Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wagner, FA
Groningen : Batavia JB Wolters , 1964
745 WAG s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tanahashi, Karnaki
Tokyo: Hozansha, 1968
745.4 TAN j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amringe, Judyth van
New York: Bulfinch Press Book, 1994
749 AMR h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gong, Ning, compiler
Beijing: China International Press, 2009
SIN 736.7051 GON c (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Eko
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T40788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Akbar
"Sudah sejak lama diketahui bahwa Jakarta dan sekitarnya banyak terdapat temuan prasejarah seperti tembikar, terakota, beliung persegi, batu serpihan, batu asahan, gelang batu, manik-manik, alat logam, cetakan logam, dan lain-lain. Temuan-temuan tersebut berasal dari penduduk yang umumnya diperoleh di sawah atau ladang mereka. Berdasarkan informasi penduduk itulah maka lokasi temuan dapat diketahui. DMS DKI Jakarta dan PUSLITARKENAS kemudian melakukan penelitian berupa survei dan ekskavasi. Namun, tidak semua lokasi temuan telah diteliti baik berupa survei maupun ekskavasi. Bahkan sebagian besar temuan hasil penelitian arkeologi tersebut, kini tidak dapat dilacak lagi keberadaannya.
Atas dasar itulah, penelitian ini berusaha memilah lokasi-lokasi temuan prasejarah di wilayah ini. Lokasi-lokasi temuan dibagi ke dalam dua kategori yaitu situs permukiman dan bukan situs permukiman. Hasil pemilahan menunjukkan hanya 7 dari 39 lokasi temuan yang dapat dikategorikan sebagai situs permukiman. Kemudian, dari 7 situs permukiman tersebut hanya 4 situs yang temuannya dapat dilacak kembali keberadaannya, yaitu situs Kelapa Dua, Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni.
Hasil analisis menunjukkan bentuk-bentuk tembikar yang ada adalah periuk, tempayan, cawan, cawan berkaki, piring, pasu, dan kendi. Teknik pembentukannya adalah teknik tangan, sambung, tatap pelandas, dan roda pemutar. Tahap penyelesaian akhir menggunakan pengupaman, pemberian slip warna merah, dan memberikan hiasan. Hiasan dihasilkan dengan teknik gores, tatap pukul, tekan, gabungan antara teknik tekan dan gores. Hiasan yang dihasilkan adalah garis sejajar, garis tak beraturan, garis silang, tumpal, jala, anyaman, duri ikan, lingkaran memusat, kerang, gabungan garis lengkung dan titik-titik. Mengenai persebarannya terlihat bahwa Kelapa Dua memiliki variasi yang paling sedikit, baik dalam hal bentuk, teknik pembuatan, teknik penyelesaian, teknik bias, dan hiasan. Pejaten dan Kampung Kramat memiliki variasi yang terbanyak. Tembikar dari Kelapa Dua berasal dari masa Bercocok Tanam atau lebih tua dari situs lainnya.
Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan yang mutlak antara tingkat porositas dan daya serap air baik terhadap tembikar tipis maupun yang tebaI. Hal tersebut tergantung dari penyelesaian akhir yang dilakukan. Kemudian, komposisi kimia tembikar dari keempat situs adalah sama, yaitu silikat, aluminium, kalsium, magnesium, dan besi dengan kadar yang relatif tidak berbeda. Bahan campurannya pun, yaitu lempung dan pasir berukuran relatif sama. Masyarakat tampaknya telah mempunyai standar tertentu dalam memilih bahan baku dan campurannya.
Sebagian besar situs yaitu Kelapa Dua, Pejaten, Kampung Kramat, Condet, Tanjung Barat, dan Serpong terletak pads satuan Kipas Gunung Api Bogor. Jenis-jenis mineral tanah di satuan ini dan jenis-jenis mineral tembikar dan situs-situs memperlihatkan cukup banyak persamaan. Sungai-sungai yang mengalir dikeenam situs menghasilkan endapan pasir atau lempung. Proses pengendapan ini membuat situs-situs itu mengandung sumber daya bahan untuk membuat tembikar. Tampaknya tembikar dari situs-situs tersebut menggunakan bahan baku yang diambil dari wilayahnya sendiri dan tembikar yang dihasilkan merupakan produksi lokal.
Bentuk atau tipe beliung persegi di wilayah ini ada 3 tipe. Bahan beliung persegi terdiri dari batuan Cheri, Metalimestane, Dacite, Horn fels, Jasper, Siltstone, dan Silisifiedwaod. Berdasarkan peta geologi, Kelapa Dua mengandung sumber bahan haku Cheri, Silisifedwaad, dan Siltstone, Sedangkan Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni tidak mengandung batuan untuk pembuatan beliung persegi. Beliung persegi yang terbuat dari Chart, Silistfiedwood, dan Siltstone kemungkinan berasal dari Kelapa Dua. Sedangkan, yang terbuat dari batuan lainnya kemungkinan berasal dari luar wilayah ini. Beliung persegi yang terdapat di Kelapa Dua, Pejaten, dan Kampung Kramat sebagian besar menunjukkan bekas-bekas pemakaian untuk keperluan praktis yakni pengerjaan kayu seperti membuat ukiran kayo. Beliung persegi dari Buni semuanya. masih utuh dan mungkin digunakan untuk alat upacara serta digunakan sebagai hekal kubur.
Artefak logam berasal dari Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni. Sedangkan, Kelapa Dua tidak mengandung artefak logam. Hasil analisis menunjukkan terdapat artefak besi dan perunggu di Pejaten serta terak logam di Kampung Kramat dan Buni. Di Pejaten dan Kampung Kramat terdapat temuan yang mengindikaslkan aktivitas pembuatan alat logam. Namun, berdasarkan keadaan geologi, wilayah ini tidak mengandung bahan baku untuk pembuatan alat logam.
Mengenai hubungan antara situs dan keadaan lingkungan alamnya terlihat bahwa iklim di wilayah ini relatif nyaman. Situs-situs umumnya terletak pada satuan morfologi yang banyak mengandung rempah-rempah gunung api dan membuat tanah menjadi subur. Sehingga, berbagai Penis flora dan fauna yang dibutuhkan manusia, dapat hidup dan berkembang dengan baik di wilayah ini.
Berdasarkan temuan dan keadaan lingkungan alamnya, situs-situs di wilayah ini terdiri atas 3 tipe. Tipe 1 yaitu Kelapa Dua dari masa Bercocok Tanam dan terdapat di bagian pedalaman Aktivitas di sites ini adalah perbengkelan beliung persegi tahap awal sampai akhir. Beliung persegi tersebut kemudian didisiribusikan ke situs lain yang berada di utara Kelapa Dua. Pejaten, Kampung Kramat, Condet, Tanjung Barat, dan Serpong tergolong Tipe 2 dari masa Barcacok Tanam dan terus berlanjut sampai Perundagian. Situs-situs itu terdapat di bagian tengah wilayah penelitian ini. Aktivitas yang terjadi di sini adalah perbengkelan beliung persegi tahap pembentukan dan penyelesaian akhir serta perbengkelan logam. Situs Tipe 3 yaitu Buni dari masa Perundagian dan terdapat di dekat pantai. Aktivitas yang terjadi di sini adalah sebagai tempat pertemuan atau interaksi antara masyarakat yang tinggal di sites ini dengan masyarakat lain dari luar situs.
Situs-situs permukiman prasejarah di wilayah ini menunjukkan suatu model bahwa pada awalnya permukiman ditempatkan pads suatu daerah yang mengandung bahan bake untuk membuat artefak. Kriteria itu hares dipenuhi, meskipun daerah yang mengandung bahan baku tersebut terietak di pedalaman_ Pada masa berilcutnya penempatan situs lebih mempertimbangkan faktor kemudahan berinteraksi dengan daerah luar. Sehingga, masyarakat pada masa itu lebih memilih daerah pantai, walaupun daerah ini miskin sumber bahan bake pembuatan artefak. Namun, suatu hal yang tidak berubah adalah perilaku masyarakat untuk tetap memilih daerah yang dekat aliran sungai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur
"
Sociocultural analysis on decoration and ornament of pottery craft from Kasongan, Yogyakarta, Indonesia."
Wonogiri: Bina Citra Pustaka, 2005
666 GUN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Galang Setiawan Fauzie
"Pada beberapa prasasti batu di Museum Nasional Jakarta dijumpai ornamen. Ornamen tersebut memiliki bentuk dan jenis yang bervariasi. Ornamen banyak ditemukan pada prasasti yang dikeluarkan oleh raja. Raja-raja tersebut antara lain raja yang memerintah pada masa Mataram Kuna. Setiap raja memiliki ciri khas ornamen yang berbeda-beda. Hal itu membawa persepsi bahwa setiap ornamen pada prasasti memiliki arti yang berbeda sesuai dengan tujuan raja pada waktu itu. Penelitian ini mencoba untuk merekonstruksi arti ornamen pada prasasti yang dikeluarkan oleh raja, selain memiliki arti yang tampak juga memiliki arti lain berdasarkan fungsi dan keletakkannya.

AbstractIn some stone inscriptions in Jakarta National Museum found ornaments. The ornament has a variety of shapes and types. Ornaments are mostly found on inscriptions issued by kings. These kings include the kings who reigned during the time of Mataram Kuna. Each king has the distinctive characteristics of different ornaments. It brings the perception that every ornament on an inscription has a different meaning according to the purpose of the king at that time. This research tries to reconstruct the meaning of ornaments on the inscriptions issued by the king, in addition to having visible meanings also have other meanings based on their function and laying."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anwar Hafidz Al Kautsar
"Masjid Jami Cikini Al Makmur merupakan masjid yang terletak di daerah Cikini Jakarta Pusat yang selesai didirikan pada tahun 1932 dengan prakarsa tokoh-tokoh muslim nasional yang ditujukan untuk menampung jumlah jamaah yang lebih banyak dan menghindarkan konflik dengan perusahaan Belanda terhadap keberadaan masjid. Masjid ini memiliki keragaman arsitektur dan ornamen yang mendapatkan pengaruh dari beberapa unsur budaya, sehingga diketahui terdapat sebuah hibriditas yang merupakan bentuk transformasi akibat adanya interaksi antar kelompok budaya. Namun, dari beberapa unsur budaya yang berinteraksi terdapat dominasi budaya sehingga muncul pertentangan sebuah kelompok yang disebut budaya resistensi. Penelitian ini membahas bagaimana bentuk hibriditas di Masjid Jami Cikini Al Makmur pada abad ke-20 berdasarkan komponen variasi bentuk arsitektural dan ornamental serta mengungkapkan budaya resistensi yang terdapat pada bangunan masjid tersebut sebagai bentuk pertentangan terhadap adanya dominasi budaya. Metode yang digunakan pada penelitian ini merujuk pada penelitian arkeologi oleh Robert H Sharer dan Wendy Ashmore (2003) meliputi: formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi, dan publikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan survei secara langsung pada bangunan Masjid Jami Cikini Al Makmur. Hasil penelitian menunjukan terdapat unsur hibriditas pada bentuk arsitektur dan ornamental yang berasal dari unsur budaya lokal yakni budaya Jawa dan Betawi serta unsur budaya asing seperti budaya Arab, Cina dan juga Eropa. Sedangkan bentuk resistensi didasarkan pada penggunaan atap tumpang limasan dan tiang saka guru yang merujuk pada unsur budaya Jawa yang digunakan sebagai perlawanan dominasi bentuk bangunan bergaya kolonial di wilayah Cikini. Dari Hal tersebut dapat diketahui bahwa interaksi budaya dapat menghasilkan sebuah percampuran budaya pada bentuk arsitektur bangunan dan ornamen yang menghiasinya, serta bentuk perlawanan terhadap dominasi budaya dapat ditunjukkan melalui berdirinya sebuah bangunan agar eksistensi jati diri dari unsur budaya dapat terlihat.

The Jami Cikini Al Makmur Mosque is a mosque located in the Cikini area, Central Jakarta, which was completed in 1932 with the initiative of national Muslim figures aimed at accommodating a larger number of worshipers and avoiding conflicts with Dutch companies over the existence of mosques. This mosque has architectural diversity and ornaments that are influenced by several cultural elements, so it is known that there is a hybridity which is a form of transformation due to interaction between cultural groups. However, from several interacting cultural elements there is cultural domination so that there is opposition to a group called resistance culture. This research discusses the form of hybridity at the Jami Cikini Al Makmur Mosque in the 20th century based on the components of architectural and ornamental form variations and reveals the culture of resistance contained in the mosque building as a form of opposition to cultural domination. The methods used in this research refer to archaeological research by Robert H Sharer and Wendy Ashmore (2003) including: formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, interpretation, and publication. Data collection was carried out by literature study and direct survey of the Jami Cikini Al Makmur Mosque building. The results showed that there were elements of hybridity in architectural and ornamental forms derived from local cultural elements, namely Javanese and Betawi cultures and foreign cultural elements such as Arabic, Chinese and European cultures. While the form of resistance is based on the use of pasan overlapping roofs and saka guru poles that refer to Javanese cultural elements that are used as resistance to the dominance of colonial-style building forms in the Cikini area. From this it, can be seen that cultural interaction can produce a mixture of cultures in the form of building architecture and ornaments that decorate it, and a form of resistance to cultural domination can be shown through the establishment of a building so that the existence of the identity of cultural elements can be seen.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutomo Putera
"Penelitian ini membahas tentang pola keletakan ragam hias yang terdapat pada mata uang koin. Objek mata uang koin yang dimaksud merupakan koleksi inventarisasi milik Museum Nasional yang berasal dari periode masa klasik, yaitu koleksi mata uang ma dan gobog. Pola keletakan ragam hias yang ada menunjukkan suatu bentuk susunan dari penggunaan ragam hias pada media mata uang koin. Sementara itu bentuk ragam hias yang ada juga menunjukkan perbedaan mengenai makna hiasan dan fungsi dari kedua jenis koin tersebut.

The research discusses about the pattern in locating ornament which is found in coin as currency. The objects of coin are inventories from National Museum which comes from classic period. Those are MA and Gobog collection. The pattern in locating ornament shows the formation of the utilizing the ornament in coin. Meanwhile, the shape of ornament also shows the differentiation between the meaning of ornament and the function for both coins."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S4
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library