Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
William Chandra
Abstrak :
Pendahuluan. Sel punca mesenkimal merupakan jawaban untuk berbagai penyakit, termasuk orthopedi. Meskipun jumlah terbatas, prosedur invasif, nyeri, dan sel yang relatif sedikit, sumsum tulang masih menjadi sumber utama. Adiposa menjadi alternatif menjanjikan dengan kemampuan sebanding. Dengan meningkatnya harapan hidup, jumlah pasien tua meningkat dan menjadi sangat potensial untuk aplikasi sel punca. Namun, timbul kontroversi mengenai kualitas sel punca pada penuaan. Metode Penelitian. Penelitian dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta sejak Oktober 2015 - Maret 2016. 12 subjek dibagi menjadi tiga kelompok usia; 15-30 tahun, 31-40 tahun, dan 41-55 tahun dan dilakukan pengambilan sumsum tulang krista iliaka posterior dan adiposa, kemudian dilakukan isolasi dan kultur sel punca mesenkimal. Peneliti melakukan analisis karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, diferensiasi osteogenik, dan pewarnaan Alizarin. Seluruh data dianalisis dengan SPSS 20. Temuan Penelitian. Karakteristik biologis dan pewarnaan Alizarin Red menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok usia sama(p>0,05). Waktu penggandaan populasi menunjukkan adanya perbedaan signifikan sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok 31-40 tahun(p=0,028) dan 41-55 tahun(p=0,035). Kesimpulan. Sel punca mesenkimal adiposa menunjukkan karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, dan diferensiasi osteogenik yang konstan. Sel punca mesenkimal sumsum tulang menunjukkan waktu penggandaan populasi yang menurun seiring usia, berbeda dengan karakteristik biologis dan diferensiasi osteogenik. Adiposa dapat menjadi pilihan sumber sel punca mesenkimal pada setiap golongan usia.
Introduction. Mesenchymal stem cell is the answer of many medicine problems, including orthopaedic. Bone marrow is still the main source. Because of limited source, invasive procedure, pain, and relative less cell, adipose will be promising source with equal regenerating and differentiating ability. Along with increasing life expectancy, geriatric population is increasing as well as the potential need for stem cell application. Yet there is still controversy about stem cell quality in aging. Methods. This study was conducted in Stem Cell Medical Technology Integrated Service Unit Cipto Mangunkusumo General Hospital-Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta, October 2015 - March 2016. 12 patients were divided into 3 age group; 15-30 year, 31-40 year, and 41-55 year. Bone marrow from posterior iliac crest and adipose tissue were collected, mesenchymal stem cell isolation and culture were done subsequently. Biological characterization, Population Doubling Time, osteogenic differentiation, and alizarin red assay were carried out. All data was analyzed using SPSS 20. Results. No significant difference was observed in biological characteristic and Alizrin red assay of bone marrow and adipose mesenchymal stem cell among age group (p>0.05). There is significant difference in Population Doubling time in 31- 40 year group(p=0.000) and 41-55 year group(p=0.000). Conclusions. Adipose mesenchymal stem cell had steady biological characteristic, Population Doubling Time, and osteosteogenic differentiation. Bone marrow mesenchymal stem cell had increasing population doubling time in increasing age, apart from biological characteristic and osteogenic differentiation. Adipose could be the source of choice in harvesting mesenchymal stem cell at any age.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Maska
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan. Sel punca mesenkimal merupakan salah satu alternatif pengobatan yang menjanjikan, termasuk dibidang orthopedi. Sumsum tulang masih menjadi pilihan utama sumber sel punca mesenkimal, namun dikarenakan jumlah sel punca mesenkimal yang sedikit, prosedur pengambilan yang invasif dan nyeri, jaringan adiposa mulai digunakan sebagai alternatif dengan kemampuan yang sebanding. Tindakan minimal invasive pada implantasi sel punca pada kasus tulang belakang membutuhkan alat bantu image intensifier C-arm yang menyebabkan sel punca teradiasi sinar X. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek pajanan sinar-x c-arm terhadap viabilitas dan potensi osteogenik sel punca mesenkimal dan membandingkan antar kelompok donor. Bahan dan Metode. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilaksanakan di UPT-TK Sel Punca RSCM januari 2016-februari 2017 . Sampel penelitian adalah sel punca mesenkimal jaringan adiposa dan sumsum tulang pasca kriopreservasi. Sel punca pasca thawing dan propagasi dilakukan pajanan sinar X C-arm dengan berbagai dosis yang dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSUPN Ciptomangunkusumo. Sel punca lalu dikultur dan dilakukan diffenrensiasi osteogenik. Peneliti melakukan analisis viabilitas, waktu penggandaan populasi dan potensi osteogenik dengan pewarnaan alizarin red. Seluruh data dianalisis dengan SPSS 20. Hasil. Tidak terdapat perbedaan viabilitas sel punca mesenkimal jaringan adiposa dan sumsum tulang pre radiasi, pasca radiasi serta pasca radiasi dan kultur pada dosis radiasi yang sama p>0,05 . Tidak terdapat perbedaan potensi osteogenik yang bermakna antara sel punca mesenkimal jaringan adiposa dan sumsum tulang p>0,05 . Terdapat penurunan waktu penggandaan populasi sel punca mesenkimal jaringan adiposa pada dosis radiasi > 5,94 mSv. Kesimpulan. Viabilitas dan potensi osteogenik sel punca mesenkimal sumsum tulang dan jaringan adiposa tidak dipengaruhi oleh paparan sinar X hingga 15,30 mSv. Sel punca mesenkimal jaringan adiposa menunjukkan waktu penggandaan populasi yang lebih pendek pada dosis yang lebih besar. Sel punca mesenkimal jaringan adiposa dan sel punca mesenkimal sumsum tulang memiliki potensi osteogenik yang sebanding
ABSTRACT
Introduction. Mesencymal stem cells MSCs is a promising alternative treatment in medicine, including in orthopedic. Bone marrow is still the main source for MSCs. Because of relative less stem cell number, limited source, pain and invasive procedure to obtain the bone marrow, adipose tissue is also considered as a valuable source of MSCs with equal potency. Minimally invasive MSC injections in spine need image intensifier C arm as guidance that potentially influence the cell viability and osteogenic potency. The aim of this study is to evaluate the radiation effects from C arm on the viability and osteogenicity among two types of MSCs. Material and Methods. This experimental study was held on Stem Cell Medical Technology Integrated Service Unit Cipto Mangunkusumo Hospital January 2016 February 2017 . Study samples were Adipose Tissue derived MSCs AT MSCs and Bone Marrow MSCs BM MSCs , which had undergone cryopreservation. After thawing and propagation process, we gave x ray radiation with a variety of doses to MSCs at the Operation Theater Cipto Mangunkusumo Hospital. After the radiation, MSCs was took back to the laboratory for culture and osteogenic differentiation. Author analyzed the viability, population doubling time, and osteogenic potential by alizarin red stain. All data were analyzed using SPSS 20. Results. There was no significant difference among MSCs groups in term of cell viability before radiation, after radiation, and after radiation and culture p 0.05 . There was also no significant difference of the osteogenic potential between the two MSCs groups p 0.05 . However, there was a reduction in population doubling time of AT MSCs radiated with more than 5.94mSv radiation dose. Conclusions. Viability and osteogenic potential of either AT MSCs or BM MSCs were not affected by x ray radiation up to 15.3 mSV. AT MSCs showed a shorter population doubling time when given larger radiation dose. AT MSCs and BM MSCs had equal osteogenic potency.
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Najmi Affifi
Abstrak :
Latar Belakang: Subjek celah bibir dan palatum membutuhkan perawatan rekonstruksi tulang berbasis rekayasa jaringan dengan menggunakan sel stromal mesenkim. Sel stromal mesenkim merupakan sel yang banyak digunakan untuk regenerasi tulang karena mempunyai kemampuan proliferasi tinggi. Sel tersebut dapat berasal dari pulpa gigi sulung (SHED) dan pulpa gigi permanen (DPSCs) yang dapat berdiferensiasi menjadi osteoblas. Pada penelitian sebelumnya telah ditemukan beberapa karakteristik DPSCs dan SHED pada subjek celah bibir dan palatum, namun kemampuan diferensiasi dari sel stromal pulpa subjek celah bibir dan palatum belum diketahui. Tujuan: Mengevaluasi kemampuan diferensiasi osteogenik dari sel stromal pulpa gigi permanen dan sulung pada subjek celah bibir dan palatum melalui ekspresi gen Collagen Type I Alpha I (COL1A1). Metode : Sampel RNA yang diperoleh dari kultur RNA DPSCs dan SHED subjek celah bibir dan palatum, dengan Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) menggunakan primers Collagen Type I Alpha I (COL1A1), serta 18S sebagai housekeeping gene. Hasil : Tidak terdapat perbedaan ekspresi relatif gen COL1A1 antara sel stromal pulpa gigi permanen dan sel stromal pulpa gigi sulung pada subjek celah bibir dan palatum. Kesimpulan : SHED memiliki kemampuan diferensiasi osteogenik yang sama dengan DPSCs karena keduanya dapat mengekspresikan gen marker osteogenik COL1A1. ......Background: Cleft lip and palate subject need bone reconstruction based tissue engineering treatment with mesenchymal stromal cells (MSC). One of the most mesenchymal stromal cells that can be used is derived from dental pulp tissues, such as primary tooth pulp or stem cells from human deciduous teeth (SHED) and dental pulp stem cells (DPSCs) which can differentiate into osteoblasts. In previous studies, several characteristics of DPSCs and SHED of the cleft lip and palate subjects have been found. However, osteogenic differentiation ability of dental pulp stromal cells from cleft lip and palate subject is unknown. Objective: To determine the osteogenic differentiation ability of DPSCs and SHED of cleft lip and palate subjects through the expression of the Collagen Type I Alpha I (COL1A1) gene. Methods: RNA samples obtained from the culture of DPSCs and SHED of lip and palate cleft subjects, with Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) using primers Collagen Type I Alpha I (COL1A1) and 18S as a housekeeping gene. Results: There was no difference in the relative expression of COL1A1 gene between DPSCs and SHED of CLP subjects. Conclusion: SHED has the same osteogenic differentiation ability as DPSCs because they can express osteogenic marker genes COL1A1.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azra Nadhira
Abstrak :
Latar Belakang: Celah bibir dan palatum merupakan salah satu kelainan bawaan yang menyebabkan defek jaringan keras sehingga dikembangkan perawatan rekonstruksi tulang berbasis teknik rekayasa jaringan sebagai alternatif perawatan. Sumber sel stromal mesenkim dapat diperoleh dari pulpa gigi sulung dan gigi permanen. Kemampuan diferensiasi osteogenik sel stromal pulpa gigi sulung dan gigi permanen sudah banyak dilaporkan. Pada pasien celah bibir dan palatum, terdapat gen-gen yang diekspresikan berbeda dan kemampuan diferensiasi osteogenik sel stromal pulpa gigi sulung dan gigi permanen pasien celah bibir dan palatum belum diketahui. Tujuan: Mengevaluasi perbandingan kemampuan diferensiasi osteogenik sel stromal pulpa gigi sulung dan gigi permanen pasien celah bibir dan palatum melalui deposisi kalsium. Metode: Sel stromal pulpa gigi sulung dan gigi permanen pasien celah bibir dan palatum dikultur menggunakan medium osteogenik selama 21 hari kemudian dilakukan pewarnaan Alizarin Red dan kuantifikasi terhadap deposisi kalsium. Hasil: Sel stromal pulpa gigi sulung dan gigi permanen yang dikultur menggunakan medium osteogenik menunjukkan adanya deposisi kalsium yang tinggi. Sel stromal pulpa gigi sulung dan gigi permanen tidak menunjukkan perbedaan nilai rerata absorbansi, intensitas pewarnaan, dan area pewarnaan yang bermakna secara statistik (p ≥ 0,05). Kesimpulan: Sel stromal pulpa gigi sulung pasien celah bibir dan palatum memiliki kemampuan diferensiasi osteogenik yang ekuivalen dengan sel stromal pulpa gigi permanen pasien celah bibir dan palatum. ......Background: Cleft lip and palate is one of the most common congenital anomalies resulting in hard tissue defects therefore tissue engineering is currently developed as an alternative treatment. The source of mesenchymal stromal cells can be obtained from human exfoliated deciduous teeth (SHED) and dental pulp (DPSCs). Osteogenic differentiation abilities of SHED and DPSCs have been widely studied. In cleft lip and palate patients, there are several differentially expressed genes and the osteogenic differentiation abilities of SHED and DPSCs in cleft lip and palate patients have not yet been known. Purpose: To compare the osteogenic differentiation abilities of SHED and DPSCs in cleft lip and palate patients by calcium deposition. Methods: SHED and DPSCs isolated from cleft lip and palate patients were cultured using osteogenic medium for 21 days then added Alizarin Red staining and the calcium deposition were quantified. Result: Both SHED and DPSCs that cultured in osteogenic medium demonstrated high calcium deposition. SHED and DPSCs did not show any statistically significant differences in the average absorbance values, staining intensity, and staining areas (p ≥ 0,05). Conclusion: SHED and DPSCs in cleft lip and palate patients have equivalent ability of osteogenic differentiation by calcium deposition.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library