Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghina Hanifah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel Online Disinhibition dan Religiositas terhadap perilaku perundungan siber. Variabel Online Disinhibition memiliki dua dimensi yaitu dimensi Benign Disinhibition dan dimensi Toxic Disinhibition. Responden penelitian merupakan 137 orang mahasiswa yang berdomisili di Jabodetabek. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang disebarkan secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Online Disinhibition khususnya dimensi Toxic Disinhibition memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku perundungan siber, namun variabel Online Disinhibition dimensi Benign Disinhibition dan variabel Religiositas tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku perundungan siber.

ABSTRACT
This study aims to see the association among online disinhibition and religiosity toward cyberbullying perpetration. Online disinhibition has two dimensions which is Benign Disinhibition and Toxic Disinhibition. Respondents of this study is 137 college students located in Jabodetabek. The data collecting instrument is online questionnaire. Study result shows that only online disinhibiton, especially toxic disinhibition, has significant effect on cyberbullying, however, benign disinhibition and religiosity doesnt have significant effect on cyberbullying.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Asmarani Aditya
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang mengapa remaja melakukan perundungan siber pada media sosial, terutama Ask.fm. Dengan fitur tak kasat mata dan anonim yang disediakan oleh Ask.fm, pengguna sering melakukan perundungan siber karena memberi pengguna keuntungan untuk tidak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam apa yang menyebabkan orang merundung orang lain di media sosial seperti Ask.fm. Perilaku agresif pengguna pada Ask.fm, dipicu oleh enam faktor penghambatan online - di mana mereka mengatakan dan melakukan sesuatu secara online yang terbatas di dunia nyata. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai pendekatan pengumpulan data. Ditemukan bahwa faktor yang menyebabkan penghambatan online seperti tak terlihat, asynchronicity, introspeksi solipsistik, imajinasi disosiatif, meminimalkani status dan wewenang, anonimitas disosiatif memicu pengguna untuk melakukan perundungan secara online terutama pada Ask.fm, dan superioritas, ketakutan, dan penyombong memicu orang untuk melakukan perundungan secara umum. Dengan demikian, disarankan untuk mengintegrasikan materi perundungan siber ke sekolah. Sehingga, staf sekolah dan guru dapat mengedukasi konsekuensi dari perundungan siber dan mencegah perundungan lebih lanjut

ABSTRACT
This research is about why teenagers do cyberbully on social media, primarily Ask.fm. With invisibility and anonymous feature that Ask.fm provides, users engage in cyberbullying more often since it is giving users the advantage to be unknown. This research aims to understand in depth on what causes people to bully other people on social media such as Ask.fm. The aggressiveness of users behavior on Ask.fm is triggered by six factors of online disinhibition where they say and do things online that is limited in real world. This research uses qualitative data analysis with an in depth interview as its approach for data collection. It is found that factors that cause online disinhibition such as invisibility, asynchronicity, solipsistic introjection, dissociative imagination, minimization of status and authority, dissociative anonymity trigger users to bully online primarily on ask.fm, and superiority, fear, and braggers trigger people to bully in general. Thus, it is suggested to integrate cyberbullying materials into school. Thus, school staff and teacher can educate the consequences of cyberbullying and prevent further bullying action "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Azkiya Karima
"ABSTRAK
Toxic online disinihibition merupakan salah satu bentuk efek yang dihasilkan dari online disinhibition effect. Efek ini dapat menimbulkan perilaku negatif seperti cyberbullying, cyberhate, dan flaming di internet. Makalah ini mencoba memberi gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi, perilaku yang didorong, serta strategi menangani dampaknya. Dengan menggunakan systematic literature review terhadap sembilan studi dari dalam dan luar negeri, diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa penyebab yang dapat menimbulkan toxic online disinhibition terjadi, seperti lingkungan internet yang menyebabkan berkurangnya kontak mata, pada aspek psikologis terkait konsep diri dan gagalnya kontrol diri, maupun aspek dari luar seperti controllability, social identity, dan punishment certainty. Terdapat dua pendekatan yang dapat menjadi strategi dalam menangani toxic online disinhibition, yakni dengan pendekatan teknologi seperti menggunakan fitur-fitur teknologi seperti microphone dan webcam, atau dengan pendekatan non-teknologi seperti diadakannya pendidikan etika dalam berinternet, dibuatnya kode etik berinternet, pengajaran mengenai moral issue, atau juga dengan diadakannya pengawasan penggunaan internet.

ABSTRACT
Toxic online disinhibition is one form of online disinhibition effect. This effect can cause negative behavior like cyberbullying, cyberhate, and flaming on the internet. This study will provide an overview of the factors that influence and encourage behaviors of toxic online disinhibition, as well as providing strategies to handle the impact. By using a systematic literature review of nine studies from home and abroad, the results show that there are several causes to toxic online disinhibition, such as the lack of eye contact in internet environment, psychological aspects related to self-concept and self-control failure, as well as aspects from external factors such as controllability, social identity, and punishment certainty. There are two approaches that can be used in dealing with toxic online disinhibition, namely with technological approaches such as using technological features like microphones and webcams, or with non-technological approaches such as holding ethics education in the internet, making ethical codes on the internet, teaching about moral issues, or also by holding surveillance of internet use."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Firdausya Sunaryo
"Komunikasi yang kini dimudahkan dengan kemunculan media sosial juga memiliki konsekuensi buruk, seperti aksi cancel culture yang berujung pada tindakan cyberbullying. Cancel culture merupakan sebuah praktik pemboikotan terhadap seseorang yang dianggap melanggar norma. Figur publik seringkali menjadi target utama cancel culture di internet dikarenakan rumor yang disebarkan di media sosial. Dengan menggunakan metode kualitatif studi kasus dan kajian literatur, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis cancel culture dan cyberbullying terhadap aktor Korea Selatan Kim Seonho dan idol Kim Garam di forum daring dan Twitter dengan konsep efek disinhibisi online, di mana batasan komunikasi hilang apabila dilakukan secara daring dibandingkan secara tatap muka. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa empat dari enam dimensi efek disinhibisi online paling tampak di kasus cancel culture dan cyberbullying kedua figur publik ini, yakni dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, dan minimization of status and authority, dengan anonimitas sebagai faktor utamanya.

The presence of social media in the contemporary media landscape has made communication more accessible. However, the emergence of such a platform also comes with cultural consequences, such as cancel culture–a practice of boycotting someone who is considered to have violated the norm–which often leads to cyberbullying. Public figures have become the main target of cancel culture which is amplified by the online rumors spread on social media. By using qualitative case study methods and literature review, this paper aims to analyze the cancel culture and cyberbullying against South Korean actor Kim Seonho and idol Kim Garam in online forums and Twitter, with the concept of the online disinhibition effect, where communication boundaries disappear as it takes place online. The result shows that four among six dimensions of the online disinhibition effect, namely dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, and minimization of status and authority are present in the cancel culture and cyberbullying of these two public figures, with anonymity being the main factor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadyne Peri Jelita Rivai
"In a social media era where everything is for the public to see, people with a significant number of followers are prone to criticism and negative comments. Indonesian influencers such as Kekeyi and Rachel Venya are victims of negative comments on their Instagram by random people. Based on the words of a psychologist, Suler, negative comments on social media can be explained by the online disinhibition effect. Online disinhibition effect is divided into two categories which are the benign online disinhibition effect and the toxic online disinhibition effect. This research paper aims to analyse how the online disinhibition contributes to the emergence of negative comments on the comment sections of Indonesian influencers, Kekeyi and Rachel Venya. Through secondary research and content analysis, it is found that the toxic online disinhibition effect contributes to the emergence of negative comments.

Di era media sosial yang di mana segala sesuatu dapat dilihat oleh publik, orang dengan jumlah pengikut yang banyak rentan terhadap kritik dan komentar negatif. Influencer Indonesia seperti Kekeyi dan Rachel Venya seringkali menjadi korban komentar negatif di Instagram. Berdasarkan perkataan psikolog, Suler, komentar negatif di media sosial dapat dijelaskan dengan efek disinhibisi online. Efek disinhibisi online dibagi menjadi dua kategori yaitu efek disinhibisi online jinak dan efek disinhibisi online merugikan. Makalah penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana disinhibisi online berkontribusi terhadap munculnya komentar negatif di kolom komentar influencer Indonesia, Kekeyi dan Rachel Venya. Melalui penelitian sekunder dan analisis konten, ditemukan bahwa efek disinhibisi online yang merugikan berkontribusi pada munculnya komentar negatif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Mearlysha Aninda Rahmatyana
"The phenomenon of the Hallyu wave or South Korean pop culture has emerged globally since the late 1990s. Back then, fans used to consume the product given by the producer. As time evolves, nowadays, K-pop fans do not only consume the products provided by the producer. Instead, fans can actively interact, participate and become the producer within the K-pop fandom with the existence of participatory culture. However, the visual content created by fans on social media often contains imaginary content that might cause fanatic and delusional behavior towards the K-pop idols. Therefore, this paper aims to understand the concept of Suler’s online disinhibition (2004) theory, explaining how visual content enables fanatic and delusional behavior of Indonesian K-pop fans in cyberspace through dissociative anonymity, invisibility, solipsistic introjection, and minimization of status and authority. This study uses qualitative methods, observation on social media, and secondary data collection that will be used to analyze the fanatic and delusional behavior of K-pop fans in Indonesia using the online disinhibition theory through the imaginary and fictive visual content they created in social media.

Fenomena gelombang Hallyu atau budaya pop Korea Selatan telah muncul secara global sejak akhir 1990-an. Saat itu, penggemar hanya terbiasa untuk mengkonsumsi produk yang diberikan oleh produsen. Seiring berkembangnya zaman, kini para penggemar K-pop tidak hanya mengkonsumsi produk-produk yang disediakan oleh produsennya saja. Sebaliknya, penggemar dapat secara aktif berinteraksi, berpartisipasi, dan menjadi produser dalam fandom K-pop dengan adanya Participatory Culture. Namun, konten audio-visual yang dibuat oleh penggemar di media sosial seringkali mengandung konten imajinasi yang dapat menyebabkan perilaku fanatic dan delusional terhadap idola K-pop. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk memahami konsep teori Online Disinhibition Suler (2004), yang menjelaskan bagaimana konten audio-visual memungkinkan terjadinya perilaku delusi dan fanatik penggemar K-pop Indonesia di dunia maya, melalui dissociative anonymity, invisibility, solipsistic introjection, dan minimization of status and authority. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, observasi di media sosial, dan pengumpulan data sekunder yang akan digunakan untuk menganalisis perilaku fanatic dan delusi penggemar K-pop di Indonesia dengan menggunakan teori Online Disinhibition, melalui konten visual imajinasi dan fiktif yang mereka buat di sosial media. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Mearlysha Aninda Rahmatyana
"Fenomena gelombang Hallyu atau budaya pop Korea Selatan telah muncul secara global sejak akhir 1990-an. Saat itu, penggemar hanya terbiasa untuk mengkonsumsi produk yang diberikan oleh produsen. Seiring berkembangnya zaman, kini para penggemar K-pop tidak hanya mengkonsumsi produk-produk yang disediakan oleh produsennya saja. Sebaliknya, penggemar dapat secara aktif berinteraksi, berpartisipasi, dan menjadi produser dalam fandom K-pop dengan adanya Participatory Culture. Namun, konten audio-visual yang dibuat oleh penggemar di media sosial seringkali mengandung konten imajinasi yang dapat menyebabkan perilaku fanatic dan delusional terhadap idola K-pop. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk memahami konsep teori Online Disinhibition Suler (2004), yang menjelaskan bagaimana konten audio-visual memungkinkan terjadinya perilaku delusi dan fanatik penggemar K-pop Indonesia di dunia maya, melalui dissociative anonymity, invisibility, solipsistic introjection, dan minimization of status and authority. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, observasi di media sosial, dan pengumpulan data sekunder yang akan digunakan untuk menganalisis perilaku fanatic dan delusi penggemar K-pop di Indonesia dengan menggunakan teori Online Disinhibition, melalui konten visual imajinasi dan fiktif yang mereka buat di sosial media.

The phenomenon of the Hallyu wave or South Korean pop culture has emerged globally since the late 1990s. Back then, fans used to consume the product given by the producer. As time evolves, nowadays, K-pop fans do not only consume the products provided by the producer. Instead, fans can actively interact, participate and become the producer within the K-pop fandom with the existence of participatory culture. However, the visual content created by fans on social media often contains imaginary content that might cause fanatic and delusional behavior towards the K-pop idols. Therefore, this paper aims to understand the concept of Suler’s online disinhibition (2004) theory, explaining how visual content enables fanatic and delusional behavior of Indonesian K-pop fans in cyberspace through dissociative anonymity, invisibility, solipsistic introjection, and minimization of status and authority. This study uses qualitative methods, observation on social media, and secondary data collection that will be used to analyze the fanatic and delusional behavior of K-pop fans in Indonesia using the online disinhibition theory through the imaginary and fictive visual content they created in social media. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library