Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Weny Savitry Sembiring Pandia
Abstrak :
Perencanaan karier adalah salah satu tugas perkembangan masa remaja. Seharusnya karier direncanakan dengan baik karena menyangkut pemenuhan tugas perkembangau di masa berikutnya, dan dengan perencanaan karier yang baik seluruh potensi dapat berkembang dengan optimal. Pada remaja perempuan banyak masalah yang ditemukan berkaitan dengan perkembangan kariernya. Ada berbagai hambatan dari lingkungan yang kurang mendorong perkembangan karier yang baik pada para perempuan dewasa, yang diduga berpengaruh terhadap perkembangan karier remaja perempuan. Meskipun demikian, faktor intemal juga memiliki pengaruh terhadap diri individu sehingga faktor ini diharapkan dapat mengatasi berbagai hambatan yang datang dari lingkungan Identitas ego adalah salah satu faktor yang diduga memiliki kaitan dengan perkembangan karier remaja. Dengan penyelesaian krisis identitas di masa remaja, diharapkan perencanaan karier dapat dilakukan dengan baik karena remaja tersebut telah mengenal dirinya dengan baik sehingga dapat menyesuaikan pilihan kariemya dan merencanakan karier sesuai dengan gambaran dirinya, dan dapat mengeksplorasi berbagai hal di lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk perkemballgan kariemya. Melalui penelitian ini penulis berupaya untuk mendapat gambaran mengenai dua aspek dalam perkembangan karier yaitu orientasi karier dan aspirasi karier, serta memproleh gambaran mengenai status identitas ego remaja perempuan. Akan ditelaah pula hubungan antara status identitas ego dengan orientasi karier dan aspirasi karier. Status identitas ego merupakan cara remaja akhir memecahkan masalah pembentukan identitas, dan terdiri dari empat status yang berbeda yaitu identity status, foredosure starus, moratorium status dan achieved status. Keempat status ini berbeda dalam hal ada tidaknya perilaku eksplorasi dan komitmen dalam berbagai aspek kehidupan yaitu pekerjaan, ideologi politik, keyakinan agama, peran jenis kelamin dan peran kelompok. Orientasi karier merupakan pilihan seseorang atas pekenjaan yang bersifat feminin, maskulin atau netral, sedangkan aspirasi kader merupakan perencanaan karier seseorang yang berupa keinginan untuk mencapai posisi pemimpin dalam bidang pekerjaan yang telah ia pilih. Sebagai landasan teoretis digunakan teori Erikson (1968), model perkembangan karier Lent, Brown dan Hackett ( l996), teon perl-cembangan karier Krumboltz dan Lent (1996) serta teori perkembangan karier Gottfredsou (1996).
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malinda Arianne
Abstrak :
Hal-hal seperti globalisasi dan perkembangan teknologi, telah mengubah bagaimana organisasi dan para pekerja melihat pengelolaan karier. Sebelumnya, tanggung jawab pengelolaan karier pekerja berada pada tangan organisasi, namun telah terjadi pergeseran dimana sekarang para pekerja lebih bertanggung jawab atas kariernya masing-masing. Orientasi karier tersebut bernama orientasi karier protean. Individu dengan orientasi karier protean akan cenderung lebih proaktif dan rela untuk berkontribusi lebih kepada organisasi. Penelitian ini ingin melihat apakah terdapat hubungan positif antara orientasi karier protean dan organizational citizenship behaviors OCB atau perilaku warga organisasi PWO. Penelitian ini menggunakan Protean Career Attitude Scale PCAS untuk mengukur orientasi karier protean berdasarkan kedua dimensinya, yaitu self-directed dan values-driven, serta menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Williams dan Anderson 1991 untuk mengukur PWO berdasarkan dimensinya PWO-I PWO-O. Partisipan dalam penelitian ini merupakan 101 karyawan yang bekerja di sektor industri/manufaktur. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan positif antara self-directed dan PWO-I r = .26, p = .004, one tail, serta PWO-O r = .23, p = .011, one tail. Hasil penelitian ini menemukan hubungan negatif antara values-driven dan PWO-O r = -.17, p = .043, one tail, tetapi tidak ditemukan hubungan dengan PWO-I.
Things like globalization and rapid technology development has changed the way organizations and workers see career management. Before, the organization was responsible for its workers career management, however there has been a shift, where now the workers themselves are more responsible for their own careers. This career orientation is called protean career orientation. Individuals with protean career orientation are more proactive and willing to contribute more to the organization. This research aims to see if there is a positive relationship between protean career orientation and organizational citizenship behaviors OCB. This research uses Protean Career Attitude Scale PCAS to measure the protean career orientation, based on its two dimensions, which is self directed and values driven, and also uses an instrument developed by Williams and Anderson 1991 to measure OCB by its dimension OCB I OCB O. The participants of this research consist of 101 workers who works in the manufacturing industry. Results from this research shows that there is a positive correlation between self directed and OCB I r .26, p .004, one tail, and also OCB O r .23, p .011, one tail. The results also found a negative relationship between values driven and OCB O r .17, p .043, one tail, but no correlation was found with OCB I.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Dwi Permata
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran moderator dari manajemen karier organisasi pada hubungan orientasi karier protean dan keterlibatan karier melalui mediasi adaptabilitas karier. Penelitian ini dilakukan terhadap 257 responden pegawai Kementerian Kesehatan melalui kuesioner secara daring. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan teknik analisis mediasi moderator menggunakan PROCESS Macro Hayes model 7. Hasil analisis menunjukkan bahwa manajemen karier organisasi menjadi moderator pada hubungan orientasi karier protean dan keterlibatan karier melalui adaptabilitas karier dengan indeks mediasi moderasi sebesar (indeks= -0.011, SEBoot = 0.004, CI 95% = -0.018 hingga -0.003). Dengan interval kepercayaan 95%, nilai CI tidak melewati angka 0 maka efek mediasi yang dimoderasi dinyatakan signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika manajemen karier organisasi rendah justru dapat menguatkan hubungan orientasi karier dan keterlibatan karier melalui mediasi adaptabilitas karier. Hasil penelitian ini mengasumsikan bahwa manajemen karier organisasi menjadi faktor yang tidak berperan penting bagi individu dalam meningkatkan peran mediasi adaptabilitas karier pada hubungan orientasi karier dan keterlibatan karier. Secara praktis, temuan ini menyarankan organisasi untuk melakukan evaluasi mengenai praktik manajemen karier yang diterapkan dengan memberikan praktik OCM yang lebih intensif dan komprehensif melalui praktik manajemen aktif dan perencanaan aktif untuk pengembangan karier individu. ......This study aims to examine the moderator role of organizational career management on the relationship between protean career orientation and career involvement through the mediation of career adaptability. This research was conducted on 257 respondents of Ministry of Health employees through online questionnaires. This research is quantitative research with moderator mediation analysis techniques using PROCESS Macro Hayes model 7. The analysis results show that organizational career management moderates the relationship between protean career orientation and career engagement through career adaptability with a moderating mediation index of (index = -0.011, SEBoot = 0.004, 95% CI = - 0.018 to -0.003). With a 95% confidence interval, the CI value does not exceed 0, the moderated mediation effect is significant. These results indicate that when organizational career management is low, it can strengthen the relationship between career orientation and career engagement through the mediation of career adaptability. The results of this study assume that organizational career management is a factor that does not play an important role for individuals in increasing the mediating role of career adaptability in the relationship between career orientation and career engagement. These findings suggest organizations to evaluate their applied career management practices by providing a more intensive and comprehensive practice of OCM through active management practices and active planning for individual career development.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Lasvita
Abstrak :
Penelitian yang dilakukan Beiz dan Fitzgerald (1987) mengemukakan bahwa proses perkembangan karier pada perempuan temyata lebih kompleks dibandingkan dengan proses yang terjadi pada laki-laki. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan mengapa proses perkembangan karier perempuan Iebih sulit adalah kurangnya kesempatan untuk perempuan, kurangnya keterampilan yang dimiliki dan adanya fokus untuk menyeimbangkan antara karier dan tanggung jawab keluarga. Untuk itu perempuan perlu mendapatkan pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuhan jenis kelaminnya. Sekolah homogen atau single-sex school adalah sekolah yang muridnya perempuan saja atau Iaki-Iaki saja. Pada sekolah model ini murid perempuan atau murid laki-Iaki tidak memperoleh kesempatan yang sama dan pendidikan yang tersedia bagi mereka disesuaikan menurut kebutuhan masing-masing jenis kelamin. Melihat adanya kecenderungan anak akan merasa lebih dekat dengan ibu dan ibu bertanggung jawab dalam mendidik dan membesarkan anak, mengakibatkan peran ibu dalam proses pemilihan karier anaknya tidak sedikit. Keadaan ibu yang bekerja dan tidak bekerja sangat berpengaruh pada pemilihan karier anak terutama remaja puteri karena remaja puteri Iebih mengidentifikasi dirinya terhadap ibu dibandingkan remaja putera. Hoffman mengatakan bahwa remaja puteri yang ibunya bekerja di luar rumah memiliki aspirasi tinggi pada karier dibandingkan dengan remaja puteri yang ibunya tidak bekerja. Selama bertahun-tahun, berbagai penelitian hanya membahas karier perempuan dari segi tradisional dan nontradisional. Bidang pekerjaan nontradisional adalah pekerjaan yang sebagian besar pekerjanya adalah Iaki-Iaki. Sedangkan bidang pekerjaan tradisional adalah pekerjaan yang sebaian besar pekerjanya adalah perempuan. Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah melihat apakah kelekatan remaja puteri terhadap ibu ada hubungannya dengan orientasi karier yang dipilih oleh remaja puteri tersebut. Jika remaja puteri dekat dengan ibu, diharapkan mereka mempunyai orientasi karier nontradisional. Hal Iain yang juga ingin diungkap adalah melihat apakah memang ada hubungan antara ibu bekerja dan tidak bekerja dengan orientasi karier remaja puteri. Remaja puteri yang ibunya bekerja diharapkan memiliki orientasi karier yang nontradisional, Instrumen untuk mengukur orientasi karier pada remaja puteri dibuat berdasarkan peta penyebaran pekerjaan (cognitive map of occupations) oleh Gottfredson. lnstrumen ini terdiri dari 47 jenis pekerjaan yang terbagi menjadi 3 golongan, yaitu maskulin, netral dan feminin. Pllihan jawaban yang disediakan adalah ya, tidak dan ragu-ragu. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur kelekatan dengan ibu dibuat berdasarkan instrumen IPPA (Inventory of Parent and Peer Attachment). Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 60 item yang terbagi menjadi 3 dimensi, yaltu kepercayaan, komunikasi dan alienasi. Skala yang digunakan adalah skala model Likert dengan rentang 1-5. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas 3 semua jurusan, yaitu IPA, IPS dan Bahasa, di SMU Talakanita 1 sebagai salah satu sekolah homogen khusus perempuan di Jakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 206 orang dan tergolong dalam masa remaja akhir (late adolescence) dengan rentang usia sekitar 16 sampai 18 tahun. Untuk melihat apakah ada hubungan antara kelekatan dengan ibu dan orientasi. karier remaja puteri digunakan metode korelasi Pearson Product-Moment. Sedangkan untuk melihat apakah hubungan ibu bekerja dan tidak bekerja dalam orientasi karier remaja puteri digunakan metode one-way ANOVA. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebar di semua jurusan kelas 3 SMU Tarakanlta 1. Uji reliabilitas dan analisis item dari instrumen kelekatan dengan ibu dan orlentasi karier menggunakan metode konsistensi intemal dengan teknik koefisien Cronbach Alpha. Koefisien Cronbach Alpha yang dihasilkan sebesar 0.9224 sehinga dapat dikatakan reliabilitas instrumen kelekatan dengan ibu sedang cenderung tinggi. Koefisien Cronbach Alpha dalam instrumen orientasi karier sebesar 0.8730 sehingga dapat dikatakan sedang cenderung tinggi. Hasil korelasi dengan Pearson Product-Moment antara orientasi karier dan kelekatan dengan ibu sebesar -0.013 dan p< sig 0.05 (dan label Q dalam Guilford & Fruchter sebesar 0.137). Sedangkan hasil perhitungan F test dalam ANOVA antara ibu bekerja dan tidak bekerja dengan orientasi karier sebesar O.926. Hasil ini leblh kecil dan level sinifikansi 0-05 ( dalam tabel F dari Gulford & Fruchter sebesar 3.8894). Dari hasil perhitungan di atas, maka hipotesis nol pertama yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara orienlasi karier dan kelekatan denga ibu pada remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan, dlterima. Sedangkan hipotesis pertama yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara orientasi karier dan kelekatan dengan ibu pada remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan, ditolak. Demikian juga dengan hipotesis nol kedua yang menyatakan tidak ada perbedaan yang slgnifikan dalam orientasi karier remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan yang ibunya bekerja dan yang tidak bekerja, diterima. Sedangkan hipotesis kedua yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan dalam orientasi karier remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan yang ibunya bekerja dan yang tidak bekerja, ditolak.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Wibowo
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh orientasi karier protean terhadap intensi untuk meninggalkan organisasi yang dimediasi oleh komitmen organisasi dan kepuasan kerja pada pegawai bertalenta di Badan XYZ. Orientasi protean diharapkan dimiliki oleh individu-individu bertalenta yang dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode Structural Equation Model (SEM) yang diolah menggunakan software SmartPLS 3.2. Sebanyak 134 responden yang lolos screening pada Badan XYZ telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi karier protean memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi untuk meninggalkan organisasi. Selain itu, komitmen organisasi dan kepuasan kerja memediasi secara sifnifikan pengaruh antara orientasi karier protean terhadap intensi untuk meninggalkan organisasi. ...... The purpose of this research is to find out the effect of protean career orientation on intention to quit mediated by organizational commitment and job satisfaction on talented employees at XYZ Agency. Protean orientation is expected to be possessed by talented individuals who can provide a competitive advantage to the organization. This research is a quantitative study using the Structural Equation Model (SEM) method which is processed using SmartPLS 3.2 software. A total of 134 respondents who passed the screening at XYZ Agency participated in this research. The results showed that protean career orientation had a significant effect on intention to quit. In addition, organizational commitment and job satisfaction mediate a significant effect between protean career orientation on the intention to quit.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Aina Al Mardhiyah
Abstrak :
Mahasiswa tingkat akhir sedang menghadapi tantangan dalam transisi dari pendidikan tinggi ke dunia kerja yang dapat memengaruhi optimisme karier mereka. Sebagai bagian dari Gen Z, partisipasi mereka dalam Extracurricular Activities (ECA) dan program magang, merupakan bagian dari pengalaman kerja sekaligus membantu mereka mengembangkan orientasi dan harapan karier yang berfokus pada nilai-nilai pribadi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi adaptabilitas karier dalam hubungan antara orientasi karier protean dan optimisme karier. Partisipan penelitian ini terdiri dari 144 mahasiswa tingkat akhir yang mengikuti ECA dan program magang. Hasil analisis menunjukkan adaptabilitas karier memediasi penuh hubungan antara orientasi karier protean dan optimisme karier. Semakin tinggi orientasi karier yang dimiliki mahasiswa, semakin tinggi adaptabilitas dan berimbas pula pada optimisme karier mereka. Penelitian ini memiliki saran agar universitas dan penyelenggara ECA serta magang lebih mendorong partisipasi mahasiswa. ......Final-year students are facing challenges in transitioning from higher education to the workforce, which can affect their career optimism. As part of Gen Z, participation in work experiences such as Extracurricular Activities (ECA) and internship programs can help them develop career orientations and expectations focused on personal values. This study aims to examine the mediating role of career adaptability in the relationship between protean career orientation and career optimism. The participants of this study consist of 144 final-year students who are engaged in ECA and internship programs. The analysis shows that career adaptability fully mediates the relationship between protean career orientation and career optimism. The higher the career orientation of the students, the higher their career adaptability and optimism. The study faced challenges in achieving the reliability standards for the career optimism measurement tool. It is recommended that universities and ECA and internship program organizers further encourage student participation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Sabrina Novel
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran efikasi diri okupasional, boundaryless mindset, dan organizational mobility preference pada kepuasan karier sebagai indikator kesuksesan karier subjektif. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat ukur skala kepuasan karier untuk mengukur kepuasan karier, alat ukur Occupational Self-Efficacy Scale untuk mengukur efikasi diri okupasional, serta alat ukur Boundaryless Career Attitude Scale untuk mengukur boundaryless mindset dan organizational mobility preference yang merupakan dua aspek orientasi karier tanpa batas. Penelitian ini dilakukan pada 229 karyawan yang bekerja dalam konteks organisasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peran signifikan dari efikasi diri okupasional = 0,182, p < 0,01 dan organizational mobility preference = -0,514, p < 0,01 pada kepuasan karier, namun boundaryless mindset tidak memiliki peran yang signifikan = 0,053, p > 0,05. Artinya, efikasi diri okupasional dapat menjelaskan skor tinggi pada kepuasan karier, sementara organizational mobility preference dapat menjelaskan skor rendah pada kepuasan karier. Pembahasan serta saran untuk penelitian selanjutnya didiskusikan.
ABSTRACT
The present research aims to examine the role of occupational self efficacy, boundaryless mindset, and organizational mobility preference towards career satisfaction. This is a quantitative study using Career Satisfaction Scale to measure career satisfaction, Occupational Self Efficacy Scale to measure occupational self efficacy, and Boundaryless Career Attitude Scale to measure boundaryless mindset and organizational mobility preference, the two aspects of boundaryless career orientation. This research was conducted on 229 working employees in the organizational context. Results indicated that occupational self efficacy 0,182, p 0,01 and organizational mobility preference 0,514, p 0,01 had significant roles on career satisfaction, while the role of boundaryless mindset was not significant 0,053, p 0,05. In other words, occupational self efficacy may have explained the high score obtained in career satisfaction, while organizational mobility preference may have explained the low score obtained in career satisfaction. Discussion and suggestion for further research are discussed.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library