pembangunan fisik / non fisik yang telah dilakukan Pemerintah di daerah penelitian. 2. Mengetahui pola hubungan keengganan pindah dengan lingkungan buatan. 3. Mencari hubungan antara variabel keengganan pindah dengan variabel lingkungan buatan. 4. Menarik kesimpulan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keengganan pindah para penghuni (responden) daerah penelitian. Metode Penelitian Dengan mengacu kepada studi kepustakaan, maka tahapan penelitian yang dilakukan lebih lanjut adalah: 1. Menentukan daerah penelitian dengan mempertimbangkan tahapan perkembangan bangunan liar yang ada. 2. Sampel adalah Kepala Rumahtangga (KRT) atau Ibu Rumahtangga (IERT) sebagai pemilik, penyewa/pengontrak, petunggu atau pengisi rumah/bangunan dan berada di tempat pada saat penelitian dilakukan serta dapat memberikan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan. 3. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi lapangan, wawancara dan kuesioner. 4. Pengolahan data yang diperoleh melalui kuesioner dilakukan dengan metode analisis korelasi secara statistik dengan menggunakan uji x2 (kai kuadrat) dan koefisien kontingensi. 5. Hasil observasi lapangan dan wawancara digunakan sebagai dasar analisis kualitatif untuk melengkapi hasil pengolahan data secara.statistik. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan di daerah Ruang Terbuka Hijau (RTH) penelitian, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Terjaminnya rasa aman terhadap upaya pelaksanaan penggusuran dan adanya perbedaan persepsi antara Pemerintah dengan para penghuni (responden) daerah penelitian mengenai pembangunan yang telah dilaksanakan, mere pakan faktor utama yang menyebabkan keengganan pindah. 2. Terdapat perbedaan persepsi antara Pemerintah dengan para penghuni daerah penelitian (responden) mengenai pembangunan fisik/non fisik yang telah dilakukan Pemerintah sehingga menimbulkan sikap yang berbeda pula terhadap: a. Apakah daerah terlarang yang dihuninya akan digusur atau tidak digusur. b. Apakah daerah terlarang yang dihuninya telah dilegalisasi sebagai kawasan pemukiman resmi sesuai dengan rencana kota atau tidak. 3. Dari masing-masing sembilan kategori hubungan pengaruh responden terhadap lingkungan buatan (pembangunan yang dilakukan pemerintah di daerah penelitian) terhadap lingkungan sosial (keengganan pindah), berdasarkan pengukuran korelasi dan uji signifikasi terdapat empat hubungan pengaruh (+ 44,4%) yang berarti dengan derajat hubungan cukup. 4. Dalam upaya penertiban dan penataan daerah Ruang Terbuka Hijau (RTH), pemerintah atau pihak yang berkepentingan lebih banyak melaksanakan pendekatan dengan cara represip dari pada preventip. Kegunaan Hasil Penelitian Kegunaan hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi perumus kebijakan dalam melakukan langkah dan upaya penertiban bangunan liar di kawasan terlarang. Disamping itu kegunaan lain dari hasil penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang sejenis. 2. Sebagai bahan gambaran masa lampau mengenai kondisi daerah penelitian terutama bagi generasi mendatang.
ABSTRACT The Problems About 51% of Jakarta population were low income group which got from informal sector. To satisfy their basic needs they need a piece of land to build the shelter and to do some activities. But in fact to satisfy its were difficult to be created because their abilities and the housing program for low income group built by Government also were limited. The impact of these problems they effort to scuat the vacant land neglected by the owner such as green belt area. The treaknes s of control, for and enforcement held by Government continuously, made the squatters felt be safe to build their shelters and to do another their activities. That is why .the green area as the forbidden territory, step by step to be grown by illegal huts -and the last it were able to create slum area with several impacts. The Government's policy to equal development for raising human welfare also had penetrated the alum area. It had been shown by the several structures or infra structures built there such as foot path, school, mosque, public 'TC and some institutions. In fact that development had been built by Government in the slum area made difference perception between Government and the occupants. e knew that Government built foot path, school, mosque etc., to increase human welfare. There is no idea that Government would legalized the slum area become housing area according to the city planning. So the Government would clear the illegal buildings (huts) if ideal plan in the slum area implemented. But in this case the occupants of slum area had another opinions that Government was impossible to build structure or infra structures in the forbidden territory. And also the Government was impossible giving an example to build something in the wrong place According to the difference perception and not implement to clear the illegal buildings occupied by squatters yet, so the occupants of slum area dislike to move. The Aims This study was intended to describe a life of the slum area occupants according to the questionnaire and observation. Also it can be further analyzed and some factors cause dislike (reluctant) of the slum area occupants to move was found. Some information and data of this study was useful for decision maker to clean The Basic Thinking 1. Knowing a dislike (reluctant) to move of the occupant in the slum area by approaching their perceptions and stand point its physical or non physical. development done by Government. 2. Knowing the pattern of correlation between dislike or reluctant to move and man made. 3. Finding out correlation between dislike (reluctant) to move variables and man made variables. 4. Make a conclusion to decide some factors affecting the dislike (reluctant) to move of occupants in the slum area. Method Of The Research Referring to the a library studies, this research done step as follows: 1. Deciding the research area by consideration of illegal building development observation. 2. The samples were household or housewife as an owner, tenant or occupant of the building whom was in charge while the research was doing and they were able to answer the questionnaire by responsible. 3. Data collection was got by field observation, inter-view and questionnaire. 4. Questionnaire's data processing was done by statistic with a correlation analysis method, using x2 (kai quadratic) test and contingency coefficient. 5. The result of field observation and interview, were used as a basic quality analysis to complete the result of statistic data processing. The Result of the Research The research had done in the slum area (green belt area of the bank Sunter river) got conclusion as follows: 1. Security feeling guaranty from the Government's effort of forcing to move and the difference perception between the occupant and Government about development done by Government in the slum area were main factors that support the occupant's moving reluctance. 2. There was a difference perception between Government and the occupant in the slum area about development built by Government that also appear difference stand points (attitudes) about: a. The slum area had been occupied by the squatters would be cleaned or not. b. The forbidden territory had been occupied by the squatters will be a legal residence or housing area according to the city planning. 3. Four of nine categories of correlation among impact of difference perception to the development built by Government and reluctant to move (social environment) according to the x2 (kai quadratic) test and contingency coefficient had significant correlation in fair level. 4. The Government was done more repressive than preventive in control and straightening the slum area or green belt area out effort. Usage of the Result The usage of this research was expected to be input for the policy maker in straightening illegal buildings out effort. Another the usage this research were ; 1. As a basic information to develop the identical knowledge. 2. As a illustration slum condition specially for future generation. Pages : 27 introductory pages + 171 content pages ; illustration; 46 tables, 10 figures, 7 appendices.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iffa Azkia Adilla
Abstrak :
Terdapat permasalahan yang timbul dalam pengelolaan Rumah Susun berupa perilaku dominasi yang dilakukan oleh Pelaku Pembangunan (developer). Hal ini terjadi akibat adanya disharmoni dalam peraturan yang ada, pelaku pembangunan seringkali mengumpat di balik multi-tafsir daripada frasa-frasa yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Skripsi ini selanjutnya membahas mengenai bagaimana batasan yang harus diperhatikan oleh pelaku pembangunan (developer) dalam pengelolaan rumah susun, serta membahas mengenai perlindungan hukum yang diberikan kepada para pemilik dan/atau penghuni akibat dominasi pengelolaan rumah susun yang dilakukan oleh pelaku pembangunan. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penilitian normatif yang berarti penelitian ini akan mengacu kepada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang berlaku dan mengikat pada masyarakat atau juga menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Atas permasalahan tersebut, penulis menawarkan saran agar pelaku pembangunan dapat mematuhi peraturan terkait untuk meminimalisir terjadinya praktek dominasi pada pengelolaan rumah susun. Selain itu, penulis juga menyarankan agar pihak pemerintah melakukan tindakan tegas kepada pelaku pembangunan yang melakukan kesewenang-wenangan dalam pengelolaan rumah susun untuk melindungi hak-hak dari para pemilik dan/atau penghuni rumah susun.
ABSTRACT
There are several problems that arise in the management of condominiums in the form of domination behavior by Developers. This happens due to disharmony in existing regulations, developers often hide behind multi-interpretations rather than the phrases contained in the applicable laws and regulations. This thesis discussed about limitations that must be considered by the Developers in the management of condominiums and the legal protection provided to owners and/or residents of condominiums because of the dominance of the management of condominiums by Developers. The type of research used by the author is normative research, which means that this research will refer to legal norms that apply to the community or also concerning the prevailing habits in society. For these problems, the authors offer suggested that Developers must comply with relevant regulations to minimize the occurrence of dominance practices in the management of condominiums. In addition, the author also suggested that the Government must take firm actions against Developers who commit arbitrary management of condominiums to protect the rights of owners and/or residents of condominiums.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library