Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dieta Nurrika
Abstrak :
Ovarian cancer is one of the largest cause of death in women. It is often refered to as the silent killer because the symtoms remain unseen to the patient. The number of ovarian cancer cases varies in each country. For example, the rate of ovarian cancer in counties such as Asia and Africa lower rather than in most industrialized countries like Europe and North America, Rate of Epithelial ovarian cancer in women ages 45-49 was 16.4 cases per 100,000 people. The risk of being diagnosed increases with age. The risk more than doubles in women 60 and over with 40 cases per 100,000, and the highest rate at 61 cases to 100,000 is in the age group of women 80-84. Currently, informaiion regarding ovarian cancer in Indonesia is limited, but Dharmais Cancer Hospital found about 30 new cases of ovarian caricer every year. The purpose of this study is to determine the probability of serum albumin levels in the survivors of epithelial ovarian cancer at Dharmais Cancer Hospital in Jakarta in 1996-2004. Design study is retvospective cohort usirg secondary data epithelial ovarian cancer patients at Dharmais Cancer Hospital. The study uses observations of 48 patients from the time of their diagnotion until they are cured, their death or they lost to follow up. The data were analyzed using survival analysis. The resu!ts shows that overall probability five-year survival in patients with epithelial ovarian cancer at the Dharmais Cancer Hospital Jakarta in 1996-2004 is 26.2%. the probability of patients surviving five years on the serum albumin with > 3.6 mg / dl was 36.1% whichis higher than those of patients with serum albumin <3.6 mg / di at 15.7%. After controled by stage of the cancer, the ascites and hemoglobin levels of the patients with an albumin level of < 3.6 mg / dl had a risk of death 7.979 times higher than with an a!tumin fevel > 3.6 mg / dl.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33368
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elsi Utami Mayor
Abstrak :
ABSTRAK
Laporan ini merupakan rangkuman kegiatan praktek residensi ners spesialis keperawatan maternitas selama satu tahun untuk menerapkan peran dan fungsi perawat maternitas dengan fokus penerapan teori model keperawatan konservasi Levine pada pasien dengan kanker ovarium sebelum operasi. Penerapan teori konservasi Levine ini bertujuan agar perawat dapat membantu perempuan dengan kanker ovarium melakukan konservasi menggunakan sumber daya yang dimilikinya dalam menghadapi penyakitnya, sehingga dapat beradaptasi dan mencapai keutuhan. Selain itu dilaporkan juga tentang kegiatan pencapaian kompetensi perawat spesialis maternitas sebagai pemberi asuhan, konselor, pendidik, advokat, kolaborator, peneliti dan change agent serta proyek inovasi yang dilakukan di lahan praktik. Laporan residen juga memaparkan pencapaian target kompetensi pada tiga lahan praktik dan usaha memodifikasi hanmbatan yang dihadapi selama praktik Kata kunci: kanker ovarium, konservasi, peran perawat maternitas
ABSTRACT
This report is a summary activities of maternity nursing resident in order to apply the roles and function of maternity nursing specialist which is focus on the implementing Levine rsquo s Conservation Model in nursing care of patient with pre operative ovarian cancer. Application of the theory conservation Levine can be used to patients with ovarian cancer to conserve their resources in the face of illness, so they are able to adapt and achieve the wholeness. This report describes the role of maternity nursing resident as a consultant, educator, researcher in nursing care, achievement of competencies on three clinical field and solving the problem during the process of clinical practice Keyword ovarian cancer, levine rsquo s conservation, maternity nursing
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahuz Zakiyah
Abstrak :
Kanker ovarium merupakan penyakit ginekologi terbanyak ketiga setelah kanker payudara dan kanker serviks. Kanker ovarium epitelial merupakan tipe paling banyak, dibedakan menjadi low-grade dan high-grade. Faktor kerentanan genetik yang diduga dapat meningkatkan risiko kanker ovarium adalah gen AKNA yang berperan pada respon imun, inflamasi, Epithelial-Mesenchymal Transition (EMT). Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi varian promotor gen AKNA rs10817595 dan ekspresinya tingkat mRNA dan protein pada kanker ovarium epitelial. Sebanyak 63 sampel kanker ovarium dan 65 kontrol digunakan untuk analisis distribusi genotipe dan alel AKNA menggunakan T-ARMS PCR, 35 sampel low-grade, 28 sampel high- grade dianalisis ekspresi mRNA menggunakan qRT-PCR dan dianalisis korelasinya dengan genotipe AKNA. Sebanyak 15 sampel low-grade, 12 sampel high-grade dianalisis level protein AKNA menggunakan imunohistokimia dan dianalisis korelasinya dengan level mRNA AKNA. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan frekuensi distribusi genotipe dan alel AKNA, perbedaan signifikan ekspresi mRNA AKNA dan korelasi signifikan ekspresi relatif mRNA AKNA dengan genotipe AKNA, perbedaan signifikan level protein AKNA pada kelompok low-grade, high-grade dibanding kista, tidak ditemukan korelasi signifikan ekspresi relatif mRNA AKNA dengan level protein. Disimpulkan bahwa varian promotor gen AKNA dapat menyebabkan penurunan level mRNA dan protein kelompok low-grade dan high-grade sehingga berpotensi sebagai faktor kerentanan genetik pada kanker ovarium epitelial. ......Ovarian cancer is the third highest gynecological disease after breast and cervical cancer. Epithelial ovarian cancer is common type, divided into low-grade and high- grade. Genetic susceptibility factor that is thought to increase ovarian cancer risk is AKNA gene which plays a role in immune response, inflammation, Epithelial- Mesenchymal Transition (EMT). This study aims to determine the distribution of AKNA (rs10817595) variant gene promotor, its mRNA and protein level in epithelial ovarian cancer. 63 ovarian cancer and 65 controls were used for genotyping using T- ARMS PCR, 35 low-grade and 28 high-grade samples were analyzed for mRNA levels using qRT-PCR and for correlation with AKNA genotype. 15 low-grade and 12 high- grade samples were analyzed for AKNA protein levels using immunohistochemistry and for correlation with AKNA mRNA levels. The results showed that there was no significant difference in AKNA genotypes and alleles, significant differences in mRNA level and significant correlations between mRNA level with AKNA genotypes, significant differences in AKNA protein levels, and no significant correlation of mRNA with protein levels in low-grade, high-grade compared to cyst. Concluded that AKNA gene promotor variant can cause a decrease in mRNA and protein levels in the low-grade and high-grade, it has the potential as one of genetic susceptibility factor for epithelial ovarian cancer.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Risfiandi
Abstrak :
ABSTRAK
TUJUAN : Mengetahui insiden metastasis kanker ovarium epitelial yang dilakukan pembedahan primer pada kelenjar getah bening pelvik, paraaorta dan pelvik/paraaorta di RSCM periode Januari 2009 Desember 2015. LATAR BELAKANG : Tatalaksana mengenai limfedenektomi pada kanker ovarium masih merupakan kontroversi. Adanya kekurangan data penelitian prosfektif ataupun RCT tentang patologi antomi merupakan penyebab kontroversi tatalaksana limfedentomi. Namun sampai saat ini sejak 1998 FIGO mengatakan bahwa limfedenektomi pelvik dan paraaorta merupakaan bagian terintegrasi yang tidak dapat dipisahkan pada surgical staging kanker ovarium. Namun penelitian mengenai limfedenektomi masih terbatas, sampai saat belum menemukan adanya publikasi penelitian insiden metastasis kanker ovarium epitelial pada kelenjar getah bening di RSCM. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang, data diambil dari rekam medis, dari data kanker register didapatkan 1584 daftar rekam medik, namun didapatkan 401 pasien kanker ovarium, dan 306 yang ekslusi, didapatkan 55 data yang masuk kriteria inklusi. HASIL Dari 55 sampel yang dilakukan pembedahan primer pada kanker ovarium tipe epitel. Penyebaran kelenjar getah bening pada kanker epitel ovarium yang dilakukan pembedahan primer pada KGB paraaorta adalah 20 , pelvik 9.1 dan pelvik/paraaorta 23,6 . KESIMPULAN : 1. Insiden metastasis KGB kanker epitel ovarium pada paraaorta sebanyak 20 , pelvik 9,1 dan pada pelvik/paraaorta 23,6 di RSCM dari tahun 2009-2015.. 2. Semakin tinggi stadium, maka semakin tinggi keterlibatan KGB pelvik dan paraaorta . 3. Pada subtipe serosum lebih banyak menyebabkan keterlibatan pada KGB pelvik dan paraaorta . 4. Semakin buruk derajat differensiasinya, maka semakin tinggi keterlibatan pada KGB paraaorta . 5. Pada stadium I subtipe musinosum derajat difensiasi baik dengan keterlibatan pada KGB yang minimal sehingga dapat lebih selektif dalam mempertimbangkan risk dan benefit dari limfedenektomi
ABSTRACT
AIM To evaluate the incidence of pelvic and paraaortic lymph node metastasis of epithelial ovarian cancer underwent primary surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital from Januari 2009 to December 2015. BACKGROUND The definitive objective of lymphadenectomy in ovarian cancer is still controversial due to the lack of prospective research or randomized controlled trial. Since 1998, FIGO has stated that pelvic and paraaorta lymphadenectomy are part of ovarian cancer surgical staging. But, there is still limited research and still not published the incidence of pelvic and paraaortic lymph node metastasis of epithelial ovarian cancer underwent primary surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital. METHODS This research is cross sectional from medical records, the INASGO cancer registry. A hundred fifty four medical records were included but we found only 401 ovarian cancer, 306 data were excluded and 55 data were included. RESULTS From 55 epithelial ovarian cancer patients underwent the primary surgery, there are 20 metastasis to paraortic lymph node, 9,1 metastasis to pelvic lymph node, and 23,6 metastasis to both. CONCLUSION 1. Lymph node metastases incident of ovarian epithelial cancer in paraorta amounts 20 , pelvic 9.1 and pelvic or paraortic 23.6 2. Higher the stadium, the lymph node involvements will be higher as well pelvic and paraortic 3. In serous subtype, there is more incidents of lymph node involvements pelvic and paraaortic 4. If the differentiation type is worse, there will be higher rate of pelvic and paraaortic lymph node involvement. 5. In stadium 1 of mucinous subtype with well differentation has minimal lymph node involvement so we can be more selective in considering the risk and benefit of lymphadenectomy. The suggestion is the advanced research needs to be done prospectively by increase the number of samples for finding the metastatic factors to lymph node more accurately.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Nabella Prameswari
Abstrak :
Tingginya angka mortalitas kanker ovarium (OC) disebabkan oleh pertumbuhan kanker yang cepat dan asimtomatik, serta belum ada faktor penanda untuk mengetahui progresivitasnya. OC epitelial (EOC) bersifat progresif dan agresif terkait kemampuan proliferasi yang tinggi. Salah satu faktor penentu progresivitas OC adalah angiogenesis yang diatur oleh VEGF yang dapat diinduksi oleh ligasi CD40. Adanya variasi genetik CD40 dan VEGF diduga berpengaruh terhadap progresivitas EOC (low dan high grade). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis CD40 (rs1883832) dan VEGF (rs699947) yang dikaitkan dengan progresivitas EOC. Desain penelitian adalah potong lintang pada 65 EOC, 65 sehat dan 15 kontrol (jaringan kontralateral EOC). Analisis genotip menggunakan metode PCR ARMS dan analisis ekspresi mRNA menggunakan qPCR. Antara EOC dan kontrol terdapat perbedaan genotip dan alel CD40 dan VEGF, ditemukan ekspresi relatif mRNA CD40 dan VEGF pada EOC signifikan lebih tinggi, dibandingkan kelompok kontrol, ditemukan korelasi positif signifikan antara variasi genetik CD40 dan VEGF dengan ekspresi relatif mRNAnya, tidak ditemukan korelasi antara ekspresi relatif mRNA CD40 dengan VEGF. Variasi gen CD40 (rs1883832) dan VEGF (rs699947) menyebabkan ekspresi relatif mRNA yang berbeda dan signifikan pada kelompok low grade, high grade dan kontrol. Variasi kedua gen tersebut berhubungan dengan suseptibilitas individu terhadap EOC. ......The high mortality rate of ovarian cancer (OC) is caused by grows quickly and asymptomatic and there are no tumor markers to determine its progresses. Epithelial OC (EOC) is progressive and aggressive due to its high proliferative capacity. One of the determinants of OC progression is angiogenesis, which is regulated by VEGF can be induced by CD40 ligation. Genetic variation of CD40 and VEGF is suspected to influence the progression of EOC (low and high grade). The aim of this study was to analyze the CD40 (rs1883832) and VEGF (rs699947) associated with EOC progression. The study design was cross-sectional in 65 EOC, 65 healthy and 15 controls (contralateral of EOC tissue). Genotyping analysis used PCR ARMS method and mRNA expression analysis used qPCR. Between EOC and control there are differences in CD40 and VEGF genotypes and alleles, it was found that the relative mRNA expression of CD40 and VEGF in EOC was significantly higher, than the control group, a significant positive correlation between genetic variation of CD40 and VEGF with their relative mRNA expression, no correlation was found between the relative mRNA expression of CD40 and VEGF. Gene variations in the CD40 (rs1883832) and VEGF (rs699947) led to different and significant relative expression of mRNA in the low grade, high grade, and control groups. Variation of these two genes is associated with individual susceptibility to EOC.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Unedo Hence Markus
Abstrak :
Kanker ovarium merupakan kanker paling mematikan ke-8 pada perempuan di dunia. Pasien kanker ovarium umumnya akan mengalami kemoresistensi, kekambuhan dan prognosis buruk setelah operasi sitoreduktif dan kemoterapi berbasis platinum. Hal tersebut berhubungan dengan peningkatan ekspresi Cancer Stem Cells (CSCs) CD44+/CD24-, RAD6, dan penurunan DDB2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan ekspresi CSCs, RAD6 dan DDB2 dengan kemoresistensi kanker ovarium di jaringan kanker ovarium dan sirkulasi darah. Penelitian kohort ambispektif ini dilakukan di RSUP Cipto Mangunkusumo, RSUD Tarakan, RSUP Dharmais, dan RSUP Fatmawati pada Februari 2018–Februari 2022. Subjek adalah 64 orang pasien yang dibagi menjadi dua kelompok. Semua subjek menjalani operasi sitoreduktif dan pemeriksaan histopatologi. Kemoterapi diberikan sebanyak enam seri diikuti enam bulan observasi, kemudian ditentukan respons terapi dengan kriteria Response Criteria in Solid Tumors (RECIST). Uji imunohistokimia dilakukan langsung ke jaringan kanker ovarium (retrospektif) dan uji flowsitometri darah (prospektif) untuk menilai Ekspresi CSCs, RAD6 dan DDB2. Terdapat peningkatan Ekspresi CSCs, RAD6 serta penurunan bermakna ekspresi DDB2 (p < 0,05) di jaringan kanker ovarium kemoresisten, dan peningkatan bermakna Ekspresi CSCs, dan RAD6 yang bermakna (p < 0,05) di sirkulasi darah penderita kanker ovarium. Ekspresi DDB2 di uji imunohistokimia adalah protein dengan nilai AUC terbaik sedangkan di uji flowsitometri, CSCs memiliki nilai AUC terbaik. Disusun skor IHC-UNEDO (imunohistokimia) dan skor FCM- UNEDO (flowsitometri) untuk membantu memprediksi respons terapi. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan Ekspresi CSCs, RAD6 dan penurunan DDB2 di jaringan kanker ovarium, serta peningkatan Ekspresi CSCs di sirkulasi darah penderita kanker ovarium dan protein tersebut merupakan prediktor respons terapi kanker ovarium yang baik.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Kirana Mahaputra
Abstrak :
Latar Belakang: Cisplatin sebagai agen kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi pada kanker padat seperti kanker ovarium. Sejumlah studi membuktikan adanya efek samping hepatotoksik cisplatin. Hal ini dapat mengakibatkan kemoterapi tidak efektif, karena dosis cisplatin dikurangi atau bahkan dihentikan pemberiannya. Dewasa ini, obat berbasis tanaman banyak diteliti, salah satunya kurkumin. Kurkumin mempunyai efek hepatoprotektif namun bioavailabilitasnya sangat rendah. Sejumlah penelitian membuat formula nanokurkumin untuk meningkatkan bioavaibilitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian nanokurkumin pada gambaran histologis jejas liver yang diinduksi oleh cisplatin pada tikus model kanker ovarium. Metode: Penelitian ini menggunakan bahan biologis tersimpan dari penelitian sebelumnya. Terdapat 5 kelompok perlakuan; kontrol, DMBA; DMBA+Cisplatin; DMBA+Cis+kurkumin; dan DMBA+Cis+nanokurkumin. Pewarnaan Masson Trichrome dipakai untuk mengamati akumulasi kolagen sebagai penanda fibrosis. Selanjutnya dilakukan kuantifikasi jaringan kolagen /Collagen Proportionate Area (CPA), serta skoring fibrosis hati (skor ISHAK). Hasil: Induksi DMBA dan terapi cisplatin dapat mengakibatkan fibrosis hati, ditandai dengan deposisi kolagen yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Pemberian nanokurkumin menunjukkan adanya perbaikan secara histologis berupa fibrosis periportal yang ringan dan skor fibrosis yang lebih rendah secara signifikan (p<0.05) dibanding kelompok lainnya. Pemberian nanokurkumin juga menunjukkan persentase akumulasi kolagen (CPA) yang rendah, namun tidak signifikan (p>0.05) secara statistik. Kesimpulan: Pemberian nanokurkumin pada model kanker ovarium yang diterapi dengan cisplatin pada tikus menunjukkan efek hepatoprotektor dengan memperbaiki skor fibrosis dan mengurangi akumulasi kolagen pada jaringan liver. Diperlukan penelitian lebih lanjut yang membandingkan beragam dosis dan formulasi untuk mengetahui efikasi nanokurkumin yang paling baik sebagai hepatoprotektor pada model kanker ovarium yang diterapi dengan cisplatin. ......Background: Cisplatin as a chemotherapy is one of the main modalities of therapy in patients with solid tumours like ovarian cancer. Studies have proven the hepatotoxicity of cisplatin, which causes dose reduction and even termination. Nowadays, herbal based drug is intensively studied, one of them is curcumin. Curcumin is known to have a hepatoprotective effect, albeit with very low bioavailability. To solve this, many research have formulated nanocurcumin to increase its bioavailability. This research aims to find out the effect of nanocurcumin in liver fibrosis induced by cisplatin in ovarian cancer of rat’s model. Method: Our study uses stored biological materials from previous study. The groups are; Control; DMBA; DMBA+Cisplatin; DMBA+Cisplatin+Curcumin; DMBA+Cisplatin+Nanocurcumin. Liver fibrosis is observed with Masson Trichrome stain to view collagen accumulation as fibrosis marker. Afterwards, quantification of collagen fibers (CPA) and liver fibrosis grading (ISHAK) is done. Results: Induction of DMBA with cisplatin treatment causes liver fibrosis, indicated by higher collagen deposition compared to the normal group. Administration of nanocurcumin shows improvement in histological structure such as milder periportal fibrosis and significantly lower liver fibrosis grade (p<0.05) compared to other groups. Administration of nanocurcumin also results in lower collagen percentage (CPA), however it is statistically insignificant (p>0.05). Conclusion: Administration of nanocurcumin in rat ovarian cancer model treated with cisplatin shows hepatoprotective effect by reducing both fibrosis grade and collagen accumulation in the liver. Further study is required with varying dose and formulations to know the nanocurcumin’s best efficacy as hepatoprotector in ovarian cancer model treated with cisplatin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Ari Madi Yanti
Abstrak :
Kanker Ovarium adalah pertumbuhan sel - sel yang abnormal pada satu atau dua bagian indung telur. Kanker ovarium merupakan penyakit ganas ginekologi kedua diseluruh dunia, pada tahun 2013 ditemukan 22240 pasien dimana 14.030 (15%) meninggal dunia akibat kanker ovarium tersebut. Laporan ini bertujuan memberikan gambaran tentang pelaksanaan praktik spesialis keperawatan maternitas dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, pelindung, pengelola, kolaborator, komunikator, konselor, koordinator, agen perubah dan peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker ovarium dengan menggunakan teori adaptasi Roy. Model teori keperawatan adaptasi Roy efektif dilakukan pada kedua kasus ibu dengan kanker ovarium, aplikasi teori tersebut membantu menyelesaikan masalah keperawatan di fase akut maupun di fase pemulihan. Pada klien kanker ovarium perlu adanya pengabungan teori Loss and Griving dengan adaptasi Roy untuk membantu klien mempertahankan keadaan psikologis klien dalam tahap menerima. Penulis mampu mencapai target kompetensi dalam praktik klinik keperawatan maternitas residensi dengan baik. ...... Ovarian cancer is the growth of abnormal cells in one or two parts of the ovary. Ovarian cancer is the second gynecological malignant disease throughout the world. In 2013 there were 22,240 patients that 14,030 (15%) died from the ovarian cancer. This report aimed to provide an overview of the implementation of maternity nursing specialist practice in carrying out its role as an educator~ a protector, a manager, a collaborator, a communicator, a counselor, a coordinator, an agent of change and a researchers in providing nursing care to the ovarian cancer clients using Roy adaptation theory. Roy adaptation nursing theory model was effectively performed in both cases of women with ovarian cancer, the application of the theory helped to solve the nursing problem in the acute phase and in the recovery phase. The combination of Loss & Grieving and Roy Adaptation Theory could help ovarian cancer clients to maintain their psychological state in the receiving phase. The author was able to achieve the target competencies in maternity nursing residency clinical practice successfully.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kotambunan, Charity
Abstrak :
Tujuan: Membahas perhitungan Tingkat Utilisasi Radioterapi optimal (TURo), aktual (TURa) serta kebutuhan tidak terpenuhi (kesenjangan) antar keduanya untuk kanker serviks dan ovarium di Indonesia. Metodologi: Studi deskriptif desain potong lintang, metode total sampling dengan mengambil data sekunder dari registrasi kanker dan/atau rekam medis internal RS partisipan yang memiliki pusat radioterapi di Indonesia tahun 2019. Hasil: Dari 33 RS partisipan total data kanker serviks dan ovarium adalah 4937 dan 1583. Rata-rata pasien berusia 48-52 tahun (7-91 tahun). Domisili pasien sebagian besar dari Pulau Jawa. Stadium III adalah yang terbanyak untuk kedua kanker serviks (39,4%) dan ovarium (20,8%). Tatalaksana kanker serviks didominasi oleh radioterapi saja dan radioterapi-kemoterapi (28,5% dan 27,4%), sementara kanker ovarium terbanyak adalah kemoterapi-pembedahan (43,8%). Nilai TURo, TURa, dan kebutuhan tidak terpenuhi untuk kanker serviks yaitu 97,2% (90,9-97,4%), 61,24%, dan 36,7% (32,62-37,13%) dan untuk kanker ovarium 1,89% (1,39-4,60%), 4,83%, dan -155,56% (-247,48%-(-5)%). Kesimpulan: TUR masih memiliki kesenjangan yang cukup besar antara aktual dan optimal pada kanker serviks. Sebaliknya, kanker ovarium terkesan adanya utilisasi berlebihan namun kesenjangan terlihat pada eskalasi cakupan yang lebih luas. Diperlukan usaha peningkatan aktualisasi TUR mendekati nilai optimalnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi TUR harus dieksplorasi secara universal meliputi segi pasien, klinisi dan sistem kesehatan. ......Purpose: To discuss the calculation of the optimal and actual Radiotherapy Utilization Rate (RURo and RURa) and unmet need (gap) between the two RUR for cervical and ovarian cancer in Indonesia. Methodology: This is a descriptive cross-sectional study with total sampling by taking secondary data from cancer registry and/or medical records of participating hospitals with radiotherapy centers in Indonesia in 2019. Results: Out of the 33 participating hospitals, the total data on cervical and ovarian cancer were 4937 and 1583. The mean age was 48-52 years old (7-91). Most of the patients were from Java Island. Stage III was the most common for both cancers, 39.4% and 20.8%. The management of cervical cancer was dominated by radiotherapy alone and radiotherapy-chemotherapy (28.5% and 27.4%), while ovarian cancer most were chemotherapy-surgery (43.8%). RURo, RURa, and unmet needs for cervical cancer were 97.2% (90.9-97.4%), 61.24% and 36.7% (32.62-37.13%) and for ovarian cancer were 1.89% (1.39-4.60%), 4.83%, and -155.56% (-247.48%-(-5)%). Conclusion: RUR for cervical cancer still has a sizeable gap between actual and optimal. On the other hand, ovarian cancer gives the impression of overutilization but the gap was seen when escalating wider coverage. Efforts are needed to increase actualization rate close to its optimal value. The factors that affect RUR should be explored universally including the patient, clinician and health system aspects.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Oni Khonsa
Abstrak :
Kanker ovarium merupakan kanker ke tujuh yang paling sering ditemukan di seluruh dunia setelah kanker payudara, serviks, kolorektal, lambung, korpus uteri dan paru. Menurut data histopatologi tahun 1996, karsinoma ovarium menunjukkan urutan ketiga setelah karsinoma serviks dan karsinoma payudara. Insiden kanker ovarium di Amerika Serikat (AS) berkisar antara 15,7 dari 100.000 wanita kelompok usia 40-44 tahun hingga 54 dalam 100.000 wanita kelompok usia 75-79 tahun. Di Australia, insiden kanker ovarium sebesar 11,8 dalam 100.000 wanita. Kanker ovarium cukup membingungkan karena inaidennya meningkat seiring dengan meningkatnya angka kematian selama beberapa dekade terakhir. Gejala Minis yang tidal( spesifik pada stadium dini the International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), maupun keterlambatan dalam merujuk pasien rnenyebabkan banyak kasus yang datang pada stadium lanjut. Pada saat didiagnosis, lebih dari 60% kanker ovarium menunjukkan stadium lanjut dan prognosisnya buruk dengan perkiraan ketahanan hidup 5 tahun berkisar 10-20%. Di Norwegia, sekitar 480 insiden kasus baru didiagnosis setiap tahunnya, dan sekitar duapertiga pasien mengalami kekambuhan penyakit, yang terbukti berakibat fatal. Keganasan ovarium terjadi pada semua umur. Angka morbiditas meningkat hingga mencapai usia 70 tahun, kemudian menurun kembali. Waktu kritis adalah sekitar usia 40 tahun morbiditas meningkat secara dramatis. Terdapat beberapa tulisan mengenai faktor prognostik pada pasien dengan kanker ovarium dan banyak peneliti menekankan pentingnya faktor-faktor ini untuk perencanaan dan hasil akhir pengobatan. Penelitian-penelitian yang dilakukan biasanya berbasis populasi, maupun rumah sakit. Sebagian peneliti menggunakan sampel kanker ovarium secara keseluruhan sementara sebagian lainnya menggunakan sampel karsinoma ovarium.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>