Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ririn Safiadi Wahid
Abstrak :
Pelabuhan Merak terletak pada Selat Sunda yang memisahkan Samudra Hindia dan Laut Jawa. Kondisi ini membuat arus laut pada Selat Sunda tinggi dengan kecepatan arus 2,4 knot yang dapat membuat kapal sulit bersandar dan membahayakan struktur dermaga salah satunya fender. Maksud dari tugas akhir ini adalah menghitung gaya fender akibat arus sehingga mendapatkan spesifikasi fender yang sesuai serta memberikan solusi olah gerak kapal agar waktu pelayanan kapal satu jam pada Pelabuhan Merak terpenuhi. Tugas akhir ini dilakukan dengan pengambilan data primer dan data sek:under. Data primer didapat dengan cara observasi lapangan seperti berlayar dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni dan sebaliknya untuk melakukan pengamatan di anjungan kapal untuk mengetahui data Global Positioning System (GPS), kondisi kapal berlayar, dan kondisi kapal sandar dan tolak menuju dan dari pelabuhan, melakukan pengukuran dermaga, dan melakukan wawancara. Sedangkan data sekunder yang didapat yaitu data arus serta pasang surut suralaya, data fasilitas pelabuhan dan data kapal. Data primer dan sekunder ini kemudian diolah yang hasil perhitungannya digunakan untuk dibandingkan dengan kondisi yang ada pada Pelabuhan Merak saat ini. ...... Port of Merak is located in Sunda Strait that separate Indian Ocean and Java Sea. These condition make sea current in Sunda Strait becomes high with maximmn speed 2,4 knots which can make ship difficult and dangerous to pier structure especially fender. The purpose of this final project is to calculate force due to current to get appropriate specification of fenders and provide solution of ship maneuvering to get one hour services at port of merak fulfilled. The final project is accomplished by taking primary and secondary data. Primary data was obtained by field observation as sailing from Port of Merak to Port of Bakauheni and vice versa to do observation in the Bridge of Ship to collect data from Global Positioning System (GPS), condition of the ship sailed, and the condition of the ship approach and departure to and from the port, taking measurement in dock and conduct interviews. While secondary data was obtained are sea current data, tidal of Suralaya, port facilities and ship data. The primary and secondary data will be processed that the result of calculation is used to be compared with the condition that existed in Port of Merak today.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S53412
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Servolus Alvian Adur
Abstrak :
Pelabuhan penyeberangan Merak yang merupakan pelabuhan penghubung antara pulau jawa dengan pulau-pulau lain di Indonesia khususnya pulau Sumatra menjadi salah satu pelabuhan yang ramai di Indonesia sehingga kualitas pelayanan dari pelabuhan merak sendiri diharapkan dapat dijadikan contoh untuk pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia sehingga fungsi pelabuhan sebagai interface, mata rantai transportasi, pintu gerbang dan unit ekonomi bisa berjalan dengan baik dan pelayanan terhadap masyarakat sebagai tujuan utama dari kegiatan di pelabuhan dapat lebih dioptimalkan maka angkutan penyeberangan harus mampu memberikan kontribusi yang efektif dan efisien sehingga pergerakan barang dan jasa lebih optimal. Untuk meningkatkan pergerakan barang dan jasa tersebut maka tingkat pelayanan kapal harus lebih dioptimalkan, di mana tingkat pelayanan yang dimaksud adalah waktu pelayanan kapal dari dimulai dari kapal bersandar, kapal melakukan kegiatan bongkar muat dan kapal lepas sandar. Untuk mengoptimalkan waktu pelayanan tersebut salah satu faktor yang akan ditinjau adalah posisi dermaga pelabuhan merak sendiri, apakah posisi dermaga pelabuhan merak saat ini sudah memudahkan kapal untuk bersandar dan lepas sandar sehingga waktu yang dibutuhkan kapal untuk bersandar dan lepas sandar lebih singkat, ataukah posisinya mempersulit kapal pada saat kapal bersandar dan lepas sandar sehingga waktu tempuh yang diperlukan lebih lama. Jika posisi pelabuhan mempersulit olah gerak kapal pada saat bersandar dan lepas sandar maka posisinya harus diubah sehingga waktu tempuh yang diperlukan lebih singkat. ...... The Port of Merak feryy port which is the liaison between the island of java to other island in Indonesia, especially sumatra island became one of the busy port in Indonesia so that the quality of service from port of merak itself is expected to the chain of transport, gate and economic units can run well and service to the community as the main purpose of the activity at the port can be further optimized the transport crossing should be able to contribute to effective and efficient movement of goods and services more optimally. To improve the movement of goods and services the the service level should be further optimized the ship, where the level of service in question is a vessel of the service time starts from the ship rests,conduct loading and unloading ships and boats off the dock. To optimize the service time is one factor to be considered is the position of the port jetty own peacock, peacock whether the position of the port docks are now easier to lean on and off the ship docked, so the time needed to lean on and off the ship docked shorter, or position complicates the ship when the ship docked, so lean back and take the necessary travel time is longer. If the position if the motion of the ship makes port at the back and off the dock, then the position must be changed so that the travel time required.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S42346
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Nurrohman
Abstrak :
Indonesia merupakan negara dengan gugusan pulau terbanyak di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam pemerataan fasilitas pelayanan kesehatan di tiap daerah Indonesia. Berdasarkan data dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) tahun 2020 terdapat 2.924 unit rumah sakit yang terdiri dari 60 rumah sakit kelas A, 430 rumah sakit kelas B, 1.524 rumah sakit kelas C, 42 rumah sakit kelas D pratama, dan 52 rumah sakit lainnya yang belum dikategorikan. Persebaran rumah sakit di Indonesia masih belum merata. Hal tersebut dibuktikan dengan data peta persebaran rumah sakit yang masih terpusat di pulau Jawa dan sebagian pulau Sumatera sedangkan daerah bagian timur Indonesia masih sangat minim fasilitas rumah sakit. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang cocok dengan kondisi geografis Indonesia yaitu kapal ambulans. Agar kapal ambulans dapat melakukan tugasnya dengan baik maka kapal tersebut harus memiliki performa yang baik dari segi teknisnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi performa kapal yaitu bentuk lambung. Tujuan dari tugas akhir ini yaitu menganalisis pengaruh bentuk lambung terhadap performa kapal ambulans. Variabel bentuk lambung yang digunakan dalam penelitian ini yaitu monohull, katamaran, dan semi trimaran pelat datar. Batasan penelitian untuk performa kapal yaitu terkait dengan hambatan, stabilitas, dan olah gerak kapal. Dari hasil penelitian diperoleh hambatan total terbesar yaitu lambung semi trimaran pelat datar dengan total hambatan 90,9 kilonewton. Diikuti oleh monohull dengan hambatan total sebesar 73,8 kilonewton dan katamaran dengan hambatan total sebesar 59,3 kilonewton. Pada perhitungan stabilitas kondisi muatan penuh model lambung katamaran memiliki nilai lengan pembalik (GZ) maksimum tertinggi yaitu sebesar 2,353 meter pada sudut 20,9 derajat. Semi trimaran memiliki nilai GZ maksimum tertinggi kedua yaitu sebesar 1,472 meter pada sudut 45,5 derajat. Terakhir yaitu monohull yang memiliki nilai GZ maksimum sebesar 1,164 meter pada 40 derajat. Pada perhitungan olah gerak kapal dilakukan pada sudut datang gelombang 0°, 45°, 90°, dan 180° dengan tiga derajat kebebasan (heave, roll, dan pitch). Nilai perpindahan gerakan heaving kapal terbesar dialami oleh model lambung katamaran dengan nilai perpindahan 0,54 meter pada sudut datang gelombang 180 derajat. Nilai rotasi gerakan rolling kapal terbesar dialami oleh model lambung semi trimaran dengan nilai rotasi 8,07 derajat pada sudut datang gelombang 90 derajat. Nilai rotasi gerakan pitching kapal terbesar dialami oleh model lambung monohull dengan nilai rotasi 3,89 derajat pada sudut datang gelombang 0 derajat. ......Indonesia is a country with the most islands in the world with more than 17,000 islands. This is a challenge for the government in distributing health care facilities in each region of Indonesia. Based on data from Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) in 2020 there were 2,924 hospital units consisting of 60 class A hospitals, 430 class B hospitals, 1,524 class C hospitals, 42 class D hospitals, and other 52 hospitals that have not been categorized. The hospitals in Indonesia is still not evenly distributed. This is evidenced by the map data of the distribution of hospitals which are still centered on the island of Java and Sumatra, while the eastern region of Indonesia is few hospital facilities. One of the health care facilities that suitable with the geographical conditions of Indonesia is an ambulance ship. In order for the ambulance ship to do its job well, the ship must have good performance from a technical point of view. One of the factors that affect the performance of the ship is the form of the hull. The objective of this thesis is to analyze the effect of the hull form on performance of ambulance ship. Hull form variables that used in this study were monohull, catamaran, and flat plate semi trimaran. Research limitations for ship performance are related to drag, stability, and seakeeping. From the results of the study, the largest total resistance was the flat plate semi trimaran hull with a total resistance of 90.9 kilonewtons. Followed by the monohull with a total resistance of 73.8 kilonewtons and the catamaran with a total resistance of 59.3 kilonewtons. In the calculation of the stability of the full load condition, the catamaran hull model has the highest maximum righting arm (GZ) value of 2,353 meters at an angle of 20.9 degrees. Semi trimaran has the second highest maximum GZ value of 1,472 meters at an angle of 45.5 degrees. Finally, the monohull has a maximum GZ value of 1,164 meters at 40 degrees. The calculation of ship motion is carried out at the heading angles of 0°, 45°, 90°, and 180° with three degrees of freedom (heave, roll, and pitch). The largest ship heaving displacement value is experienced by the catamaran hull model of 0.54 meters displacement at 180 degrees heading angle. The largest rotational value of the ship's rolling motion is experienced by the semi-trimaran hull model with a rotation value of 8.07 degrees at heading angle of 90 degrees. The largest ship pitching motion rotation value is experienced by the monohull hull model with a rotation value of 3.89 degrees at heading angle of 0 degrees.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library