Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dieta Nurrika
"Ovarian cancer is one of the largest cause of death in women. It is often refered to as the silent killer because the symtoms remain unseen to the patient. The number of ovarian cancer cases varies in each country. For example, the rate of ovarian cancer in counties such as Asia and Africa lower rather than in most industrialized countries like Europe and North America, Rate of Epithelial ovarian cancer in women ages 45-49 was 16.4 cases per 100,000 people. The risk of being diagnosed increases with age. The risk more than doubles in women 60 and over with 40 cases per 100,000, and the highest rate at 61 cases to 100,000 is in the age group of women 80-84. Currently, informaiion regarding ovarian cancer in Indonesia is limited, but Dharmais Cancer Hospital found about 30 new cases of ovarian caricer every year.
The purpose of this study is to determine the probability of serum albumin levels in the survivors of epithelial ovarian cancer at Dharmais Cancer Hospital in Jakarta in 1996-2004. Design study is retvospective cohort usirg secondary data epithelial ovarian cancer patients at Dharmais Cancer Hospital. The study uses observations of 48 patients from the time of their diagnotion until they are cured, their death or they lost to follow up.
The data were analyzed using survival analysis. The resu!ts shows that overall probability five-year survival in patients with epithelial ovarian cancer at the Dharmais Cancer Hospital Jakarta in 1996-2004 is 26.2%. the probability of patients surviving five years on the serum albumin with > 3.6 mg / dl was 36.1% whichis higher than those of patients with serum albumin <3.6 mg / di at 15.7%. After controled by stage of the cancer, the ascites and hemoglobin levels of the patients with an albumin level of < 3.6 mg / dl had a risk of death 7.979 times higher than with an a!tumin fevel > 3.6 mg / dl. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33368
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiah Tourik
"ABSTRAK
Latar belakang. Tumor ganas sel germinal ovarium jarang terjadi, hanya 5 dari keganasan ovarium. Terjadi pada remaja dan dewasa muda, dimana 65 kasus ditemukan pada stadium I. Disgerminoma merupakan jenis Histopatologi yang tersering, dengan kesintasan mencapai 100 . Pada non disgerminoma kesintasan mencapai 85 . Di Indonesia, khususnya RSCM belum ada laporan terbaru mengenai tumor ganas sel germinal ovarium.Tujuan. Mengetahui sebaran meliputi karateristik, penatalaksanaan dan kesintasan 3 tahun pasien tumor ganas sel germinal ovarium di RSCM tahun 2011 ndash; 2013.Metode. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang dengan mengambil data sekunder dari rekam medis dan mewawancarai pasien atau keluarga pasien via telepon atau kunjugan rumah.Hasil. Pada penelitian ini, dari 24 subjek penelitian, 54,2 ditemukan pada usia 20-40 tahun dan 58,3 subjek belum menikah. Sebanyak 83,3 datang dengan keluhan perut membesar. Secara histopatologi didapatkan jenis disgeminoma, tumor sel germinal campuran, sinus endodermal yolk sac dan teratoma imatur dengan proporsi masing-masing 50 , 25 , 16,7 dan 8,3 , sebagian besar kasus 50 ditemukan pada stadium I. Conservative surgical staging dan kemoterapi adjuvan tatalaksana pilihan. Terdapat 2 subjek jenis disgerminoma yang diberikan dengan kemoterapi neoadjuvan regimen Bleomycin, Etoposide, Cisplatin dan cyclophosmide-cisplatin memberikan respon yang baik. Kesintasan ge; 3 tahun pada jenis disgerminoma mencapai 83,3 , pada tumor sel germinal campuran 100 dan pada teratoma imatur mencapai 50 .Kesimpulan. Pada tumor ganas sel germinal ovarium conservative surgical staging diikuti kemoterapi lengkap merupakan pilihan terapi dengan kesintasan ge; 3 tahun mencapai > 70 .
Background.
ABSTRACT
Malignant ovarian germ cell tumor is a rare event, occurring in 5 of total ovarian malignancy. This type of malignancy affects young adult and 65 cases is detected in stage I. Dysgerminoma is the most common histopathology finding with survival rate of 100 . In non-dysgerminoma type, survival type reaches 85 . In Indonesia, especially in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, there is no recent report on malignant ovarian germ cell tumor. Methods. To determine prevalence of malignant ovarian germ cell tumor in term of characteristics, management, and 3-year survival rate in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta from 2011 to 2013. Results. We collected data from 24 subjects. As many as 54.2 subjects were between 20 to 40 year old and 58.3 was single. Around 83.3 of total subjects came with chief complaint of abdominal enlargement. Histopathology finding confirmed dysgerminoma in 50 subjects, mixed ovarian germ cell tumor in 25 , endodermal sinus tumor or yolk sac tumor in 16.7 , and immature teratoma in 8.3 . Half of the cases were found in stage I. The main therapy was conservative surgical staging and adjuvant chemotherapy. In 2 subjects with dysgerminoma, neoadjuvant chemotherapy Bleomycin, Etoposide, Cisplatin, and cyclophosmide-cisplatin regimen resulted in good response. The 3-year survival rate was 83.3 in dysgerminoma, 100 in mixed ovarian germ cell tumor, and 50 in immature teratoma. Conclusion. In malignant ovarian germ cell tumor, conservative surgical staging followed by complete course of chemotherapy is the treatment of choice with 3-year survival rate exceeding 70 . "
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Ermanto
"Insufisiensi ovarium primer (IOP) adalah sindrom klinik yang ditandai dengan hilangnya aktivitas ovarium sebelum usia 40 tahun, disertai gangguan menstruasi, peningkatan gonadotropin dan rendahnya kadar estradiol. Kondisi tersebut menyebabkan infertilitas. Diagnosis IOP ditegakkan berdasarkan hormon FSH, tetapi memerlukan 2 kali pemeriksaan dalam waktu 4-6 minggu, sehingga digunakan persentil wiweko untuk mengetahui kadar AMH sebagai prediktor cadangan ovarium. Kadar AMH rendah menunjukkan cadangan ovarium juga rendah; diduga karena ada mutasi gen AMH sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara mutasi gen dengan hormon AMH. Penelitian potong lintang ini dilakukan di Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dalam kurun waktu Juni 2021-Maret 2022. Subjek penelitian adalah pasien yang dikonsulkan ke RSCM untuk masalah gangguan menstruasi. Subjek dibagi tiga kelompok yaitu kelompok IOP, SOPK dan kontrol, kemudian dilakukan uji karyotiping dengan G-banding untuk mengetahui normalitas kromosom. Selanjutnya diperiksa urutan gen AMH dan SNP menggunakan sanger sekuensing, sedangkan kadar AMH diperiksa dengan uji ELISA. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan uji statistik yang digunakan adalah Uji Mann Whitney, chi square, exact fisher dan uji korelasi spearman. Dari total 31 subjek penelitian, 8 subjek masuk dalam kelompok IOP, 16 subjek SOPK, dan 7 subjek kontrol. Terdapat 30 mutasi dengan 2 mutasi novel pada promoter gen AMH dan 3 mutasi novel pada struktur gen AMH. Terdapat 14 SNP pada kelompok IOP dan 15 SNP pada kelompok SOPK, dengan nilai LDI > 0,8 yang berarti kemunculan satu mutasi diikuti oleh mutasi di titik lain. Mutasi struktural gen AMH, SNP P247Q, menyebabkan perubahan prolin menjadi glutamin. Mutasi itu mengubah folding pada model prediksi 3D protein AMH. Mutasi pada kelompok IOP memiliki nilai HW 0,014; artinya, mutasi tidak diwariskan ke generasi selanjutnya. Terdapat perbedaan bermakna distribusi frekuensi mutasi promoter gen AMH antara kelompok IOP dengan SOPK, pada titik mutasi 19:g.2249146T>G (p=0,007) dengan rasio prevalens RP (95%CI) = 5(1,6-14,9) terhadap SOPK, sehingga genotipe TG 5 kali lebih besar kemungkinan menjadi IOP. Disimpulkan terdapat mutasi pada promoter dan struktural gen AMH pada semua kelompok, yang menyebabkan perbedaan urutan basa; namun tidak bermakna. Model prediksi struktur 3D AMH menunjukkan perubahan folding di titik P247Q yang mengalami mutasi, sehingga mengakibatkan perubahan struktur protein. Jumlah dan jenis mutasi pada struktural gen AMH tidak berhubungan dengan kadar AMH. Jumlah mutasi di promoter gen AMH tidak memengaruhi kadar AMH pada semua kelompok.

Primary ovarian insufficiency (POI) is a clinical syndrome characterized by the loss of ovarian function before the age of 40, resulting in menstrual irregularities, elevated gonadotropin levels, and decreased estradiol levels. It leads to infertility. Diagnosis of POI requires two FSH hormone tests within a 4-6 week period. To predict ovarian reserve, AMH levels are measured using the Wiweko percentile. Low AMH levels indicate diminished ovarian reserve, possibly due to AMH gene mutations. Hence, a study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) in Jakarta from June 2021 to March 2022.
The study included three groups: POI, polycystic ovary syndrome (PCOS), and control. G-banding karyotyping determined chromosomal normality, while Sanger sequencing examined AMH gene sequence and single nucleotide polymorphisms (SNPs). ELISA was used to measure AMH levels. Statistical analysis employed SPSS version 20, including tests like Mann-Whitney, chi-square, exact Fisher, and Spearman correlation.
Out of 31 subjects, 8 had POI, 16 had PCOS, and 7 were controls. The study identified 30 mutations, including 2 novel promoter mutations and 3 novel missense mutations in the AMH gene structure. The POI group had 14 SNPs, while the PCOS group had 15, with an LDI value > 0.8 indicating multiple mutations. The SNP P247Q caused a proline to glutamine change, impacting the protein structure. The HW value of POI mutations was 0.014, suggesting no inheritance.
There was a significant difference in the distribution of AMH gene promoter mutation frequencies between the IOP and PCOS groups, at the mutation point 19:g.2249146T>G (p=0.007) with a prevalence ratio of RP (95%CI) = 5(1.6-14.9) to PCOS, so that the TG genotype is 5 times more likely to become IOP.. In conclusion, mutations occurred in both promoter and structural regions of the AMH gene but did not significantly impact AMH levels. The 3D model predicted structural changes at the P247Q mutation point. The number and type of structural mutations were unrelated to AMH levels. The number of promoter gene mutations did not affect AMH levels in any group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanaria Alkai
"Perjalanan penyakit Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) disebut sillent killer karena seringkali terdeteksi saat sudah membesar. Kista ovarium seringkali muncul sepanjang
siklus hidup perempuan. Kelainan ginekologis dianggap sebagai kondisi yang secara signifikan mempengaruhi kehidupan sehari-hari perempuan, hubungan sosial, seksualitas dan kesehatan psikologis. Penatalaksaan NOK meliputi tindakan konservatif dan suportif dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehesif. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan fokus penerapan teori adaptasi Roy dan teori ketidakpastian Mishel. Aplikasi teori adaptasi Roy dan teori ketidakpastian Mishel efektif diterapkan pada kelima kasus yang berfokus pada kemampuan klien untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan fisik maupun psikologis, serta melihat penilaian yang muncul dari kondisi penyakit dan tindakan yang dilakukan serta mampu mengeksplorasi bagaimana mekanisme koping yang digunakan serta respon adaptif yang digunakan oleh klien dengan menggunakan intervensi keperawatan yang sesuai.

Cystic Ovary Neoplasm (NOK) disease is called the sillent killer because it is detected when it is enlarged. Ovarian cysts appeaed throughout the life cycle of women. Gynecological abnormalities are considered a condition that significantly affects women's daily lives, social relations, sexuality and psychological health. NOK's
management includes conservative and supportive interventions by providing comprehensive nursing care. The method used is a case study with a focus on applying Roy's adaptation theory and Mishel's uncertainty theory. The application of Roy's adaptation theory and Mishel's uncertainty theory is effectively applied to the five cases that focus on the client's ability to adapt to various physical and psychological changes, as well as see the evaluations that arise from disease conditions and actions and are able to explore how coping mechanisms are used and adaptive responses used by clients by using appropriate nursing interventions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elsi Utami Mayor
"ABSTRAK
Laporan ini merupakan rangkuman kegiatan praktek residensi ners spesialis keperawatan maternitas selama satu tahun untuk menerapkan peran dan fungsi perawat maternitas dengan fokus penerapan teori model keperawatan konservasi Levine pada pasien dengan kanker ovarium sebelum operasi. Penerapan teori konservasi Levine ini bertujuan agar perawat dapat membantu perempuan dengan kanker ovarium melakukan konservasi menggunakan sumber daya yang dimilikinya dalam menghadapi penyakitnya, sehingga dapat beradaptasi dan mencapai keutuhan. Selain itu dilaporkan juga tentang kegiatan pencapaian kompetensi perawat spesialis maternitas sebagai pemberi asuhan, konselor, pendidik, advokat, kolaborator, peneliti dan change agent serta proyek inovasi yang dilakukan di lahan praktik. Laporan residen juga memaparkan pencapaian target kompetensi pada tiga lahan praktik dan usaha memodifikasi hanmbatan yang dihadapi selama praktik Kata kunci: kanker ovarium, konservasi, peran perawat maternitas

ABSTRACT
This report is a summary activities of maternity nursing resident in order to apply the roles and function of maternity nursing specialist which is focus on the implementing Levine rsquo s Conservation Model in nursing care of patient with pre operative ovarian cancer. Application of the theory conservation Levine can be used to patients with ovarian cancer to conserve their resources in the face of illness, so they are able to adapt and achieve the wholeness. This report describes the role of maternity nursing resident as a consultant, educator, researcher in nursing care, achievement of competencies on three clinical field and solving the problem during the process of clinical practice Keyword ovarian cancer, levine rsquo s conservation, maternity nursing "
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Oni Khonsa
"Kanker ovarium merupakan kanker ke tujuh yang paling sering ditemukan di seluruh dunia setelah kanker payudara, serviks, kolorektal, lambung, korpus uteri dan paru. Menurut data histopatologi tahun 1996, karsinoma ovarium menunjukkan urutan ketiga setelah karsinoma serviks dan karsinoma payudara.
Insiden kanker ovarium di Amerika Serikat (AS) berkisar antara 15,7 dari 100.000 wanita kelompok usia 40-44 tahun hingga 54 dalam 100.000 wanita kelompok usia 75-79 tahun. Di Australia, insiden kanker ovarium sebesar 11,8 dalam 100.000 wanita. Kanker ovarium cukup membingungkan karena inaidennya meningkat seiring dengan meningkatnya angka kematian selama beberapa dekade terakhir.
Gejala Minis yang tidal( spesifik pada stadium dini the International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), maupun keterlambatan dalam merujuk pasien rnenyebabkan banyak kasus yang datang pada stadium lanjut. Pada saat didiagnosis, lebih dari 60% kanker ovarium menunjukkan stadium lanjut dan prognosisnya buruk dengan perkiraan ketahanan hidup 5 tahun berkisar 10-20%. Di Norwegia, sekitar 480 insiden kasus baru didiagnosis setiap tahunnya, dan sekitar duapertiga pasien mengalami kekambuhan penyakit, yang terbukti berakibat fatal.
Keganasan ovarium terjadi pada semua umur. Angka morbiditas meningkat hingga mencapai usia 70 tahun, kemudian menurun kembali. Waktu kritis adalah sekitar usia 40 tahun morbiditas meningkat secara dramatis.
Terdapat beberapa tulisan mengenai faktor prognostik pada pasien dengan kanker ovarium dan banyak peneliti menekankan pentingnya faktor-faktor ini untuk perencanaan dan hasil akhir pengobatan. Penelitian-penelitian yang dilakukan biasanya berbasis populasi, maupun rumah sakit. Sebagian peneliti menggunakan sampel kanker ovarium secara keseluruhan sementara sebagian lainnya menggunakan sampel karsinoma ovarium."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ada beberapa metode untuk mendiagnosis karsinoma ovarium, diantaranya pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan tumor marker, dan gabungan beberapa pemeriksaan. Akan tetapi, gabungan pemeriksaan tersebut belum memberikan hasil spesifitas dan sensitivitas yang tinggi. Untuk itu masih diperlukan pemeriksaan lain untuk meningkatkan baik sensitivitas ataupun spesifitas, dan salah satu yang menarik untuk diteliti adalah pemeriksaan sitologi kavum uteri. Dengan pemeriksaan sitologi kavum uteri diharapkan dapat ditemukan sel-sel ganas yang berasal dari tumor ganas ovarium. Penemuan sel tumor ganas ovarium dimungkinkan karena adanya mekanisme peristaltik pada tuba fallopii dan tekanan negatif dari kavum uteri, sehingga memungkinkan terjadinya transportasi sel ganas ovarium ke dalam kavum uteri melalui tuba. Penelitian ini bertujuan mengetahui sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan sitologi kavum uteri dalam mendeteksi keganasan ovarium dibandingkan dengan pemeriksaan histologi yang umum dilakukan. Penelitian ini merupakan uji diagnostik, dengan pemeriksaan histologi sebagai baku emas, untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai praduga positif, dan nilai praduga negatif pemeriksaan sitologi kavum uteri. Sebanyak 30 kasus masuk dalam penelitian ini. Ada beberapa faktor yang meningkatkan nilai positif sitologi kavum uteri, antara lain stadium, dan asites. Semakin tinggi stadium semakin besar nilai positif, adanya asites memperbesar kemungkinan positif. Pada uji diagnostik didapatkan sensitivitas sitologi kavum uteri sebesar 48%, spesifisitas 60%, nilai praduga positif 85,7%, dan nilai praduga negatif 18,8%. Kesimpulan: pemeriksaan sitologi kavum uteri dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk membantu dalam mendiagnosis karsinoma ovarium. (Med J Indones 2004; 14: 92-6)

There are several methods for diagnosing ovarian carcinoma, such as gynecological examination, ultrasonographic examination, and tumor marker examination. However, all these combinations have not yielded high specificity and sensitivity results. For this reason, it is necessary to perform other examinations to enhance both specificity and sensitivity, and one of them which is of interest to be studied is cytological examination of uterine cavity. By cytological examination of uterine cavity, it is hoped that malignant cells originating from ovarian malignant tumor can be found. Discovery of ovarian malignant cells is possible because of peristaltic mechanism in the fallopian tube and negative pressure from uterine cavity, that makes possible the transportation of ovarian malignant cells into uterine cavity through the tube. The objective of this study is to understand the sensitivity and specificity of cytological examination of uterine cavity in detecting ovarian malignancy. This study was a diagnostic test with histological examination as the gold standard, to understand sensitivity, specificity, positive prediction value, and negative prediction value of cytological examination of uterine cavity. A total of 30 cases were included in the study. A number of factors enhanced positive results in cytology of uterine cavity. Those factors were stage and ascites. The more advanced the stage, the greater the positive results, and the presence of ascites increased positive results. On diagnostic test, sensitivity of uterine cavity cytology was 48%, specificity 60, positive predictive value 85.7%, and negative predictive value 18.8% respectively. In conclusion, cytological examination of uterine cavity could be used as one of the methods in assisting the diagnosis of ovarian carcinoma. (Med J Indones 2004; 14: 92-6)"
Medical Journal of Indonesia, 14 (2) April June 2005: 92-96, 2005
MJIN-14-2-AprJun2005-92
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahuz Zakiyah
"Kanker ovarium merupakan penyakit ginekologi terbanyak ketiga setelah kanker payudara dan kanker serviks. Kanker ovarium epitelial merupakan tipe paling banyak, dibedakan menjadi low-grade dan high-grade. Faktor kerentanan genetik yang diduga dapat meningkatkan risiko kanker ovarium adalah gen AKNA yang berperan pada respon imun, inflamasi, Epithelial-Mesenchymal Transition (EMT). Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi varian promotor gen AKNA rs10817595 dan ekspresinya tingkat mRNA dan protein pada kanker ovarium epitelial. Sebanyak 63 sampel kanker ovarium dan 65 kontrol digunakan untuk analisis distribusi genotipe dan alel AKNA menggunakan T-ARMS PCR, 35 sampel low-grade, 28 sampel high- grade dianalisis ekspresi mRNA menggunakan qRT-PCR dan dianalisis korelasinya dengan genotipe AKNA. Sebanyak 15 sampel low-grade, 12 sampel high-grade dianalisis level protein AKNA menggunakan imunohistokimia dan dianalisis korelasinya dengan level mRNA AKNA. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan frekuensi distribusi genotipe dan alel AKNA, perbedaan signifikan ekspresi mRNA AKNA dan korelasi signifikan ekspresi relatif mRNA AKNA dengan genotipe AKNA, perbedaan signifikan level protein AKNA pada kelompok low-grade, high-grade dibanding kista, tidak ditemukan korelasi signifikan ekspresi relatif mRNA AKNA dengan level protein. Disimpulkan bahwa varian promotor gen AKNA dapat menyebabkan penurunan level mRNA dan protein kelompok low-grade dan high-grade sehingga berpotensi sebagai faktor kerentanan genetik pada kanker ovarium epitelial.

Ovarian cancer is the third highest gynecological disease after breast and cervical cancer. Epithelial ovarian cancer is common type, divided into low-grade and high- grade. Genetic susceptibility factor that is thought to increase ovarian cancer risk is AKNA gene which plays a role in immune response, inflammation, Epithelial- Mesenchymal Transition (EMT). This study aims to determine the distribution of AKNA (rs10817595) variant gene promotor, its mRNA and protein level in epithelial ovarian cancer. 63 ovarian cancer and 65 controls were used for genotyping using T- ARMS PCR, 35 low-grade and 28 high-grade samples were analyzed for mRNA levels using qRT-PCR and for correlation with AKNA genotype. 15 low-grade and 12 high- grade samples were analyzed for AKNA protein levels using immunohistochemistry and for correlation with AKNA mRNA levels. The results showed that there was no significant difference in AKNA genotypes and alleles, significant differences in mRNA level and significant correlations between mRNA level with AKNA genotypes, significant differences in AKNA protein levels, and no significant correlation of mRNA with protein levels in low-grade, high-grade compared to cyst. Concluded that AKNA gene promotor variant can cause a decrease in mRNA and protein levels in the low-grade and high-grade, it has the potential as one of genetic susceptibility factor for epithelial ovarian cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Ari Madi Yanti
"Kanker Ovarium adalah pertumbuhan sel - sel yang abnormal pada satu atau dua bagian indung telur. Kanker ovarium merupakan penyakit ganas ginekologi kedua diseluruh dunia, pada tahun 2013 ditemukan 22240 pasien dimana 14.030 (15%) meninggal dunia akibat kanker ovarium tersebut. Laporan ini bertujuan memberikan gambaran tentang pelaksanaan praktik spesialis keperawatan maternitas dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, pelindung, pengelola, kolaborator, komunikator, konselor, koordinator, agen perubah dan peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker ovarium dengan menggunakan teori adaptasi Roy. Model teori keperawatan adaptasi Roy efektif dilakukan pada kedua kasus ibu dengan kanker ovarium, aplikasi teori tersebut membantu menyelesaikan masalah keperawatan di fase akut maupun di fase pemulihan. Pada klien kanker ovarium perlu adanya pengabungan teori Loss and Griving dengan adaptasi Roy untuk membantu klien mempertahankan keadaan psikologis klien dalam tahap menerima. Penulis mampu mencapai target kompetensi dalam praktik klinik keperawatan maternitas residensi dengan baik.

Ovarian cancer is the growth of abnormal cells in one or two parts of the ovary. Ovarian cancer is the second gynecological malignant disease throughout the world. In 2013 there were 22,240 patients that 14,030 (15%) died from the ovarian cancer. This report aimed to provide an overview of the implementation of maternity nursing specialist practice in carrying out its role as an educator~ a protector, a manager, a collaborator, a communicator, a counselor, a coordinator, an agent of change and a researchers in providing nursing care to the ovarian cancer clients using Roy adaptation theory. Roy adaptation nursing theory model was effectively performed in both cases of women with ovarian cancer, the application of the theory helped to solve the nursing problem in the acute phase and in the recovery phase. The combination of Loss & Grieving and Roy Adaptation Theory could help ovarian cancer clients to maintain their psychological state in the receiving phase. The author was able to achieve the target competencies in maternity nursing residency clinical practice successfully.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Risfiandi
"ABSTRAK
TUJUAN : Mengetahui insiden metastasis kanker ovarium epitelial yang dilakukan pembedahan primer pada kelenjar getah bening pelvik, paraaorta dan pelvik/paraaorta di RSCM periode Januari 2009 Desember 2015. LATAR BELAKANG : Tatalaksana mengenai limfedenektomi pada kanker ovarium masih merupakan kontroversi. Adanya kekurangan data penelitian prosfektif ataupun RCT tentang patologi antomi merupakan penyebab kontroversi tatalaksana limfedentomi. Namun sampai saat ini sejak 1998 FIGO mengatakan bahwa limfedenektomi pelvik dan paraaorta merupakaan bagian terintegrasi yang tidak dapat dipisahkan pada surgical staging kanker ovarium. Namun penelitian mengenai limfedenektomi masih terbatas, sampai saat belum menemukan adanya publikasi penelitian insiden metastasis kanker ovarium epitelial pada kelenjar getah bening di RSCM. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang, data diambil dari rekam medis, dari data kanker register didapatkan 1584 daftar rekam medik, namun didapatkan 401 pasien kanker ovarium, dan 306 yang ekslusi, didapatkan 55 data yang masuk kriteria inklusi. HASIL Dari 55 sampel yang dilakukan pembedahan primer pada kanker ovarium tipe epitel. Penyebaran kelenjar getah bening pada kanker epitel ovarium yang dilakukan pembedahan primer pada KGB paraaorta adalah 20 , pelvik 9.1 dan pelvik/paraaorta 23,6 . KESIMPULAN : 1. Insiden metastasis KGB kanker epitel ovarium pada paraaorta sebanyak 20 , pelvik 9,1 dan pada pelvik/paraaorta 23,6 di RSCM dari tahun 2009-2015.. 2. Semakin tinggi stadium, maka semakin tinggi keterlibatan KGB pelvik dan paraaorta . 3. Pada subtipe serosum lebih banyak menyebabkan keterlibatan pada KGB pelvik dan paraaorta . 4. Semakin buruk derajat differensiasinya, maka semakin tinggi keterlibatan pada KGB paraaorta . 5. Pada stadium I subtipe musinosum derajat difensiasi baik dengan keterlibatan pada KGB yang minimal sehingga dapat lebih selektif dalam mempertimbangkan risk dan benefit dari limfedenektomi

ABSTRACT
AIM To evaluate the incidence of pelvic and paraaortic lymph node metastasis of epithelial ovarian cancer underwent primary surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital from Januari 2009 to December 2015. BACKGROUND The definitive objective of lymphadenectomy in ovarian cancer is still controversial due to the lack of prospective research or randomized controlled trial. Since 1998, FIGO has stated that pelvic and paraaorta lymphadenectomy are part of ovarian cancer surgical staging. But, there is still limited research and still not published the incidence of pelvic and paraaortic lymph node metastasis of epithelial ovarian cancer underwent primary surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital. METHODS This research is cross sectional from medical records, the INASGO cancer registry. A hundred fifty four medical records were included but we found only 401 ovarian cancer, 306 data were excluded and 55 data were included. RESULTS From 55 epithelial ovarian cancer patients underwent the primary surgery, there are 20 metastasis to paraortic lymph node, 9,1 metastasis to pelvic lymph node, and 23,6 metastasis to both. CONCLUSION 1. Lymph node metastases incident of ovarian epithelial cancer in paraorta amounts 20 , pelvic 9.1 and pelvic or paraortic 23.6 2. Higher the stadium, the lymph node involvements will be higher as well pelvic and paraortic 3. In serous subtype, there is more incidents of lymph node involvements pelvic and paraaortic 4. If the differentiation type is worse, there will be higher rate of pelvic and paraaortic lymph node involvement. 5. In stadium 1 of mucinous subtype with well differentation has minimal lymph node involvement so we can be more selective in considering the risk and benefit of lymphadenectomy. The suggestion is the advanced research needs to be done prospectively by increase the number of samples for finding the metastatic factors to lymph node more accurately. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>