Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bunting, Russell W.
Philadelphia: Lea & Febiger, 1962
613 BUN o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
A`an Haryono
Abstrak :
Stroke merupakan penyakit neurologi yang dapat menyebabkan berbagai kerusakan neurologis seperti paralisis, afasia, disfagia, gangguan sensorik. Suwita (2012), mengatakan bahwa 30-50% pasien stroke sering mengalami disfagia. Tingginya kejadian disfagia, membuat penderita stroke memiliki resiko tinggi dalam aspirasi dan terjadinya infeksi pernapasan. Sehingga perawatan mulut (Oral Hygiene) sangat diperlukan bagi pasien stroke. Studi kasus ini merupakan penerapan oral hygiene menggunakan Chlorhexidine 0,2 % dalam menjaga kebersihan mulut dan mencegah infeksi. Metode yang dilakukan dalam melakukan studi ini adalah dengan melakukan pengkajian tentang tingkat kebutuhan perwatan pasien. Kemudian dilakukan dengan pengkajian tingkat kebersihan mulut pasien dengan instrument AOG (oral assessment guide ), dan pasien dilakukan perawatan mulut menggunakan sikat gigi anak dan menggunakan Chlorhexidine 0,2%. Perawatan mulut dilakukan selama 3-5 menit dua kali dalam sehari dan dievaluasi setelah 6 hari. Evaluasi dilakukan menggunakan AOG (oral assessment guide). Setelah dilakukan perawatan mulut selama 6 hari didapatkan nilai AOG menurun yang menandakan terjadi perbaikan dalam tingkat kebersihan mulut
Stroke is a neurological disease that can cause various neurological damage such as paralysis, aphasia, dysphagia, sensory disorders. Suwita (2012), said that 30-50% of stroke patients often experience dysphagia. The high incidence of dysphagia, making stroke patients have a high risk of aspiration and respiratory infections. So that oral care (Oral Hygiene) is very necessary for stroke patients. This case study is the application of oral hygiene using Chlorhexidine 0.2% in maintaining oral hygiene and preventing infection. The method used in conducting this study is to conduct an assessment of the level of patient needs. Then it was carried out by assessing the level of oral hygiene of the patients with the AOG instrument (oral assessment guide), and the patients having oral care using a childs toothbrush and using Chlorhexidine 0.2%. Oral care is carried out for 3-5 minutes twice a day and evaluated after 6 days. Evaluation is done using AOG (oral assessment guide). After 6 days of oral care, the AOG value was decreased which indicated improvement in the level of oral
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Kurniawati
Abstrak :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan bagian penting dalam proses asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit infeksi. Tujuan studi kasus ini adalah untuk memberikan gambaran pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak melalui penerapan intervensi oral hygiene menggunakan pendekatan model konservasi Levine. Pengkajian dilakukan berdasarkan konservasi Levine terhadap lima kasus terpilih yang menunjukkan gangguan pemenuhan nutrisi. Hipotesis, intervensi dan respon organismic ditujukan untuk mencapai adaptasi serta membuat klien mencapai keutuhan wholeness . Intervensi oral hygiene terbukti efektif menurunkan derajat kerusakam membrane mukosa oral dalam membantu optimalisasi pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Fulfillment of nutritional needs is an important part in the process of nursing care in children with infectious diseases. The purpose of this case study is to provide an overview of the fulfillment of nutritional needs in children through the application of oral hygiene interventions using the Levine conservation model approach. The assessment was conducted based on the Levine conservation of five selected cases demonstrating nutritional impairment. Hypotheses, interventions and organismic responses are aimed at achieving adaptation and making the client wholeness. Oral hygiene intervention has been shown to effectively lower the degree of oral mucous membrane damage in helping to optimize the fulfillment of nutritional needs.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putriani Grisnanda
Abstrak :
Latar Belakang: Diabetes mengganggu sistem kekebalan umum yang dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap patogen. Tingkat keparahan inflamasi pada pasien periodontitis disertai diabetes melitus (PD-DM) juga dipengaruhi oleh tingkat perilaku kebersihan mulut. Penelitian ini menganalisis hubungan antara kesadaran diri terhadap kondisi periodontal (KP) dengan pengetahuan tentang periodontitis (PP) dan perilaku kebersihan mulut (POH) pada pasien PD-DM. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei potong silang pada masa Pandemi Covid-19. Kuesioner tatap muka dilakukan pada kelompok PD-DM (n=29), periodontitis (n=31), dan kontrol (n=24). Reliabilitas kuesioner ditentukan dengan Cronbach. dan regresi linier berganda digunakan untuk mengkorelasikan PP dan POH dengan KP pada kelompok PD-DM, periodontitis, dan kontrol. Hasil: Uji-T parsial dan uji-F simultan pada kelompok PD-DM masing-masing p<0,05 dan p<0,001. KP atau OHB pada kelompok PD-DM berkorelasi signifikan dengan KP. Kontribusi PP (56%) lebih besar mempengaruhi KP dibandingkan POH pada kelompok PD-DM. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara PP dan POH terhadap KP pada kelompok PD-DM. ......Objectives: Diabetes compromises the general immune system that could affect the response of the periodontium to the pathogen. The severity of inflammation in periodontitis and person with diabetes (PWD) patients was also influenced by the level of oral hygiene behaviour. This study analyzes the relationship between self-awareness of periodontal condition (SAP) to the knowledge of periodontitis (KP) and oral hygiene behaviour (OHB) in diabetic patients. Materials and Methods: This study is a cross-sectional survey design during the Covid-19 Pandemic. A face-to-face questionnaire was conducted for periodontitis with the PWD group (n=29), periodontitis group (n=31), and healthy/gingivitis patients or the control group (n=24). The reliability of the questionnaire was determined with Cronbach’s . Multiple regression linear used to correlate the KP and OHB to SAP in the PWD group. Results: The result of T-test partial and F-statistic test (simultaneous significance test) in PWD group was p < 0,05 and p < 0,001 respectively. The KP or OHB in the PWD group by each or either of their significantly correlate to SAP. The KP contribution (56%) was greater to affect SAP than OHB in the PWD group. Conclusion: There was a linear relationship between KP and OHB to SAP in the PWD group.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Twelvia Caroline Andriani
Abstrak :
Latar Belakang: Menopause adalah salah satu bagian dari siklus alami kehidupan reproduktif perempuan, yang merupakan berhentinya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Saat menopause, produksi hormon esterogen dan progesteron menurun. Penurunan kedua hormon ini hingga hampir nol berlanjut sampai ke tahap askamenopause, yaitu fase lanjutan dari menopause. Penurunan hormon esterogen dan progesteron menyebabkan munculnya beberapa perubahan klinis pada rongga mulut, terutama pada gingiva yang dapat mengarah ke keradangan gingiva dan kesehatan rongga mulut. Tujuan: Untuk menganalisis status keradangan gingiva pada perempuan paskamenopause. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-section). Dilakukan wawancara mengenai lama menopause dan pemeriksaan klinis keradangan gingiva menggunakan Papillary Bleeding Index (Saxer dan Muhlemann) pada 93 orang perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi. Hasil: Rata-rata usia perempuan paskamenopause yang diteliti 61 tahun (SD ±7,2). 79 orang perempuan paskamenopause yang diteliti memiliki skor PBI baik, dan 14 orang perempuan paskamenopause memiliki skor PBI sedang. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara keradangan gingiva dengan lama menopause (p>0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara keradangan gingiva (mean 1,15, SD ±0,36), dengan tingkat akumulasi plak gigi (mean 1,91, SD ±0,6), kalkulus gigi (mean 2,12, SD ±0,67), dan tingkat kebersihan mulut (mean 2,25, SD ±0,62), dan antara lama menopause dengan tingkat kebersihan mulut. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status keradangan gingiva sangat berkaitan dengan akumulasi plak gigi, kalkulus gigi, serta tingkat kebersihan mulut perempuan paskamenopause, sehingga prosedur pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut perlu dilakukan secara berkala.
Background: Menopause, which was a part of female?s reproductive life natural cycle, confirmed when women had no menstrual period for 12 consecutive months. When menopause appeared, the production of estrogen and progesterone hormone decreased. The decreasing almost reached zero and continued until postmenopausal phase, which was a continue phase from menopause. The impact of the decreasing estrogen and progesterone hormone has made several clinical changes in oral cavity, especially in gingival, which could lead to gingival inflammation and oral health. Objective: To analyze the gingival inflammation status in postmenopausal women. Method: This study was a descriptive analytic study using the cross-sectional study method. Years since the last menopausal period were obtained from 93 postmenopausal women in Bekasi area. Clinical examination of gingival inflammation was studied using Papillary Bleeding Index (Saxer and Muhlemann). Results: The mean age of postmenopausal women was 61 years (SD ±7, 2). 79 postmenopausal women had a good PBI scores and 14 postmenopausal women had moderate PBI scores. There was no correlation between gingival inflammation and period of time since postmenopausal women had their last menstruation (p>0, 05). There were significant correlation (p<0, 05) between gingival inflammation (mean 1, 15, SD ±0, 36) and dental plaque accumulation (mean 1, 91, SD ± 0,6), with dental calculus (mean 2,12, SD ±0,67), and OHI-S (mean 2,25, SD ±0,62). There was a strong correlation (p<0, 05) between OHI-S and period of time since postmenopausal women had their last menstruation. Conclusion: Gingival inflammation strongly correlated with dental plaque accumulation, dental calculus, and OHI-S in postmenopausal women, so good oral hygiene procedures were needed periodically.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Made Widya Utami
Abstrak :
Latar Belakang: Menopause adalah suatu proses fisiologis yang biasanya terjadi pada dekade ke-5 pada kehidupan perempuan dan menyebabkan berhentinya masa menstruasi secara permanen. Paskamenopause akan datang segera setelah menopause. Sejalan dengan bertambahnya usia, proses penuaan pada perempuan paskamenopause disertai dengan proses degenerasi, antara lain kemunduran metabolisme dan penurunan produksi hormon yang akan berdampak bukan hanya pada kesehatan fisik dan psikis tetapi juga terhadap kesehatan rongga mulut. Pada saat memasuki masa paskamenopause, perempuan akan mengalami beberapa pengalaman yang berhubungan dengan rongga mulut, seperti osteoporosis, kehilangan gigi geligi, dan akumulasi plak gigi. Plak gigi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Plak gigi tidak dapat dihilangkan hanya dengan berkumur. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paskamenopause terhadap tingkat akumulasi plak gigi dan tingkat kesehatan gigi dan mulut. Metode: 93 subjek perempuan paskamenopause yang bersedia diwawancara dan mengikuti pemeriksaan klinis, ikut serta dalam penelitian cross-sectional yang dilakukan pada bulan oktober 2008. Pertanyaan yang diberikan pada saat wawancara antara lain mengenai jangka waktu semenjak menstruasi terakhir, kesehatan umum, kebersihan gigi dan mulut dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk menilai tingkat akumulasi plak gigi dengan menggunakan Indeks Plak Silness and Löe dan tingkat kebersihan gigi dan mulut dengan menggunakan OHI-S dan DMFT. Data hasil penelitian dievaluasi dengan menggunakan pengukuran statistik Chi- Square (p<0,05). Hasil: Usia rata-rata dari perempuan paskamenopause adalah 61.30 years (SD ± 7.27, antara 46-82). Terdapat perbedaan bermakna antara lama menopause dengan tingkat akumulasi plak gigi dan tingkat kebersihan gigi dan mulut. (p<0.05). Tingkat akumulasi plak gigi rata-rata adalah 1.27 (SD ± 0.55). DMFT dan OHI-S rata-rata pada perempuan paskamenopause adalah 13.10 (SD ± 7.74) and 2.71 (SD ± 1.17). Kesimpulan: Tingkat akumulasi plak gigi dan tingkat kebersihan gigi dan mulut yang sedang serta DMFT yang sangat tinggi, maka sangat diperlukan peningkatan kesadaran tentang kesehatan gigi dan mulut pada perempuan paskamenopause.
Background: Menopause is a physiological process which typically occurs in the fifth decade of life in women and involves permanent cessation of menstruation. Once the event of menopause has occurred, a woman is said to be in postmenopause. Increasing age on postmenopausal women has been associated with the degeneration process, such as deterioration of metabolism and the decreased of hormones production that can impacts not only physical and psychology health but also influences oral health. In the postmenopausal era, women appear to experience an increase in a number of oral symptoms, such as osteoporosis, loss of teeth, and dental plaque accumulations. Dental Plaque is one of influenced factors the oral health. Dental plaque cannot be removed only with gargling. Objective: This study was perfomed to evaluate the effect of postmenopause on dental plaque accumulations status and oral hygiene status. Material and Methods: A total of 93 postmenopausal women participated in a cross-sectional study on October 2008 who were willing and eligible to have an interview and clinical examinations. Questions in the interview concerned the period of time since study subjects had their last menstrual period, general health, oral hygiene and utilisation of dental health services. Clinical examinations were scored dental plaque accumulations status using Plaque Index Silness and Löe and oral hygiene status were determined with Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) and Decay, Missing, and Filled Teeth (DMFT). The chi-square test was used to evaluate the data (p<0,05). Results: The mean age of the postmenopausal women was 61.30 years (SD ± 7.27, range 46-82). Strong correlations were found between period of time since study subjects had their last menstrual period with dental plaque accumulations status and oral hygiene status (P<0.05). The average of dental plaque accumulations scores was 1.27 (SD ± 0.55). DMFT and OHI-S scores of postmenopausal women were 13.10 (SD ± 7.74) and 2.71 (SD ± 1.17). Conclusion: A moderate level of dental plaque accumulation status and oral hygiene status combined with a high level of DMFT, it seems to be a substantial need for increased awareness of oral health on postmenopausal women.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Khairani
Abstrak :
Xerostomia merupakan masalah yang sering terjadi pada penderita penyakit ginjal terminal PGT di perkotaan dan menimbulkan dampak terhadap kualitas hidup klien. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada penderita PGT dengan xerostomia menggunakan oral hygiene dengan kassa basah dingin. Hasil intervensi menunjukkan penurunan Visual Analog Scale VAS Xerostomia setelah intervensi oral hygiene dari 59 menjadi 16. Gejala yang menurun secara signifikan adalah sensasi kurangnya saliva, sensasi bibir kering, sensasi mulut kering, dan derajat haus. Intervensi ini juga memberikan kepercayaan diri pada klien untuk mengurangi asupan cairannya. Oral hygiene direkomendasikan bagi penderita PGT yang mengalami xerostomia dan dapat mendukung intervensi restriksi cairan dengan mengurangi haus. ...... Xerostomia is a common problem found in ESRD clients in urban area that affect the quality of life. This case study aimed to analyze nursing care in ESRD with xerostomia by performing oral hygiene with cold and wet gauze. The result shows oral hygiene decreased Visual Analog Scale Xerostomia from 59 to 16. This intervention significantly decreased lack of saliva sensation, dry lips sensation, dry mouth sensation, and degree of thirst. Also, it encouraged client to reduce fluid intake. Thus, oral hygiene is recommended for ESRD with xerostomia which in turn will support fluid restriction through reducing thirst.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prijantojo
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian secara "double blind" dilakukan terhadap 108 orang percobaan umur antara 10-15 tahun untuk menentukan efektifitas obat kumur yang mengandung 0,27. Chlorhexidine dan 0,17. Hexetidine terhadap radang gingiva secara klinis. Orang percobaan dibagi 3 kelompok; kelompok yang menggunakan Chlorhexidine, kelompok yang menggunakan Hexetidine dan kelompok plasebo sebagai kelompok kontrol. Masing-masing orang percobaan kumur-kumur 2 kali sehari pagi sesudah gosok gigi dan malam hari sebelum tidur dengan menggunakan 10 ml obat kumur/plasebo selama 30-60 detik setiap kali kumur. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara Chlorhexidine dengan hexetidine dalam menurunkan derajat keradangan gingiva pada hari ke 3 dan pada hari ke 7 (p < 0.05). Peningkatan kesehatan gingiva pada Chlorhexidine sebanyak 32% pada hari ke 3 dan 777. pada hari ke 7, sedang pada kelompok Hexetidine sebanyak 25% pada hari ke 3 dan 37% pada hari ke 7.
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Shahabe Abullais Saquib
Abstrak :
ABSTRAK
Plaque control is a cornerstone for periodontal maintenance, which can be accomplished via mechanical and chemical methods. Various oral hygiene aids are available to maintain the oral health status. Objective: To assess the knowledge of dental interns about the use of different oral hygiene aids in specific situations. Methods: This cross sectional, one point time, multicenter questionnaire based survey was conducted to collect data from 393 participants (16 men, mean age: 24.6 plus 5 years) who were randomly sampled from among dental interns across dental colleges in India. The questionnaires comprised 12 items. Results: Our data analysis revealed that dental interns possess adequate knowledge about the basic dental tools used for maintaining oral hygiene (60.1 until 79.7%). However, they possess less knowledge about the interdental aids pertaining to specific situations (35.8%) and the dose and frequency of use of chlorhexidine and other oral irrigation devices (32.9%). Conclusion: Although dental interns in India have basic knowledge about oral hygiene tools, there is a need for instilling greater awareness and learning about the use of oral hygiene aids in dental schools to upgrade the knowledge of students.
Jakarta: Journal of Dentistry Indonesia, 2018
J-pdf 25:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nyoman Suryanti Wulandari
Abstrak :
Perawatan ortodonti dengan menggunakan alat cekat merupakan faktor predisposisi penumpukan plak karena dapat menyebabkan pembersihan gigi menjadi lebih sulit, selain itu motivasi dan kerjasama pasien yang kurang juga merupakan faktor lain dalam menumpuknya plak sehingga Oral Hygiene menjadi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode motivasi yang paling berpengaruh terhadap skor Oral Hygiene Index yang dilihat dari skor plak dan skor gingival pada pasien ortodonti cekat. Dari ketiga metode motivasi yaitu demonstrasi, katalog dan video diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok demonstrasi dan video diikuti oleh kelompok katalog dan video. Kelompok video memiliki penurunan skor yang paling signifikan diantara ketiganya. ......Orthodontic treatment using fixed appliance is a predisposing factor for plaque build up because it can make tooth cleaning more difficult. The lack of patient motivation and compliance is also a predisposing factor in plaque build up, these may lead to bad oral hygiene during treatment. This study aims to compare which motivation methods had the most influence in oral hygiene index score, based on plaque index and gingival index. From these three motivation methods: demonstration, printed catalogue and video, there is a significant differences between the demonstration and video group followed by the printed catalogue and video group. The video group has the most significant effect on decreasing oral hygiene index score.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T30850
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>