Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hauppauge, N.Y: Nova Science, 2011
616.994 ORA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Aurynna Azzahra
"Latar Belakang: Karsinoma sel skuamosa mulut (OSCC) merupakan jenis neoplasma ganas rongga mulut yang paling banyak ditemukan. Penyakit ini bersifat multifaktorial namun faktor risiko utama perkembangan kanker adalah kebiasaan gaya hidup, dan keterlibatan bakteri saat ini sedang meningkat untuk dipelajari. Bakteri Veillonella merupakan bagian dari mikrobiota mulut komensal pasien sehat yang berperan sebagai kolonisasi awal dan penghubung. Hal ini berperan dalam perlekatan Streptococcus mutans dan Porphyromonas gingivalis, sebagai salah satu bakteri yang berhubungan dengan kanker mulut. Meski perannya dalam menjembatani penjajah sudah banyak diketahui namun Veillonella masih minim penelitian mengenai keterlibatannya dalam OSCC. Tujuan: Untuk meninjau hubungan prevalensi Veillonella dan perannya terhadap pengembangan OSCC. Metode: Penelitian ini mengikuti pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA). Pengumpulan data penelitian disesuaikan dengan beberapa database elektronik: PubMed dan SCOPUS, dengan kata kunci pilihan dan kriteria inklusi terdiri dari jurnal berbahasa Inggris, tersedia full text, dalam jangka waktu 10 tahun dan harus berupa penelitian atau artikel asli. Hasil: Tinjauan terhadap sembilan jurnal mengungkapkan korelasi terbalik antara kelimpahan Veillonella dan perkembangan karsinoma sel skuamosa mulut (OSCC). Veillonella sebagian besar terdapat pada individu yang sehat, menunjukkan peningkatan keberadaannya selama tahap pra-ganas dan berkurang pada OSCC yang semakin lanjut. Kesimpulan: Sebagian besar literatur menyatakan bahwa Veillonella berbanding terbalik dengan perkembangan OSCC. Hal ini menunjukkan potensi peran Veillonella dalam deteksi dini OSCC dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

Background: Oral squamous cell carcinoma (OSCC) is the most common type of malignant neoplasm of the oral cavity. It is multifactorial but the main risk factors for cancer development is lifestyle habit, and bacterial involvement is currently on the rise to be studied. Veillonella bacteria is a part of commensal oral microbiota of the healthy patient act as the early and bridging colonizer. It plays role in the adhesion of Streptococcus mutans and Porphyromonas gingivalis, as one of the bacteria that have association with oral cancer. Although their role in bridging colonizer is widely known yet Veillonella still lack of studies about its involvement in OSCC. Aim: To review the relationship of the Veillonella prevalence and its role to OSCC development. Methods: The research is following the guideline of Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA). Data collection of the research is adapted to several electronic databases: PubMed and SCOPUS, with the selected keywords and inclusion criteria which consist of journals using English language, full text available, within 10 years and must be research or original article. Result: A review of nine journals reveals an inverse correlation between Veillonella abundance and oral squamous cell carcinoma (OSCC) progression. Veillonella is predominantly present in healthy individuals, exhibiting increased presence during the pre-malignant stage and diminishing with progressively advanced OSCC. Conclusion: As majority of the literature stated that Veillonella was inversely corresponding with the progression of OSCC. This suggests a potential role for Veillonella in early OSCC detection and warrants further investigation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ames, Iowa : Wiley-Blackwell, 2012
617.63 COM ;617.63 COM (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Albireza Ruhimat
"Kanker mulut merupakan kanker urutan ke-6 dengan insiden tertinggi di dunia. Pengobatan untuk berbagai jenis kanker termasuk kanker mulut masih sangat terbatas dan memiliki banyak efek samping sehingga perlu dicari pengobatan baru yang poten namun memiliki efek samping yang minimal. Kulit buah manggis yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Asia Tenggara termasuk Indonesia diduga memiliki efek anti kanker karena mengandungksanton (α,β,γ mangostin). Penelitian ini bertujuan menguji efek sitotoksisitas ekstrak etanol kulit buah manggis terhadap sel kanker mulut dengan metodein vitro. Sel kanker mulut diberikan perlakuan berupa kontrol dan 8 konsentrasi (6,25μg/ml, 12,5 μg/ml, 25 μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml, 400 μg/ml, 800 μg/ml). Pengujian secara in vitro pada sel kanker mulut yang diberi ekstrak etanol kulit buah manggis dengan dosis 6,25μg/ml - 800μg/ml dilihat viabilitas sel dibandingkan dengan kontrol. Viabilitas sel kanker diidentifikasi dengan MTT Assay kit. Setelah data didapatkan dan dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis, didapatkan nilai p = 0,012 serta IC50 sebesar 4,9 μg/ml. Uji Post Hoc menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan 6,25 μg/ml dengan kelompok lainnya.

Mouth cell cancer is the 6th most common cancer worldwide. The treatment for any kind of cancer including mouth cell cancer is limited and has many side effects, therefore novel and potent treatment with less side effects is needed. Pericarp of the mangosteen which is commonly consumed by Southeast Asian people including Indonesia, is suspected to have chemotherapy properties such as xanthone (α,β,γ mangosteen). This study aimed to find out the cytotoxicity level of ethanol extracts of mangosteen’s pericarp for mouth cell cancer byin vitro test. Mouth cell cancer was given eight different concentration (6.25μg/ml, 12.5 μg/ml, 25 μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml, 400 μg/ml, 800 μg/ml) and control (medium). The viability of the mouth cell cancer was identified using MTT Assay kit. The result shows that the p value = 0.012 and the IC50 = 4.9 μg/ml using Kruskal-Wallis test. Post Hoc test show there are differences between the control and 6,25 ug/ml treatment group to the other treatment groups
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cytha Nilam Chairani
"Latar Belakang: Kanker kepala dan leher (KKL) termasuk kanker yang paling umum, menempati urutan keenam secara global. Kanker rongga mulut termasuk dalam entitas KKL, yaitu sekitar 75% kasus. Salah satu modalitas terapi onkologi, yaitu radioterapi (RT) dapat menyebabkan efek samping di oral, contohnya seperti berkurangnya fungsi mengunyah dan menelan, serta penurunan nafsu makan yang kemudian berkaitan dengan penurunan berat badan kritis. Penurunan berat badan kritis (PBBK) didefinisikan sebagai penurunan berat badan yang tidak disengaja sebesar 5% pada 1 bulan atau 10% pada 6 bulan sejak dimulainya RT. Tujuan: Mengetahui faktor yang berhubungan dengan PBBK pada pasien RT kepala dan leher di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Metode Penelitian: Analisis observasional retrospektif dengan menggunakan data sekunder (rekam medis) dari 125 pasien kanker mulut di Rumah Sakit Kanker Dharmais periode 2018-2022. Hasil: Rata-rata usia pasien adalah 50,2±14,5 tahun terdiri dari laki-laki sebanyak 68 orang (54,4%) dan perempuan sebanyak 57 orang (45,6%). Pasien yang mengalami PBBK pada satu bulan sejak RT selesai sebanyak 69 orang (72,6%). Analisis bivariat untuk melihat faktor yang berpengaruh terhadap PBBK menunjukkan hanya variabel xerostomia selama RT yang signifikan (p = 0,006). Kesimpulan: Xerostomia selama RT merupakan faktor yang berpengaruh terhadap PBBK. Kolaborasi multidisipliner tim onkologi diperlukan untuk mencegah PBBK, termasuk dokter gigi untuk memantau komplikasi oral selama RT.

Introduction: Head and neck cancer (HNC) is the sixth most common cancer worldwide. 75% of HNCs are oral cancer. Radiotherapy (RT) is generally an oncology therapy that can develop side effects associated with oral complications due to RT. These complications can interfere with chewing and swallowing, which subsequently cause a decrease in appetite. Furthermore, patients may experience critical weight loss (CWL) defined as involuntary weight loss of 5% at one month or 10% at six months from the start of RT. Objective: To investigate the factor which correlates with CWL in head and neck RT patients treated in Dharmais Cancer Hospital. Methods: A retrospective observational analysis using secondary data (medical records) of 125 oral cancer patients at Dharmais Cancer Hospital in 2018-2022. Results: The mean age of patients was 50,2±14,5 years, with 68 (54,4%) male and 57 (45,6%) female. Sixty-nine patients (72,6%) developed CWL one month after RT, and the only significant factor in CWL was xerostomia during RT (p = 0,006). Conclusion: Xerostomia during RT is an influencing factor of CWL. Multidisciplinary collaboration of the oncology team is needed to prevent CWL, including the dentist to monitor oral complications during RT."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sukamto
"Karsinoma Sel Skuamosa adalah tumor ganas di rongga mulut, merupakan penyakit degeneratif, sebagian besar penderitanya di atas usia 40 tahun. Sedangkan insiden hanya sebagian kecil di bandingkan keganasan yang lain, menempati urutan ke sembilan dari seluruh tumor tubuh manusia, peringkat pertama diduduki tumor servik.
Penelitian ini tujuannya untuk mengetahui frekuensi dan distribusi penderita karsinoma sel skuamosa berdasarkan umur, jenis kelarnin, lokasi, dan pemeriksaan histopatologi di Bagian Bedah Mulut RSCM, RSP AD, dan RSU Tangerang yang merupakan lahan pendidikan FKG UI serta untuk mengetahui kaitan antara bentuk tumor karsinoma sel skuamosa dart diagnosis klinis dengan basil pemeriksaan histopatologi.
Penelitian ini merupakan observasi penderita karsinoma sel skuamosa secara deskriptif analitik yang berobat atau dirujuk ke Bagian Bedah Mulut RSCM, RSPAD, dan RSU Tangerang.
Dari hasil pengamatan ternyata 43 kasus penderita karsinoma sel skuamosa ternyata bahwa frekuensi terbanyak berlokasi di mukosa bukal dan lidah, wanita lebih banyak dibanding pria sedangkan umur 41 sampai 50 tahun merupakan penderita yang paling banyak ditemukan dan bentuk klinis tumor dan dibuktikan tidak berpengaruh terhadap diagnosis histopatologi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titiek Setyawati
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pola distribusi dan frekuensi kanker mulut sesuai letak, jenis kelamin, jenis kanker dan usia dari tahun 1985-1987. Diharapkan hasil yang didapat berguna untuk menambah / melengkapi data yang sudah ada. Pengambilan data dilakukan pada Rumah Sakit di 5 wilayah DKI Jakarta yang mempunyai Laboratorium Patologi Anatomi. Penentuan data berdasarkan diagnosa Histopatologi dari sediaan yang berasal dari jaringan mulut sesuai dengan klasifikasi ICD-WHO. Analisa data dilakukan dengan membuat persentasi menurut usia, jenis kelamin, letak kelainan dan jenis kanker.
Hasil Penelitian : Dari 3023 kasus yang diteliti didapatkan hasil 434 (14%) kasus kanker mulut dengan frekuensi tertinggi pada pria (54.84 %). Pada penelitian ini juga didapatkan "range" kanker mulut antara usia 6 bulan-95 tahun, dan kelompok usia 41-50 tahun mempunyai angka kejadian yang paling tinggi (20.74 %). Lokasi yang paling banyak terkena kanker adalah lidah (21.18 %). Dari 30 macam diagnosa histopatologi yang didapat, karsinoma sel skuamosa merupakan jenis kanker yang paling sering terjadi (52.07 %)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandita Riska Pratiwi
"ABSTRAK
Kanker mulut adalah kondisi yang mengancam jiwa dengan angka harapan hidup rendah. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang kanker mulut membuat prognosis penyakit ini semakin buruk. Kelompok lansia sebagai kelompok paling rentan akan penyakit ini perlu mendapat perhatian khusus. Tujuan: Mengetahui pengetahuan kanker mulut pada lansia dengan berbagai karakter sosiodemografi, perilaku, dan waktu kunjungan ke dokter gigi. Metode: Penelitian potong lintang pada 100 responden lansia di Kota Depok dengan kuesioner. Hasil: 64 responden memiliki skor pengetahuan faktor risiko kanker mulut rendah dan hanya 25 responden yang memiliki skor pengetahuan tanda awal kanker mulut baik. Terdapat perbedaan secara statistik antara pengetahuan kanker mulut dengan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, perilaku merokok, dan kunjungan ke dokter gigi.

ABSTRAK
Background Oral cancer is life threatening condition with low survival rate. Lack of oral cancer knowledge makes this disease getting worse prognosis. Elderly peoples as the most vulnerable group of this disease need special attention. Objective To determine knowledge of oral cancer among elderly people with various sociodemographic characters, behavior, and dental visit. Methods A cross sectional study was conducted on 100 elderly respondents in Depok City with a questionnaire. Results 64 respondents have knowledge score of oral cancer risk factors in low category. Meanwhile, only 25 respondents have knowledge score of oral cancer early signs in high category. There is a statistical difference between oral cancer knowledge with gender, education, occupation, smoking behavior, and dental visit P 0.05 . Conclusion The level of oral cancer knowledge among elderly people in Depok was low."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patoni
"Latar belakang: Pendamping lanjut usia (lansia) di panti sosial dalam menjalankan perannya sebaiknya memiliki Oral Health Literacy (OHL) dan pengetahuan terkait kanker mulut yang baik, sehingga dapat memberikan pelayanan terkait kesehatan gigi dan mulut yang baik bagi lansia yang didampinginya. Saat ini belum ada penelitian mengenai OHL dan pengetahuan tentang kanker mulut pada pendamping lansia yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) DKI Jakarta. Tujuan: Menganalisis faktor sosiodemografi terkait OHL dan pengetahuan tentang kanker mulut pada pendamping lansia di PSTW binaan Dinas Sosial DKI Jakarta. Metode: Penelitian ini adalah studi observasional potong lintang pada pendamping lansia di PSTW binaan Dinas Sosial DKI Jakarta menggunakan kuesioner HeLD-ID dan kuesioner pengetahuan tentang kanker mulut yang sudah digunakan pada penelitian sebelumnya. Hasil: 129 dari 196 pendamping lansia dengan rerata usia 35,12±10,97 tahun di 6 PSTW binaan Dinas Sosial DKI Jakarta bersedia mengikuti penelitian (Respon rate 65,8%). Total skor OHL responden adalah 3,08±0,65. Domain Understanding mempunyai skor tertinggi dan domain dan Communication mempunyai skor terendah. Skor OHL tidak dibedakan oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, kebiasaan merokok, minum alkohol, mengunyah tembakau dan menyirih (p>0,05). Skor OHL dibedakan oleh tingkat pendidikan dan pengalaman kunjungan ke dokter gigi (p<0,05). Tingkat pengetahuan tentang faktor risiko dan tanda awal kanker mulut pada responden penelitian masih rendah. Kesimpulan: Disimpulkan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman kunjungan ke dokter gigi membedakan skor OHL pada pendamping lansia. Tidak ada faktor yang membedakan tingkat pengetahuan tentang faktor risiko dan tanda awal kanker mulut. Namun, perlu dilakukan upaya perbaikan tingkat pengetahuan terkait kanker mulut pada kelompok populasi ini.

Background: It is important for the elderly caregivers who work in the nursing homes to have good Oral Health Literacy (OHL) and oral cancer awareness to give optimal service to related oral health to the elderly whom they are working with. Until now, study related to OHL and oral cancer awareness among elderly caregiver is lacking. Objective: To analyze sociodemographic factors related to OHL and oral cancer awareness in the elderly caregiver of nursing homes in DKI Jakarta. Methods: This is a observative cross-sectional study on the elderly caregivers of nursing homes in DKI Jakarta, using previously validated questionarre of HeLD-ID and oral cancer awareness. Results: 129 out of 196 elderly caregivers (mean age 35.12±10.97 score) participated in the study. The OHL total score was 3.08±0.65 with Understanding domain had the highest and Communication domain had the lowest score. The score of OHL was not significantly differed by age, gender, occupation, smoking habit, alcohol habit, betel and tobacco chewing (p> 0.05). The score of OHL was significantly differed by level of education and experience of dental visit (p<0.05). There were 116 (89.9%) participant who had heard about oral cancer, however the level of knowledge on oral cancer risk factors and early sign of the caregiver was still low. None of the sociodemographic factors, habits or dental visits significantly differed the level of both a aspects of oral cancer (p>0.05). Conclusion: This study showed that OHL of elderly caregiver was significantly differed by level of education and experiences of dental visits. No factors influence the level of oral cancer knowledge on risk factors and early signs. However, there is to improve the knowledge of oral cancer in this population."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sabila Madeina
"ABSTRAK
Latar Belakang: Lebih dari 50% kematian akibat kanker mulut di Asia Tenggara terjadi di Indonesia. Dokter gigi mempunyai peran penting untuk dapat menemukan kasus kanker mulut pada stadium awal sehingga dapat memperbaiki prognosis. Tujuan: Mengetahui kesadaran terkait pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai kanker mulut dokter gigi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong lintang dengan metode convenience sampling menggunakan kuesioner tentang kanker mulut yang sudah dipakai pada penelitian sebelumnya. Dokter gigi yang menghadiri seminar yang diadakan oleh PDGI NTT menjadi populasi sampling pada penelitian ini. Hasil: Penelitian ini memperlihatkan bahwa sebanyak 23 (66%) responden memiliki pengetahuan yang baik tentang faktor risiko kanker mulut. Namun, mayoritas responden (63%) belum memiliki pengetahuan yang baik terkait kemampuan diagnosis klinis kanker mulut. Sebanyak 30 (86%) responden memiliki sikap yang positif terkait kanker mulut dan hampir seluruh responden memiliki tindakan yang baik terhadap kanker mulut. Kesimpulan: Secara umum kesadaran tentang kanker mulut pada dokter gigi di NTT sudah baik. Masih diperlukan pelatihan untuk meningkatkan hal ini sehingga pemgetahuan faktor risiko diimbangi dengan kemampuan untuk melakukan pemeriksaan klinis yang baik terkait kanker mulut.

ABSTRACT
Background: There are more than 50% of death that caused by mouth cancer in South East Asia occurred in Indonesia. Dentists have an important role in finding the case of oral cancer in an early stage, so that can improve the prognosis. Objective: To determine Nusa Tenggara Timur dentists awareness that consist knowledge, attitude, practice on oral cancer. Method: This study used descriptive with Cross-sectional approach and convenience sampling with a questionnaire about oral cancer that has been used. Dentists who attended the seminar that held by PDGI NTT were being population sampling in this study. Result: This study shows that 23 (66%) respondents have a good knowledge about oral cancers risk factor, however the majority of respondents (63%) dont have a good knowledge about the ability to diagnose oral cancer. As much as 30 (86%) respondents have a positive attitude to against oral cancer and most of the respondents have a good practice to oral cancer. Conclusion: The awareness of the dentist in Nusa Tenggara Timur is sufficient. Still need training about oral cancer enhancement more so that knowledge of risk factors was balanced with the ability clinical examinations of oral cancer."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>