Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dzikri Maulana
"ABSTRAK
Globalisasi selain membawa banyak kemajuan, ternyata juga memiliki paradok, salah satu bentuknya adalah munculnya kelompok etnonasionalisme sebagai salah satu bentuk perlwanan dan ketidaksetujuan terhadap nilai yang dibawa globalisasi. Salah satu bentuk gerakan etnonasionalisme adalah gerakan radikalisme, yang menitikberatkan pada persamaan agama. sampai saat ini radikalisme merupakan suatu persoalan bangsa yang belum dapat terselesaikan dengan tuntas. Berbagai peristiwa radikalisme seperti pengeboman, intoleransi di Indonesia kerap terjadi. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dikemukakan bahwa telah terjadi radikalisme di masyarkat pada tataran pemahaman 60,67 sedangkan sikap radikal tercatat di angka 55,70 secara umum potensi radikalisme di Indonesia masuk pada tataran sedang. Sedangkan sebaran potensi terjadinya gerakan radikal di wilayah Indonesia adalah Pertama provinsi Bengkulu dengan potensi 58,58 , Gorontalo dengan potensi 58, 48 ,, Sulawesi Selatan dengan potensi 58,42 ,, Lampung dengan potensi radikalisme 58,38 , dan Kalimantan Utara dengan potensi radikalisme 58,30 . Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian kualitatif dengan teknik obsevrasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa meskipun PB HMI Periode 2013-2015 tidak memiliki program yang khusus tentang bela negara, akan tetapi peranannya dalam bela negara guna menangkal paham radikalisme tercermin dalam kegiatan-kegiatan PB HMI. Adapun proses bela negara dilakukan untuk internal kader HMI dan eksternal untuk masyarakat. Internal : melalui perkaderan dengan lebih memahami pemikiran Keislaman dan Keindonesiaan HMI dan Nilai-nilai Dasar Perjuangan NDP ; ekternal diaktualisasikan dengan mengadakan seminar kebangsaan, pembinaan desa, koordinasi dengan pihak pemerintah terkait dengan ketahanan nasional, Mengadakan Panggung HMI untuk Rakyat: Kewargaan Aktif untuk Masa Depan Indonesia rdquo; di Johar Baru Jakarta Pusat.

ABSTRACT
Other than bringing the future, Globalization also creates a paradox. One form is the emergence of ethnonationalism as a form of resistance and disapproval of the value brought by globalization. One form of the movement of ethnonationalism is the radical movement, which focuses on religion equality. Up until now radicalism is a nation problem that has not be solved completely. Various events of radicalism such as Intolerance bombing often occurs in Indonesia. The results of a survey conducted by the National Agency for Combating Terrorism stated that there has been a radicalism in the community at the level of understanding 60.67 while radical attitudes recorded in the figure of 55.70 . In general, the potential of radicalism in Indonesia entered moderate level. The potential distribution of radical movement in Indonesian territory is Bengkulu with 58.58 potential, Gorontalo with 58, 48 , South Sulawesi potential 58.42 , Lampung with 58.38 radicalism potential and North Kalimantan with potential radicalism 58.30 . This research was conducted using qualitative research with observation techniques and in depth interviews. The results show that although PB HMI Period 2013 2015 does not have a special program on state defense, but its role in defending the state to counter radicalism is reflected in the activities of PB HMI. The state defense process is conducted for internal HMI and external cadres for the community. Internal was done through the ldquo pengkaderan rdquo with a better understanding of Islam, Indonesian HMI, and also Nilai dasar Perjuangan NDP . External activity actualized by holding national seminars, village coaching, coordination with the government related to national resilience, and conducting HMI Stage for the People Active Citizenship for the Future of Indonesia in Johar Baru Central Jakarta.P"
Depok: 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Todung Donald Aposan
"Intervensi koroner perkutan (IKP) terbukti mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit jantung koroner (PJK). Cedera pembuluh darah akibat IKP dapat menyebabkan timbulnya inflamasi dan stress oksidatif. Studi ini menunjukkan bahwa kurkumin memiliki efek menekan inflamasi dan antioksidan pada penderita PJK stabil pasca-IKP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas suplementasi kurkumin per oral dalam menurunkan kadar inflamasi dan stres oksidatif pasca-IKP pasien PJK stabil.
Pasien dewasa PJK stabil dilakukan IKP, dirandomisasi secara acak tersamar ganda ke dalam kelompok kurkumin atau plasebo. Kurkumin (45 mg/hari) atau plasebo diberikan selama 7 hari sebelum IKP hingga 2 hari setelah IKP. Kadar marker inflamasi (hsCRP dan sCD40L) dan marker oksidatif (MDA dan GSH) dalam serum dinilai dalam 3 fase, 7 hari pra-IKP, 24 jam pasca-IKP, dan 48 jam pasca-IKP.
Selama periode April–Juni 2015, terdapat 50 pasien yang direkrut (25 kurkumin dan 25 plasebo) di RSUP Cipto Mangunkusumo dan RS Jantung Jakarta. Konsentrasi hsCRP dan sCD40L pada kelompok kurkumin dalam 3 fase cendrung menurun (p < 0,05) dibanding kelompok plasebo, tetapi konsentrasi hsCRP dan sCD40L pada tiap fase tidak berbedaan bermakna, sedang kadar MDA dan GSH tidak berbeda bermakna setiap fase, namun menunjukkan kecenderungan penurunan kadar MDA (p = 0,6) dan GSH (p = 0,3).
Pemberian kurkumin mempunyai kecenderungan menurunkan respons inflamasi pasca-IKP dan cenderung menghambat pembentukan stress oksidatif yaitu MDA serum melalui mekanisme peningkatan penggunaan antioksidan internal yaitu GSH serum.

Background: Percutaneous coronary intervention (PCI) has been proven to improve morbidities and mortalities in stable coronary heart disease (CHD). However, ischemia-reperfusion injury resulted from PCI might induce inflammation and oxidative stress. Several studies suggested that curcumin exerts anti-inflammatory and antioxidant properties that may be beneficial in post-PCI stable CHD patients.
Objectives: To determine the efficacy of orally administered curcumin in reducing inflammatory response and oxidative stress in post-PCI of stable CHD patients.
Methods: A double-blind randomized controlled trial consisting of 50 adult patients of both sexes with stable CHD who underwent PCI were treated with curcumin or placebo. Either curcumin (45 mg/day) or placebo was given 7 days prior to PCI until 2 days after PCI. Inflammatory markers (hsCRP and sCD40L) and oxidative stress assessment (MDA and GSH) were measured in 3 phases (7 days pre-PCI, 24 hours post-PCI, and 48 hours post-PCI).
Results: During April–June 2015, 50 patients were recruited (25 curcumin and 25 placebo) from Cipto Mangunkusumo General Hospital and Jakarta Heart Center. The serum concentrations of hsCRP and sCD40L in curcumin group (p < 0.05) in all observation phases were significantly lower compared with placebo group; however, there were no significant differences between groups. No significant difference was observed among phases in MDA and GSH, but there was a trend of decreasing MDA and GSH levels (p = 0.6 and p = 0.3, respectively) in curcumin group.
Conclusion: Curcumin tends to reduce inflammatory response following PCI by decreasing oxidative stress (MDA) through the increase of internal antioxidant utilization (GSH).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library