Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Janice Putri Heryanto
"Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara individu membangun hubungan sosial, salah satunya adalah melalui penggunaan aplikasi kencan. Masa emerging adulthood yang ditandai dengan masa eksplorasi identitas dapat memiliki berbagai motif dalam menggunakan aplikasi kencan. Pada aplikasi kencan, online self-presentation memainkan peran penting dalam membentuk kesan awal dan menentukan kemungkinan interaksi lebih lanjut. Meskipun fenomena ini semakin umum, penelitian mengenai hubungan antara online self-presentation dan motif penggunaan aplikasi kencan, khususnya di Indonesia, masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara online self-presentation dan motif penggunaan aplikasi kencan pada emerging adulthood di Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan 139 partisipan berusia 18–25 tahun yang merupakan pengguna aplikasi kencan (Tinder, Bumble, atau Tantan). Pengukuran yang digunakan meliputi Presentation of Online Self Scale (POSS; Fullwood et al., 2016) untuk mengukur online self-presentation, serta Tinder Motives Scale (TMS; Timmermans & De Caluwé, 2017) untuk mengukur motif penggunaan aplikasi kencan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara seluruh komponen online self-presentation dan berbagai motif penggunaan aplikasi kencan. Implikasi hasil penelitian ini, saran metodologis dan praktis dibahas lebih lanjut.

The development of digital technology has transformed the way individuals build social relationships, one of which is through the use of dating applications. Emerging adulthood, characterized by a phase of identity exploration, may involve various motives for using such platforms. In dating apps, online self-presentation plays a crucial role in shaping first impressions and determining the likelihood of further interaction. Although this phenomenon is becoming increasingly common, research on the relationship between online self-presentation and motives for using dating applications, particularly in Indonesia, remains limited. This study aims to examine the relationship between online self-presentation and motives for using dating apps among emerging adults in the Jabodetabek area. The study employs a quantitative correlational approach with 139 participants aged 18–25 who are users of dating apps (Tinder, Bumble, or Tantan). The measurements used include the Presentation of Online Self Scale (POSS; Fullwood et al., 2016) to measure online self-presentation, and the Tinder Motives Scale (TMS; Timmermans & De Caluwé, 2017) to measure motives for using dating apps. The results showed a significant positive relationship between all components of online self-presentation and various motives for using dating applications. The implications of these findings, as well as methodological and practical recommendations, are further discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jordy Susanto
"Instagram merupakan salah satu media utama bagi mahasiswa Gen Z untuk mengekspresikan dirinya. Uniknya, fenomena memiliki akun kedua (second account) muncul sebagai ruang berekspresi yang lebih bebas dibandingkan akun utama. Bagi individu dengan disregulasi emosi yang tinggi, akun kedua sering dimanfaatkan sebagai ruang melampiaskan atau mengelola emosi negatif. Mengingat mahasiswa Gen Z berada dalam fase perkembangan diri yang penuh dinamika emosi, penting untuk memahami peran disregulasi emosi dalam online self-presentation. Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode regresi linear sederhana untuk melihat peran disregulasi emosi terhadap tiga dimensi online self-presentation, yaitu adaptable self, authentic self, dan freedom of self online. Partisipan merupakan 279 mahasiswa Gen Z yang memiliki setidaknya dua akun Instagram, dengan akun kedua digunakan sebagai ruang untuk berekspresi lebih bebas atau mencurahkan emosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disregulasi emosi berperan signifikan dalam memprediksi perilaku online self-presentation. Lebih spesifik, individu dengan disregulasi emosi tinggi cenderung menunjukkan persona yang berbeda antar akun (β = 0,351), merasa lebih bebas mengekspresikan diri (β = 0,373), namun cenderung kurang autentik (β = -0,280). Temuan ini menyoroti pentingnya kesadaran akan pengelolaan emosi di ruang digital.

Instagram is one of the primary platforms used by Gen Z college students for self-expression. Interestingly, the phenomenon of having a second Instagram account has emerged as a space for more open expression compared to the main account. For individuals with high levels of emotional dysregulation, this second account is often used as an outlet to vent or manage negative emotions. Given that Gen Z students are in a developmental phase marked by emotional dynamics and self-exploration, it is important to understand the role of emotional dysregulation in online self-presentation. This study employed a quantitative approach using simple linear regression to examine the role of emotional dysregulation in predicting three dimensions of online self-presentation: adaptable self, authentic self, and freedom of self online. The participants consisted of 279 Gen Z college students who had at least two Instagram accounts, with the second account used specifically as a space for freer self-expression or emotional release. The findings revealed that emotional dysregulation significantly predicted online self-presentation. Specifically, individuals with higher emotional dysregulation tended to display differing personas across accounts (β = 0.351), feel freer in expressing themselves (β = 0.373), but were less authentic (β = -0.280). These results highlight the importance of emotional regulation awareness in digital spaces."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda Putri Chandra
"Fenomena memiliki akun lebih dari satu, seperti akun utama (main account) dan akun alternatif (finsta, second account, dump account), menjadi tren di kalangan Gen-Z dan menunjukkan dinamika menarik dalam cara mereka mempresentasikan diri secara digital. Ketika individu menampilkan dirinya secara digital, mereka sedang melakukan online self-presentation, dan motivasi penting untuk online self-presentation yang akhirnya mempengaruhi persepsi orang lain tentang diri sendiri adalah self-esteem. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara self-esteem dengan semua dimensi pada online self-presentation, yaitu dimensi adaptable self, authentic self, dan freedom of self online. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan 279 partisipan mahasiswa Gen-Z yang memiliki lebih dari satu akun Instagram aktif. Alat ukur yang digunakan adalah Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) untuk mengukur self-esteem dan Presentation of Online Self Scale for Adults (POSSA) untuk mengukur ketiga dimensi online self-presentation. Hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan self-esteem antara semua dimensi online self-presentation, yaitu hubungan yang negatif signifikan dengan dimensi adaptable self (r = –0.213, N = 279, p < 0.001, two-tail), hubungan positif signifikan dengan dimensi authentic self (r = 0.305, N = 279, p < 0.001, two-tail), dan hubungan negatif signifikan dengan dimensi freedom of self online (r = –0.26, N = 279, p < 0.001, two-tail). Individu dengan self-esteem yang lebih rendah cenderung melakukan online self-presentation yang diadaptasi (adaptable self), kurang otentik (authentic self), dan lebih merasa bebas berada di dunia digital (freedom of self online). Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antara self-esteem dengan online self-presentation.

The phenomenon of having more than one Instagram account, such as a main account and alternative accounts (e.g., finsta, second account, dump account), has become common among Gen-Z, reflecting interesting dynamics in how they present themselves digitally. Online self-presentation refers to how individuals portray themselves in digital spaces, a behavior influenced by various motivations, one of the most significant being self-esteem. This study aims to examine the relationship between self-esteem and the three dimensions of online self-presentation: adaptable self, authentic self, and freedom of self online.Using a quantitative correlational design, 279 Gen-Z undergraduate students with more than one active Instagram account participated in the study. The Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) used to measure self-esteem, while the Presentation of Online Self Scale for Adults (POSSA) was used to assess the three dimensions of online self-presentation. The results indicate a significant relationship between self-esteem and all three dimensions. . A negative correlation was found between self-esteem and adaptable self (r = –0.213, p < 0.001), a positive correlation with authentic self (r = 0.305, p < 0.001), and a negative correlation with freedom of self online (r = –0.260, p < 0.001). These findings suggest that individuals with lower self-esteem tend to engage in more adaptive and less authentic online self-presentation, and feel a greater sense of freedom when expressing themselves in digital spaces. This study aims to contribute to a better understanding of the relationship between self-esteem and online self-presentation among Gen-Z university students in the age of social media."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library