Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reby Kusumajaya
"Latar belakang. Penyakit jantung bawaan PJB merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi pada anak dibandingkan dengan kelainan kongenital lainnya. Upaya memperbaiki struktur anatomi PJB mengharuskan dilakukannya bedah jantung korektif. Di balik perkembangan pintas jantung paru dan tata laksana pasca-bedah, sindrom curah jantung rendah low cardiac output syndrome, LCOS masih menjadi komplikasi mayor, sehingga diperlukan parameter untuk membantu diagnosis LCOS secara dini. Kadar laktat, gap pCO2 dan SvO2 dilaporkan berkorelasi terhadap penurunan curah jantung, morbiditas dan mortalitas pasca-bedah jantung.
Tujuan. Mengetahui peran kadar laktat, gap pCO2 arteri-vena dan SvO2 dalam deteksi dini sindrom curah jantung rendah pasca-bedah jantung terbuka pada anak.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif dilaksanakan dari 1 Agustus hingga 30 Oktober 2017 di ICU Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Subyek adalah pasien anak yang menjalani bedah jantung terbuka. Pasca-bedah saat perawatan di ICU pasien dimonitor waktu terjadinya tanda-tanda klinis sindrom curah jantung rendah, serta dilakukan pemeriksaan kadar laktat, gap pCO2 dan SvO2 pada 15 menit, 4 jam dan 8 jam pasca-bedah. Analisis perbedaaan dilakukan menggunakan uji indepent T-test dan alternatifnya Mann-Whitney dengan nilai kemaknaan P

Background. Congenital heart disease CHD is the most common congenital disorder in children compared with other congenital abnormalities. To fix CHD requires corrective cardiac surgery. Behind the development of cardiopulmonary bypass surgery and post surgical intensive care, low cardiac output syndrome LCOS still become a major complication that require parameter to diagnose LCOS early lactate level, pCO2 gap and SvO2 were reported have correlation with decreasing of cardiac output, morbidity and post cardiac surgery mortality.
Objective. To find out the role of lactate levels, pCO2 gap arterial vein and SvO2 in early detection of low cardiac output syndrome in post open heart surgery in children.
Method. This study used a prospective cohort design. From 1 August until 30 October 2017 in ICU of Integrated Cardiac Centre Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Subjects were pediatric patients who underwent cardiac surgery. Post surgery procedure the patient's was monitored in ICU for clinical signs of low cardiac output syndrome and examined for lactate levels, gap pCO2 and SvO2 at 15 minutes, 4 hours and 8 hours. The difference analysis was performed using indepent T test and Mann Whitney as alternative with significance value P
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Nugroho Putri
"Asfiksia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatus. Deteksi dini asfiksia penting untuk mencegah keluaran buruk jangka pendek. Analisis gas darah tali pusat merupakan metode objektif untuk menilai hipoksia-asidosis janin yang merupakan dasar patologi asfiksia. Penelitian ini terdiri atas dua tahap. Tahap pertama merupakan penelitian comparative cross-sectional untuk menilai hubungan pO2 vena, pCO2 arteri, ΔpO2 vena-arteri, ΔpCO2 arteri-vena tali pusat, dan fractional tissue oxygen extraction dengan keluaran sekunder, yaitu dengan skor Apgar <7 pada menit ke-5. Tahap kedua menggunakan desain nested case-control untuk menilai keluaran primer, yaitu keluaran buruk jangka pendek, meliputi perdarahan intraventrikular, ensefalopati hipoksik-iskemik, perawatan neonatal intensive care unit, serta kematian neonatal dini. Total subjek adalah 47 subjek. Tahap pertama penelitian hanya mendapatkan empat kasus sehingga tidak dapat dinilai hubungan dengan skor Apgar rendah menit ke-5. Tahap kedua penelitian mendapatkan 10 kasus dan 37 kontrol. Delta pO2 vena-arteri tali pusat lebih rendah bermakna (p=0,041), sedangkan fractional tissue oxygen extraction lebih rendah namun tidak bermakna (p=0,059) pada neonatus yang mengalami keluaran buruk jangka pendek dibanding tanpa keluaran buruk. Ketiga parameter lain tidak berhubungan dengan keluaran buruk jangka pendek. Titik potong optimal untuk memprediksi keluaran buruk jangka pendek neonatus adalah ≤3,35 mmHg (Sn=83,8%; Sp=60,0%) untuk ΔpO2 vena-arteri tali pusat dan ≤16,2% (Sn=81,1%; Sp=60,0%) untuk FTOE. Delta pO2 vena-arteri tali pusat (OR=7,75 (p=0,010; IK95% 1,66 – 36,01) maupun FTOE (OR=6,43; p=0,017; IK95% 1,42 – 29,08) prediktif terhadap keluaran buruk jangka pendek neonatus. Model prediksi dibuat menggunakan parameter FTOE.

Asphyxia remains one of the most common cause of morbidity and mortality in neonates. Early detection is crucial to prevent asphyxia-related short-term adverse outcomes. Umbilical cord blood gas analysis provides objective measurement of fetal hypoxia and acidosis which define asphyxia. This study aimed to evaluate association of umbilical cord venous pO2, arterial pCO2, arterio-venous ΔpCO2, veno-arterial ΔpO2, and fetal fractional tissue oxygen extraction (FTOE) ratio with neonatal short-term adverse events, including intracranial hemorrhage, hypoxic-ischemic encephalopaty, admission to neonatal intensive care unit, and early neonatal death, as primary outcomes, and low 5-minute Apgar score as secondary outcomes. We used nested case-control design to evaluate primary outcomes and comparative cross-sectional design for the latter. A total of 47 subjects were recruited. Low 5-minute Apgar scores were found in four subjects, which did not fulfill the minimum sample size requirement for analysis. Short-term adverse outcomes were found in 10 cases. Delta pO2 was significantly lower (p=0,041), while FTOE was lower albeit not statistically significant (p=0,059) in case compared to control group. The other three parameters failed to show any significant associations. Optimal cutoff value for pO2 was ≤3,35 mmHg with 83,8% sensitivity dan 60,0% specificity, and ≤16,2% for FTOE (Sn=81,1%; Sp=60,0%). Either umbilical veno-arterial ΔpO2 (OR=7,75; p=0,010; 95%CI 1,66 – 36,01) or FTOE (OR=6,43; p=0,017; IK95% 1,42 – 29,08) was predictive for neonatal short-term adverse outcomes. A prediction model was developed for FTOE."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deborah Theresia
"Sepsis didefinisikan sebagai suatu systemic inflammatory response syndrome SIRS disertai infeksi, terbukti ataupun tidak, dengan perkembangan penyakit hingga sepsis berat dan syok sepsis. Sepsis merupakan masalah kesehatan yang penting dengan angka mortalitas yang tinggi, mencapai 50 pada sepsis berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran saturasi oksigen vena sentral ScvO2. perbedaan tekanan parsial karbondioksida vena sentral dan arteri pCO2 gap. dan kadar laktat saat baseline dan pasca resusitasi, serta bersihan laktat sebagai penanda prognostik pada pasien sepsis berat. Desain penelitian adalah kohort retrospektif dengan 54 pasien sepsis berat, terdiri dari 27 pasien meninggal dalam 14 hari perawatan dan 27 pasien hidup. Pada penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna pada kadar laktat pasca resusitasi dan bersihan laktat antara kedua kelompok, sedangkan pada ScvO2 baseline, ScvO2 pasca resusitasi, dan kadar laktat baseline tidak didapatkan perbedaan bermakna. Pada kadar laktat pasca resusitasi didapatkan besar area under the curve AUC untuk memprediksi mortalitas sebesar 84,4. dengan cutoff 1,45 mmol/L, sensitivitas 74,1 dan spesifisitas 85,2. Pada bersihan laktat didapatkan besar AUC untuk memprediksi pasien sepsis berat yang hidup sebesar 99,5. dengan cutoff 1,5. sensitivitas 100 dan spesifisitas 92,6. Angka mortalitas pada kelompok pCO2 gap baseline. 6 mmHg sebesar 59,5 dan ge;. mmHg sebesar 29,4. serta pada kelompok pCO2 gap pasca resusitasi. 6 mmHg sebesar 50,0 dan ge;. mmHg sebesar 50,0. Parameter kadar laktat pasca resusitasi dapat digunakan untuk memprediksi mortalitas dengan cutoff 1,45 mmol/L, dan bersihan laktat untuk memprediksi pasien yang hidup dengan cutoff 1,5.

Sepsis is defined as systemic inflammatory response syndrome SIRS accompanied with infection, proven or not, that can progress to severe sepsis or septic shock. Sepsis is an important health problem with high mortality rate, reaching 50 in severe sepsis. This study aims to find out the role of central venous oxygen saturation ScvO2. carbondioxide partial pressure gap of central venous and arterial pCO2 gap. and lactate at baseline and post resuscitation, and lactate clearance as prognostic markers in severe sepsis. The study design is retrospective cohort with 54 severe sepsis patients, consists of 27 patients that died within 14 days of stay and 27 patients that survived. This study found significant difference in post resuscitation lactate and lactate clearance between both groups, while baseline ScvO2, post resuscitation ScvO2, and baseline lactate was not significantly different. The size of area under the curve AUC for post resuscitation lactate to predict mortality is 84,4. with cutoff 1,45 mmol L, sensitivity 74,1 and specificity 85,2. The size of AUC for lactate clearance to predict severe sepsis patients that survived is 99,5. with cutoff 1,5. sensitivity 100 and specificity 92,6. Mortality rate in baseline pCO2 gap group. mmHg is 59,5 and ge. mmHg is 29,4. and in post resuscitation pCO2 gap group. mmHg is 50,0 and ge. mmHg is 50,0. Post resuscitation lactate can be used to predict mortality with cutoff 1,45 mmol L, and lactate clearance to predict survivor with cutoff 1,5.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library