Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anna Febriana Tri Astuti
"Dengan semakin tingginya usia harapan hidup, makin jumlah orang lanjut usia (lansia) meningkat di masa yang akan datang. Pemberian perhatian pada peran pengasuhan terhadap orang lanjut usia menjadi hal yang tak terelakkan. Perempuan dalam keluarga selama ini telah menjadi sumber utama pengasuhan lansia; namun dengan pergeseran fungsi keluarga, pergeseran peran perempuan menjadi pencari nafkah, telah menggarisbawahi pentingnya peran sektor pengasuhan formal, seperti panti werdha, dalam menduukng para caregiver dari pihak keluarga lansia. Makin tinggi kebutuhan akan tersedianya pengasuhan lansia tersebut, makin tinggi pulalah tuntutan akan tersedianya caregiver yang efektif, yaitu memiliki keterampilan dan kemampuan yang relevan, sumber daya emosional dan material yang memadai, serta motivasi untuk menyediakan pengasuhan. Tuntutan yang tinggi dari masyarakat, tidak tersedianya sumber daya secara memadai dalam institusi formal tempat bekerja, serta karakteristik lansia yang dihadapi meningkatkan resiko terhadap terjadinya burnout pada caregiver.
Burnout memiliki tiga dimensi yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi dan penurunan hasrat pencapaian prestasi diri. Burnout dapat timbul karena tiga faktor yaitu faktor keterlibatan dengan lansia, faktor seting pekerjaan dan lingkungan kerja, serta faktor karakteristik individual. Selain itu, karena caregiver yang diteliti adalah perempuan, faktor keluarga juga dimasukkan sebagai tambahan. Proses burnout yang terjadi pada caregiver juga diteliti di sini. Proses burnout dianalisa berdasarkan gabungan dari model proses transaksional menurut Chemiss (1980) dan model transaksional dari stres pekerjaan menurut Cox (1993). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan memperolah gambaran tentang burnout yang terjadi pada caregiver, meliputi penyebab terjadinya burnout, gambaran dimensi burnout dan proses terjadinya.
Diperoleh hasil bahwa perempuan yang bekerja sebagai caregiver lansi mengalami burnout, dengan tingkat keparahan dan kemunculan dimensi burnout yang berbedabeda. Kelelahan emosional dan depersonalisasi dialami oleh setiap caregiver terutama karena keterlibatan dengan lansia. Sedangkan faktor seting pekerjaan menimbulkan kelelahan emosional dan penurunan hasrat pencapaian prestasi diri. Burnout rentan terjadi pada caregiver yang cenderung memilih perilaku coping pertahanan intrapsikis yang bersifat paiiiative. Pelatihan keterampilan sosial dan pembentukan support group secara formal serta pengoptimalan fungsi penyelia dan pertemuan rutin dalam pemberian feedback dan peningkatan partisipasi caregiver menjadi saran praktis dari penelitian ini. Dari penelitian ini nampak pula pentingnya pemahaman tentang segi psikologi perkembangan orang lanjut usia memberikan pengasuhan yang efektif bagi lansia. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Puspita
"Peningkatan jumlah lanjut usia di Indonesia sering diiringi dengan peningkatan gangguan kognitif. Leptin diketahui memiliki fungsi protektif terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia, namun hingga saat ini hasil temuan peran leptin pada fungsi kognitif masih beragam, dan belum banyak dibahas di Indonesia. Selain itu peneliti melakukan analisis tambahan menggunakan Food Record dan penilaian antropometri pada subjek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar plasma leptin dengan fungsi kognitif pada lanjut usia di Jakarta. Penelitian ini merupkan penelitian analitik deskriptif potong lintang yang menggunakan purposive sampling sebagai metode pengambilan sampel. Subjek merupakan lanjut usia yang bertempat tinggal di Panti Sosial yang kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan instrumen MoCA-INA, kuesioner IADL, GPAQ, Food Record, plasma leptin, komposisi tubuh serta antropometri, yang dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil dari penelitian, karakteristik subjek berusia 60-74 tahun, dengan mayoritas jenis kelamin wanita (69,1%), dengan status gizi normal (45,5%), massa lemak berkisar antara 18,10-57,10 %, massa otot berkisar antara 20,20-57,50 kg. Mayoritas tidak merokok, tingkat pendidikan rendah (≤ 12 tahun wajib belajar), aktifitas fisik sedang dengan keseluruhan kapasitas fungsional subjek mandiri. Sebesar (96,4%) lanjut usia mengalami gangguan fungsi kognitif, kadar leptin plasma memiliki nilai terendah 1,4 ng/mL, tertinggi 119,48 ng/m dengan median 6,2 ng/mL. Pada analisis bivariat ditemukan kadar leptin, IMT (Indeks Massa Tubuh), massa lemak, pendidikan, dan IADL memiliki hubungan bermakna dengan fungsi kognitif pada lanjut usia di Jakarta. Korelasi kadar leptin plasma dengan fungsi kognitif pada lanjut usia di Jakarta memiliki korelasi positif sedang dengan nilai r 0,52 dan signifikansi 0,000.
......The increasing of elderly population often accompanied by a rise in cognitive disorders. Leptin is known to have a protective function against cognitive decline in elderly. However, current finding regarding the role of leptin in cognitive function is vary, and has not been extensively discussed in Indonesia. Food record and anthropometric assessment is conducted as an additional analyses on subject. Aim of this study is to determine the relationship between plasma leptin levels and cognitive function in the elderly in Jakarta. This is a cross sectional descriptive analytical research using purposive sampling as the sampling method. Subject are elderly residing in social welfare home, and being assessed using MOCA-INA instrument, IADL and GPAQ questionnaire, plasma leptin, body composition, anthropometric and Food Record are measured. The data is analysed through univariate, bivariate and multivariate analysis. Result of this study are subject characteristic of age ranging from 60-74 years, with female as the majority (67.5%), normal nutritional status (46.2%), body fat ranging from 18.10 to 57.10 %, muscle mass 20.20 to 57.50 kg. Majority of subject do not smoke, have a low education level (≤ 12 year of education), engage in moderate physical activity, and having independent functional capacity. A total of 96.2% of the subject experience cognitive impairment. Plasma leptin levels ranging from 1.4 to 8.5 ng/mL, with median of 5.9 ng/mL. There is a significant relationship between leptin levels, body mass index, body weight, total body fat, education and IADL with cognitive function in the elderly in Jakarta. The correlation between plasma leptin levels and cognitive function in the elderly in Jakarta, shows a moderately positive correlation with r value of 0.47 and a significance of 0.000."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venus Eleonora
"Kecemasan terhadap kematian adalah perasaan yang tidak menyenangkan, yang ditimbulkan oleh kematian dan atau proses menjelang kematian ataupun antisipasi terhadap kematian dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Menurut Lonetto & Templer (1986) setiap orang memiliki kecemasan terhadap kematian tetapi intensitasnya berbeda-beda, Demikian pula dengan orang lanjut usia yang diasumsikan sudah mendekati kematian tentunya juga memiliki kecemasan tersebut.
Erikson (dalam Miller, 1989) mengatakan bahwa orang lanjut usia mengalami dua krisis psikososial, yaitu integritas dan keputusasaan. Akan tetapi ia tidak mengatakan bahwa orang yang mencapai integritas memiliki kecemasan tersebut, sebaliknya orang yang mengalami keputusasaan memilikinya. Orang lanjut usia yang mencapai integritas merasa puas akan hidupnya sedangkan orang lanjut usia yang mengalami keputusasaan merasa kurang puas dengan hidupnya, Berdasarkan perbedaan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecemasan terhadap kematian yang dimiliki oleh orang lanjut usia dan apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari kecemasan terhadap kematian pada orang lanjut usia yang mencapai integritas dan yang mengalami keputusasaan.
Metode penarikan sampel adalah non-probability sampling, yaitu sampel diambil dengan kriteria tertentu yaitu orang lanjut usia. Teknik pengambilan sampel adalah random sampling sesuai dengan kriteria subyek penelitian. Terdapat dua alat ukur, pertama Alat Ukur Kecemasan Terhadap Kematian yang dirancang oleh Hartanto pada tahun 1995 dan dimodifikasi oleh penulis, Terdiri dari 34 item, Uji reliabilitas mendapatkan nilai alpha 0,9042. Alat kedua adalah alat ukur untuk raembedakan orang yang mencapai integritas dan yang mengalami keputusasaan, alat ini penulis susun sendiri. Terdiri dari 32 item. Uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha 0,6443.
Tipe penelitian ini adalah non-eksperimental dengan metode kuantitatif yaitu mem band ingkan dua kelompok dengan melakukan data secara statistik. Penelitian ini menggunakan t-test untuk membandingkan skor rata-rata antar dua kelompok dan anova satu arah untuk mengetahui perbedaan antar lebih dari dua kelompok. Metode pengolahan data menggunakan bantuan SPSS (Statistical Package for Social Studies).
Hasil penelitian adalah didapatnya perbedaan yang signifikan padda tingkat kecemasan pada kelompok orang lanjut usia yang mencapai integritas dan yang mengalami keputusasaan. Perbedaan tersebut signifikan pada los 0,05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover