Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harry Andiko Pratama
Abstrak :
Over the top sebagai layanan media yang menawarkan hiburan dan informasi kepada penggunanya dengan menggunakan koneksi internet. Koneksi internet yang digunakan oleh OTT merupakan layanan yang disediakan oleh operator seluler. Saat ini, operator seluler, menggelar infrastruktur jaringannya dengan biaya mereka sendiri, tanpa adanya kontribusi dari OTT. Biaya investasi tinggi yang dikeluarkan oleh operator seluler ini, tidak sebanding dengan pendapatan yang mereka terima. Namun, di sisi lain koneksi internet yang dihasilkan dari investasi ini, lebih banyak dinikmati oleh OTT. Hal ini dibuktikan dengan tinggi konsumsi bandwidth yang dilihat dari tingginya trafik yang disebabkan oleh aktivitas OTT. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh operator seluler, operator seluler mengalami peningkatan trafik yang signifikan untuk setiap triwulan, namun peningkatan trafik ini tidak sebanding dengan peningkatan revenue. Dalam 2 tahun terakhir, trafik Indosat Ooredoo tumbuh lebih dari 100%, namun pertumbuhan revenue nya kurang dari 50%. Terdapat perbedaan selisih yang besar antara pertumbuhan trafik dan revenue pada operator seluler. Untuk menutupi selisih ini, OTT seharusnya mengambil peran, karena merupakan entitas yang menikmati jaringan operator dan menghasilkan revenue dari jaringan tersebut. OTT perlu memberikan kompensasi kepada operator seluler, kompensasi ini bisa dalam 2 cara, Pertama, OTT bisa memberikan fresh money kepada operator seluler sebagai bentuk kompensasi, Kedua, OTT bisa membuat sistem premium user, premium user ini perlu membayarkan sejumlah biaya untuk mengakses OTT, namun diberikan garansi kualiatas jaringan yang baik oleh operator seluler. ......Over the Top as media service that offered user any entertainment and information using internet connection. Internet connection that are uses by OTT are using mobile operator network service. Currently mobile operator deploy infrastructure for network service by their own without any contribution from OTT. With the high cost of investment, mobile operators do not get comparable revenue. In the other hand, OTT consume their bandwith, proving by number of traffic that are capture at mobile operator. Based on mobile operator network profile, mobile operators have significant traffic increament for every quarter, but this traffic growth is not same as revenue growth. In the last 2 years Indosat Ooredoo traffic are growth more than 100%, while the revenue is growth less than 50%. The are big gap of traffic growth and revenue growth at mobile operator. To cover this gap, OTT must take a role, as entity are enjoying internet connection and convert them to revenue. OTT need to gift compensation to mobile operator for benefit they are taking from mobile operator network. This compensation can use 2 scheme, 1st OTT directly give money to mobile operator as compensastion, 2nd OTT use premium user scheme, premium user will need to pay some cost with guaranted internet connection experience from mobile operator.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burhanudin
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia membutuhkan pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang dilakukan berdasarkan asas manfaat, adil dan merata serta adanya kepastian hukum sehingga mampu mendorong pemerataan ekonomi. Namun, dengan kondisi keuangan operator saat ini, terutama operator non dominan, rasa kawatir akan kemampuan operator untuk melakukan pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia menjadi sebuah tanda tanya tersendiri. Suatu cara yang bisa dilakukan operator, khususnya operator non dominan, yaitu melakukan efisiensi di sisi pengeluaran melalui berbagi infrastruktur. Akan tetapi, berbagi infrastruktur dapat mempengaruhi kompetisi antar operator seluler, termasuk perubahan landscape model bisnis, sehingga sering kali menimbulkan resistansi dari operator yang telah memiliki infrastruktur jaringan yang lebih merata. Tujuan penelitian ini adalah mengusulkan kerangka regulasi berbagi infrastruktur jaringan bagi operator seluler yang tepat diterapkan di Indonesia. Hasil analisis menggunakan regulatory impact analysis menunjukkan bahwa regulasi eksisting sudah saatnya dilakukan perubahan sehingga regulasi yang baru diharapkan mampu mendorong terciptanya iklim bisnis yang sehat dan berkelanjutan secara komersial bagi seluruh operator. Regulatory framework yang berupa mengizinkan operator seluler untuk melakukan skema MORAN bisa diterima oleh semua stakeholder, kecuali oleh operator dominan dengan tingkat resistansi yang relatif tidak terlalu besar. Hasil analisis menggunakan cost and benefit analysis menghasilkan net benefit sebesar Rp. 52,183 trilyun selama 5 tahun, nilai multi criteria analysis sebesar 49, dan nilai competitive impact analysis sebesar 60.
ABSTRACT
Indonesia needs the development of telecommunication infrastructure based on the principle of benefit, fair, equitable and the existence of legal certainty so as to encourage economic equity. However, with the current financial condition of operators, especially non dominant operators, a sense of anxiety over the operators capability to undertake a fair and equitable development of telecommunication infrastructure across Indonesia becomes a question mark. A way that operators can, especially non dominant operators, do efficiency on the expenditure through infrastructure sharing. However, infrastructure sharing can affect competition among mobile operators, including changes in the landscape of business models, which often leads to the resistance of operators who already have a more equitable network infrastructure. The purpose of this study is to propose a regulatory framework of infrastructure sharing for mobile operators appropriately implemented in Indonesia. The result of the analysis using regulatory impact analysis showed that the existing regulation is time to change so that the new regulation is expected to encourage the creation of commercially sustainable and healthy business for all operators. Regulatory framework in the form of allowing mobile operators to perform MORAN schemes can be accepted by all stakeholders, except by dominant operators with relatively small resistance levels. The result of analysis using cost and benefit analysis resulted net benefit Rp. 52.183 trillion for 5 years, multi criteria analysis value is 49, and competitive impact value is 60.
2018
T51091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Roland Febrian
Abstrak :
ABSTRAK
Meningkatnya penggunaan telepon pintar, layanan akses video dan dengan ditetapkannya Rencana Pitalebar Indonesia yang salah satu sasarannya adalah kecepatan akses minimum akan berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan kapasitas total dari pelanggan. Untuk mengakomodasinya, para operator seluler berupaya meningkatkan ketersediaan kapasitas total melalui peningkatan jumlah site, penggunaan teknologi dengan efisiensi spektrum tinggi dan tambahan alokasi spektrum frekuensi radio dari regulator. Namun demikian, adanya keterbatasan spektrum frekuensi radio menjadi hambatan dalam meningkatkan ketersediaan kapasitas tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya defisit spektrum yang diderita oleh para operator seluler sehingga pada akhirnya akan memperburuk kualitas layanan mobile broadband di Indonesia. Permasalahan defisit spektrum tersebut dapat diatasi melalui konsolidasi antar operator seluler. Namun demikian, praktik konsolidasi yang terjadi secara alamiah selama ini hanya didasari untuk memperoleh tambahan alokasi spektrum frekuensi radio dan kepentingan bisnis semata dengan mengabaikan norma akan kelayakan layanan mobile broadband demi kepentingan pelanggan. Pelaksanaan konsolidasi hendaknya didorong oleh adanya defisit spektrum namun tetap memenuhi norma yang ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian model dan desain konsolidasi operator seluler di Indonesia untuk memperoleh hasil yang menjadi solusi terhadap permasalahan tersebut. Pelaksanaan konsolidasi dalam penelitian terbatas dilakukan pada operator seluler yang beroperasi pada pita frekuensi 900 MHz, 1800 MHz dan 2100 MHz yang terdiri dari Telkomsel, XL, Indosat dan H3I yang diamati dalam enam regional layanan yaitu Sumatera, Jawa, Bali Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Papua. Desain konsolidasi dilakukan dengan ketentuan yaitu tiap konsolidasi maksimum terdiri dari dua operator, proses migrasi paling sedikit, alokasi kanal berdampingan dan tidak ada divestasi spektrum frekuensi radio. Melalui desain yang telah ditentukan, diperoleh tiga skenario konsolidasi yaitu skenario konsolidasi I terdiri dari konsolidasi H3I dengan Indosat, XL dan Telkomsel, skenario konsolidasi II terdiri dari konsolidasi H3I dengan XL dan konsolidasi Indosat dengan Telkomsel, dan skenario konsolidasi III terdiri dari konsolidasi Indosat dengan XL dan konsolidasi H3I dengan Telkomsel. Adapun untuk perhitungan dan analisis dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan INS melalui pengamatan hasil perhitungan spektrum rata-rata tiap operator seluler pada regional bersangkutan saat sebelum dan sesudah konsolidasi dilakukan sehingga dapat diperoleh adanya profil surplus atau defisit spektrum. Sesuai tujuan penelitian, hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan adanya konsolidasi dapat menurunkan defisit spektrum secara signifikan dan skenario konsolidasi II memberikan hasil perhitungan defisit spektrum yang paling kecil.
ABSTRACT
The increasing use of smartphones, video access and the stipulated Indonesia Broadband Plan whose target for the minimum access speed, will have implications for the increase of total capacity requirement of subscribers. To accommodate the requirement, the mobile operators attempt to increase total available capacity by increasing in the number of sites, the implementation of advanced technology offering high spectrum efficiency and acquiring an additional allocation of radio frequency spectrum from regulator. Whereas, there is a constraint of the radio frequency spectrum limitation for adequate allocation of radio frequency spectrum requirement for the mobile operators. This will result in spectrum deficit suffered by mobile operators which in turn will worsen the quality of mobile broadband services in Indonesia. The spectrum deficit problem can be solved through the consolidation among mobile operators. However, today?s consolidation practice that occured naturally by far is constituted to acquire additional allocation of radio frequency spectrum and business interests simply by ignoring the norms of mobile broadband services feasibility for the subscribers. Implementation of the consolidation should be encouraged by the spectrum deficit but still fulfilling the stipulated norms. It is therefore required in-depth research of consolidation models and designs among mobile operators in Indonesia to obtain proper results as a solution to combat those problems. The implementation of consolidation in research is conducted on mobile operators, whose operation at the frequency band of 900 MHz, 1800 MHz and 2100 MHz, comprising of Telkomsel, XL, Indosat and H3I by which observed in six regional services of Sumatera, Jawa, Bali Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, and Maluku Papua. The consolidation design is done by the pre-determined encompassing as follows each consolidation consists of two operators at the most, the least migration process, the contiguous bandwidth allocation and no radio frequency spectrum divest. Through the pre-determined, it can be obtained three consolidation scenarios i.e the consolidation scenario I comprises of consolidation among H3I with Indosat, XL and Telkomsel, consolidation scenario II comprises of consolidation among H3I with XL and consolidation among Indosat with Telkomsel, and consolidation scenario III comprises of consolidation among Indosat with XL and consolidation among H3I with Telkomsel. As for the estimation and analysis are conducted by using the INS estimation method by observation of average spectrum results on each mobile operator throughout the relevant regional services at the moment before and after the consolidation process to obtain its surplus or deficit spectrum profile. By the research perimeter accordingly, the results of those estimations yield that the consolidation can reduce the deficit spectrum significantly less than that of without consolidation, whereas the consolidation scenario II obtains the least spectrum deficit.
2016
T46280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haekal Febriansyah Ramadhan
Abstrak :
Gawai adalah perangkat yang memiliki peran penting pada kehidupan manusia saat ini seperti menjadi alat belajar, alat berkomunikasi dan bersosialisasi, alat melakukan kegiatan ekonomi, dan masih banyak lagi. Gawai juga memiliki data-data pribadi dari pemiliknya yang membuat keamanan gawai sangat dibutuhkan. Mekanisme pelaporan dan penanganan gawai yang hilang/rusak di Indonesia saat ini masih belum menggunakan sistem pemblokira IMEI gawai tersebut karena penggunaan IMEI dan CEIR di Indonesia hanya digunakan sebagai pemblokiran gawai ilegal dari luar negeri. Oleh karena itu, peneliti ingin membuat sebuah mekanisme baru dengan melibatkan semua pihak yang terlibat, yaitu kepolisian, operator seluler, dan pemerintah. Mekanisme dibangun dengan melihat penelitian yang terkait, melakukan analisis mekanisme yang ada di luar negeri (Malaysia, Korea Selatan, Perancis, Filipina, Australia, Inggris), melakukan analisis mekanisme kehilangan/kecurian untuk benda lain di Indonesia serta peraturan yang terkait, serta melakukan identifikasi risiko untuk keadaan dimana mekanisme baru diterapkan atau tidak diterapkan. Kuesioner juga dilakukan kepada masyarakat untuk memberikan masukan terhadap mekanisme yang telah dibuat. Hasil dari peneltian ini adalah mekanisme baru dengan menggunakan KTP, IMEI gawai, kotak asli/struk pembelian gawai untuk pelaporan ke kepolisian, lalu menggunakan berkas sebelumnya dan surat keterangan kehilangan dari polisi untuk melakukan pemblokiran kartu SIM ke operator seluler dan nomor IMEI ke pemerintah yang mengurus IMEI dan CEIR. ......Gadgets are devices that have an important role in human life today, such as being a learning tool, a tool for communicating and socializing, a tool for carrying out economic activities, and many more. Devices also have personal data from their owners which makes device security very necessary. The mechanism for reporting and handling lost/damaged devices in Indonesia currently still does not use the device's IMEI blocking system because the use of IMEI and CEIR in Indonesia is only used to block illegal devices from abroad. Therefore, researchers want to create a new mechanism involving all parties involved, namely the police, mobile operators, and the government. The mechanism was built by looking at related research, analyzing existing mechanisms abroad (Malaysia, South Korea, France, the Philippines, Australia, England), analyzing the mechanism of loss/theft for other objects in Indonesia and related regulations, and identifying risks for circumstances where new mechanisms are implemented or not implemented. Questionnaires were also conducted with the public to provide input on the mechanisms that have been created. The result of this research is a new mechanism using KTP, device IMEI, original box/gathering purchase receipt for reporting to the police, then using the previous file and loss certificate from the police to block the SIM card to the cellular operator and the IMEI number to the government in charge of IMEI and CEIR.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
ABSTRAK
Penyediaan biaya investasi yang tinggi untuk memenuhi jaringan komunikasi nirkabel yang handal dengan kapasitas yang besar merupakan salah satu tantangan bagi operator telekomunikasi saat ini. Pemanfaatan alokasi bandwith frekuensi secara efisien dan optimal merupakan salah satu solusi untuk mengatasi biaya investasi yang tinggi. Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu melakukan kajian analisa kelayakan biaya CAPEX dan OPEX skema Refarming Frekuensi dengan metode Replacement Analysis (RA) sesuai dengan tingkat presentase pertumbuhan pelanggan nirkabel layanan voice dan data (2012-2017) pada salah satu operator telekomunikasi di Indonesia. Metode kajian penelitian adalah melakukan kajian analisa kelayakan metode replacement Analysis (RA) untuk mengoptimasi kapasitas jaringan skema re-farming frekuensi dengan menggunakan empat skenario implementasi, yaitu 2G/3G collocation, 2G/3G/LTE collocation, 3G/LTE collocation, dan LTE (JBS). Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan yaitu setelah dilakukan kajian analisa kelayakan menggunakan metode Replacement Analysis (RA), skema Refarming Frekuensi merupakan salah satu solusi bagi operator telekomunikasi di Indonesia dalam melakukan optimasi kapasitas jaringan nirkabel eksisting (2G dan 3G) dan jaringan baru (LTE) yang handal dan dapat direkomendasikan sknario implementasi LTE karena biaya CAPEX dan OPEX yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan tiga scenario implementasi yang lainnya (2G/3G collocation, 2G/3G/LTE collocation, dan 3G/LTE collocation).
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika,Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika ,
302 BPT
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library