Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ardiansyah
"Kemajuan teknologi informasi saat ini memudahkan dalam melakukan berbagai aktivitas online, khususnya di bidang investasi. Trading merupakan suatu kegiatan atau praktik dalam pasar modal yang merupakan kegiatan yang serupa tetapi tidak sama dengan investasi. Saat ini sedang ramai mengenai konsep investasi bernama trading binary option yang dilakukan melalui platform berbasis online yang mirip dengan kegiatan perjudian dan telah merugikan masyarakat. Metode penelitian penulis dalam penelitian ini ialah bersifat yuridis normatif, dengan menggunakan data jenis sekunder berupa bahan pustaka melalui peraturan perundang-undangan, artikel, dan pandangan ahli. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan dalam studi atas pernyataan atau tanggapan yang dibuat oleh informan pada suatu topik atau masalah melalui wawancara. Dengan berdasar dalam Peraturan Bappebti Nomor 3 Tahun 2019, tertulis komoditi yang dapat dijadikan subjek kontrak berjangka dan didalamnya tidak termasuk kegiatan binary option untuk dapat diperdagangkan di bursa berjangka. Segala kontrak atas komoditi-komoditi bisa diperdagangkan jika ketentuan dan persyaratannya telah disetujui oleh Kepala Bappebti, oleh karena peraturan tersebut maka binary option bersifat ilegal karena tidak memiliki persetujuan. Bagi para korban affiiliator binary option dapat memperoleh perlindungan hukum dengan mengajukan upaya hukum secara pidana ataupun perdata. Para korban juga bisa mengajukan upaya restitusi atau upaya ganti rugi pelaku dengan mengajukan ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dengan merujuk Undang-undang No. 31 Tahun 2014 dimana korban yang mengalami kerugian akibat tindak pidana berhak memperoleh restitusi.

Advances in information technology currently make it easier to carry out various online activities, especially in the investment sector. Trading is an activity or practice in the capital market which is similar to but not the same as investing. Currently, there is a lot of buzz about an investment concept called binary options trading which is carried out through an online-based platform that is similar to gambling activities and has harmed the community. The author's research method in this study is normative juridical, using secondary type data in the form of library materials through legislation, articles, and expert views. Data analysis was carried out with a qualitative approach which was carried out in a study of statements or responses made by informants on a topic or problem through interviews. Based on Regulation Bappebti Number 3, 2019, it is written that commodities can be subject to futures contracts and do not include binary options activities to be traded on futures exchanges. All contracts on commodities can be traded if the terms and conditions have been approved by the Head of Bappebti, because of these regulations, binary options are illegal because they do not have approval. Binary options affiliate victims can get legal protection by filing Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Victims can also apply for restitution or compensation for the perpetrator by submitting to the Witness and Victim Protection Agency by referring to Undang-undang Number 31, 2014  where victims who have suffered losses due to criminal acts are entitled to restitution."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Nazneen Adira
"Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi mampu meningkatkan servis layanan keuangan dengan memanfaatkan basis teknologi yang dikenal sebagai `Fintech`. Perusahaan dan Start-up berperan sebagai disintermediasi layanan bank tradisional dengan mengembangkan platform online yang bertujuan untuk menawarkan solusi finansial sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Dengan melihat perspektif teori dynamic capabilities dan stakeholderbased theory, karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisa pentingnya adaptasi perubahan teknologi terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat dan kepuasan stakeholder. Karya ini berfokus pada empat jenis layanan Fintech yaitu Mobile Payments, Crowdfunding, Peer-to-Peer
Lending, dan Robo-Advisory. Selain itu, penelitian ini memperluas teori yang terdapat dalam literatur Fintech, Technology Acceptance Model (TAM), yang diusulkan oleh Davis (1986) dengan mengintegrasikan unsur digital marketing sebagai strategi pemasaran online. Harapan yang
didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa digital marketing dapat menangkap awareness masyarakat tentang pentingnya aspek berkelanjutan (sustainability), terlihat pada manfaat sosial dari penggunaan Fintech dalam pembentukan sikap dan perilaku masyarakat untuk menggunakan layanan keuangan berbasis teknologi. Persepsi positif dan tanggapan dari masyarakat dan pengguna Fintech dapat mendorong siklus pembayaran, pinjam meminjam, dan investasi berkelanjutan yang menghasilkan keuntungan kompetitif bagi perusahaan
The development of Information Communication and Technology (ICT) has shifted financial services to technological devices known as `Fintech` Companies and technological start-ups act as disintermediation of the traditional bank services by developing an online platform that offers customization financial solutions accordance to the customer needs and wants. By taking
dynamic capabilities and stakeholder-based theory as the fundamental theories, this paper analyses the importance of adapting technological changes for customer preferences adjustment and satisfying the firm`s stakeholders. This study focuses on the four main types of fintech services namely Mobile Payments, Crowdfunding, Peer-to-Peer Lending, and Robo- Advisory.
This research aims to extend the existing theory in fintech literature, Technology Acceptance Model (TAM) proposed by Davis (1986), through integrating the elements of digital marketing as an online promotion strategy. The expectations of this study show that digital marketing can capture customer awareness regarding the sustainability aspect, particularly, the social benefits of fintech to shape their attitude and behavioural intention towards using the financial services. A positive perception and response from customers lead to a continuous lifecycle of payment,
lending, borrowing, and investing that results in companies gaining a competitive advantage."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Octaviani
"ABSTRAK
Mobilisasi pengumpulan dana sebagai wujud perilaku prososial, yang dilakukan melalui media sosial dan platform crowdfunding online semakin marak ditengah masyarakat yang semakin rasional khususnya di perkotaan. Hal ini menarik karena di sisi lain solidaritas sosial dalam urbanized society justru merenggang. Berbagai penelitian mengenai perilaku prososial dilatari pada perspektif psikologi sosial yang berfokus pada faktor internal individu seperti motivasi, altruisme dan empati. Studi sebelumnya tidak menggunakan konteks media sosial dan platform crowdfunding online. Berbeda dengan penelitian terdahulu, studi ini menekankan bagaimana peran teknologi di dalam perilaku prososial khususnya masyarakat perkotaan yang akrab dengan teknologi. Studi ini dilakukan pada 85 responden di Jakarta. Sampel penelitian dijaring secara snowball. Temuan dalam studi ini bahwa ternyata masyarakat urban kurang memiliki kecenderungan berperilaku prososial dalam menyumbang melalui media sosial dan platform crowdfunding online meski pemanfaatan teknologi digital menjadi keseharian mereka.

ABSTRACT
Mobilization of fundraising as a form of prosocial behavior, conducted through social media and crowdfunding online platform increasingly rampant amid increasingly rational society, especially in urban areas. This is interesting because on the other hand social solidarity in urbanized society is stretched. Various studies on prosocial behavior are based on a social psychology perspective focusing on individual internal factors such as motivation, altruism and emphathy. Previous studies did not use the context of social media and crowdfunding online platform. Unlike previous research, this study emphasizes how the role of technology in prosocial behavior, especially urban communities are familiar with technology. This study was conducted on 85 respondents in Jakarta. The study sample was collected by snowball. The findings in this study show that urban communities lack the tendency of prosocial behavior to donate through social media and crowdfunding online platforms despite the utilization of digital technology into their daily lives."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 20187
T50194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Chairunnisa
"[ABSTRAK
Fenomena aktivisme digital atau aktivisme online menimbulkan banyak pertanyaan seputar partisipasi yang efektif dan bermakna. Hal ini juga memicu perdebatan mengenai apakah aktivisme online dapat membawa perubahan yang nyata di tengah masyarakat. Selain memetakan partisipasi anak muda dalam aktivisme online,
artikel ini meneliti bagaimana karakteristik organisasi anak muda kontemporer di Indonesia saat ini dan
bagaimana mereka menggunakan aktivisme online ini sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran dan mempromosikan isu seputar HKSR dan keberagaman. Dari hasil perbandingan dengan advokasi yang telah mereka lakukan secara offline, serta gambaran yang telah diperoleh dari wawancara dengan informan kunci dan kuesioner yang telah didistribusikan ke dua puluh mahasiswa, saya berpendapat bahwa peran aktivisme online dalam menyebarkan kesadaran dan menyebarluaskan informasi terbilang efektif. Namun, aktivisme online tidak dapat berdiri sebagai satu jenis aktivisme sendiri karena membangun hubungan dengan pembuat kebijakan dan tokoh-tokoh yang berpengaruh di pemerintahan adalah sama pentingnya.ABSTRACT The phenomena of online or digital activism poised many questions regarding effective and meaningful
participation. It also triggers an ongoing debate on whether or not online activism could bring about real change in the society. Besides mapping out Indonesian youth participation in online activism, this article examines how contemporary youth-led organizations in Indonesia are characterized and how they use this online activism as a way to raise awareness and promote issues on SRHR and diversity. By comparing it with their offline advocacy and by drawing upon interviews with key informants and questioners distributed to twenty college students, I would like to argue that online activism‟s role in spreading awareness and disseminate information is undeniably effective. However, online activism could not stand as a type of activism on its own because
establishing relations with policy makers and key individuals in the government is just as important., The phenomena of online or digital activism poised many questions regarding effective and meaningful
participation. It also triggers an ongoing debate on whether or not online activism could bring about real change
in the society. Besides mapping out Indonesian youth participation in online activism, this article examines how
contemporary youth-led organizations in Indonesia are characterized and how they use this online activism as a
way to raise awareness and promote issues on SRHR and diversity. By comparing it with their offline advocacy
and by drawing upon interviews with key informants and questioners distributed to twenty college students, I
would like to argue that online activism‟s role in spreading awareness and disseminate information is
undeniably effective. However, online activism could not stand as a type of activism on its own because
establishing relations with policy makers and key individuals in the government is just as important.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library