Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ezi Fauzia Rahmi
Abstrak :
Paklitaksel adalah antikanker yang diekstrak dari kulit kayu pohon yew, Taxus brevifolia dan digunakan secara luas untuk kemoterapi kanker payudara dan ovarium. Obat ini telah teruji secara klinik tetapi formulasi farmasetiknya menimbulkan masalah karena adanya inkompatibilitas dengan material alat-alat perfusi. Paklitaksel hampir tidak larut dalam air, oleh karena itu digunakan campuran cremophor® (minyak jarak) dan etanol untuk pelarutnya. Adanya cremophor® menyebabkan inkompatibilitas larutan obat dengan wadah PVC (polivinil klorida), yang akan melepaskan DEHP (di-(-2- etilheksil)ftalat). Metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) telah dikembangkan untuk analisis paklitaksel. Kondisi kromatografi menggunakan kolom C18 dengan fase gerak air-asetonitril (30:70) pada kecepatan alir 1,0 ml/menit dengan deteksi UV pada panjang gelombang 240 nm, menghasilkan waktu retensi 3,407 menit. Penetapan kadar paklitaksel dalam wadah infus otsuka, b-braun, dan widatra menggunakan larutan NaCl 0,9% dan glukosa 5% untuk mendapatkan konsentrasi 180, 300, dan 480 μg/ml. Stabilitas diuji selama 24 jam penyimpanan. Dengan metode statistik k independent samples test dapat disimpulkan bahwa penggunaan wadah bbraun lebih baik daripada otsuka dan widatra; dan larutan glukosa 5% lebih baik daripada larutan NaCl 0.9%.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S32611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Maidarti
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Mila maidartiProgram studi : Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi IIJudul : Pengaruh paclitaxel terhadap pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium mencit in vitro Pada penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa pengobatan paclitaxel pada tikus betina tidak mengurangi kesintasan folikel preantral dengan hanya folikel antral yang terpengaruh, sementara penelitian lain secara in vivo melaporkan bahwa paclitaxel juga mempengaruhi folikel preantral. Meskipun, pada penelitian dengan kultur in vitro pada jaringan ovarium paclitaxel menginduksi apoptosis folikel primer, pengaruhnya secara langsung terhadap kultur folikel tunggal belum diketahui. Pada penelitian ini kami melakukan penilaian pengaruh paclitaxel terhadap perkembangan dan pertumbuhan folikel dan maturasi oosit pada mencit jenis BDF-1 usia 14 hari. Sebanyak dua puluh sampai 30 folikel sekunder diameter 100 ndash;130 ?m, diisolasi secara mekanik dari ovarium 3-5 mencit. Folikel dari 8 percobaan yang dilakukan secara independen, dengan 11-26 folikel per kelompok, dikultur secara individual selama 12 hari. Folikel dikultur secara individu dalam medium ?-Minimum essential medium ?-MEM yang ditambahkan rekombinan hormon Follicle stimulating hormone FSH pada suhu 37oC pada atmosfer dengan kelembababan yang cukup dan 5 CO2. Folikel dibagi secara acak kedalam kelompok kontrol dan perlakuan n = 20 folikel/group . Pada kelompok perlakuan folikel dikultur pada medium yang sudah mendapat perlakuan dengan paclitaxel 2.5x10-9 M , yaitu konsentrasi berdasarkan Inhibitory concentration 50 IC 50 kultur sel kanker payudara MCF- 7 dan satu konsentrasi lebih tinggi dan lebih rendah. Setiap hari keempat dari kultur, dilakukan penggantian 30 ?l medium, dan penilaian pertumbuhan, morfologi dan kesintasan folikel. Penilaian terhadap maturasi oosit dilakukan pada akhir kultur, dilanjutkan dengan penilaian imunohistokimia ?-tubulin oosit. Pada kultur yang terpisah, kami juga melakukan penilaian expresi gen apoptosis yang terlibat pada kematian sel terprogram yaitu rtPCR mRNA GDF-9, Bcl2, Bax dan PCNA pada hari ke 4,8 dan 12. Dibandingkan dengan kontrol, penambahan paclitaxel pada medium kultur mengurangi laju pertumbuhan folikel, dan kesintasan folikel antral. Terdapat kecenderungan penurunan jumlah oosit matur pada kelompok perlakuan dengan paclitaxel, namun tidak berbeda bermakna. Paclitaxel menginduksi ekspresi GDF- 9 pada kultur folikel awal. Ekspresi BCl-2 meningkat pada hari ke-8 kultur, sementara ekspresi Bax cenderung konsisten. Begitu juga halnya dengan ekspresi PCNA mRNA, kecuali pada kultur hari ke-12 dimana ekspresinya pada kelompok perlakuan cenderung meningkat dan bermakna secara statistik. Keterbatasan penelitian adalah bahwa penelitian ini dirancang terbatas pada folikel sekunder dan athral, dan tidak memungkinkan penilaian pengaruh paclitaxel terhadap folikel tahap perkembangan lebih awal seperti pada folikelprimordial dan primer. Implikasi yang lebih luas adalah bahwa pada penelitian ini menunjukkan bahwa toksisitas paclitaxel terhadap ovarium terbatas pada folikel matur atau folikel antral. Key words: Paclitaxel, perkembangan folikel, kultur in vitro
ABSTRACT
Name Mila maidarti Study program Subspecialist of Obstetrics and GynecologyTitle Effects of paclitaxel on ovarian follicle growth anddevelopment in vitro It was previously found that paclitaxel treatment in female mice did not reduce pre antral follicles survival with only antral follicles affected, while other in vivo studies reported that paclitaxel also affect pre antral follicles. Though, in ovarian culture, paclitaxel induced apoptosis of the primary follicles, it rsquo s effects on single in vitro follicles culture is not known. In this study, we have investigated the effects of paclitaxel on ovarian follicle development and oocyte developmental competence in prepubertal 14 day old BDF1 female mice. Twenty to 30 early secondary follicles diameter 100 ndash 130 m, were mechanically isolated from an ovary of three to five mice. Follicles from 8 independent experiments, with 11 26 follicles per group, were cultured individually for 12 days. Individual follicles were cultured in alpha minimum essential medium supplemented with recombinant human FSH at 37oC in a humidified atmosphere of 5 CO2 in air. Follicles were randomly assigned into control and experimental groups n 20 follicles group of medium containing paclitaxel with the concentration based on IC 50 breast cancer cell line MCF 7, 2.5x10 9 M and one magnitude lower and higher. Every fourth day, 30 l of the medium was changed, follicular growth, morphology and survival were assessed. Meiotic maturation of the oocytes were analyzed at the end of culture continued by the assessment of immunohistochemistry for tubulin of the oocytes. In separate culture, we investigated the rtPCR mRNA expression of GDF 9, Bcl2, and bax on the day 4, 8, and 12th of culture. Compared with control, paclitaxel treatment reduced follicular growth, and survival rate of the antral follicles p le 0.05 . Decreasing tendency on oocyte maturation was showed in follicles exposed to paclitaxel, but it was not significantly difference. Paclitaxel treatment induced GDF 9 expression in early follicular culture. Bcl2 was up regulated on the day 8 of cultur, while bax expression tended to be consistent p ge 0.05 . PCNA mRNA level was tended to be consistent, except for the day 12 that was higher significantly in paclitaxel group. Limitations and reasons for caution is that this study designed is limited to secondary and athral follicles , it does not allowed the investigation of the early stage follicles development, primordial and primary follicles. Wider implications of the findings that this study indicated that ovarian toxicity of paclitaxel would be confined to the antral follicles. Key words Paclitaxel, follicles development, in vitro culture
2016
T55647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riani
Abstrak :
Mual dan muntah merupakan hal yang mengkhawatirkan bagi pasien sebagai efek samping dari penggunaan kemoradioterapi. Antiemetik dari golongan antagonis reseptor 5HT3 adalah terapi antiemetik standard yang digunakan dalam penanganan mual dan muntah yang disebabkan kemoradioterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan antiemetik yang menyertai pemberian kemoradioterapi serta faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan pasien pasca kemoradioterapi. Penelitian dilakukan terhadap pasien kanker serviks di RS Kanker Dharmais pada periode Januari 2004 - Nopember 2006 dengan menggunakan desain cross sectional dan bersifat retrospektif dan dengan cara observasional. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia pasien, stadium kanker, jenis kemoterapi, seri kemoradioterapi, dan jenis antiemetik dengan keadaan pasien pasca kemoradioterapi (p > 0,05).
Nausea and vomiting are two of the most feared side effect of cancer chemoradiotherapy. The 5HT3 receptor antagonist is grouped as antiemetic standar therapy for handling nausea and vomiting caused by chemoradiotherapy. This research focus in exploring knowledge the use of antiemetics drugs in a chemoradiotherapy and its factors which influences the patient after therapy treatments. Research has been conducted in Dharmais Cancer Hospital for servical cancer patient in period January 2004 - November 2006 using cross sectional design in the way retrospectively and observation. The results show that there is no relation between the age of the patient, cancer stadium, chemotherapy type, chemoradiotherapy series, and antiemetic type with the patient condition pasca chemotheraphy (p > 0,05).
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Better Versi Paniroi
Abstrak :
Pendahuluan: Tesis ini bertujuan untuk mengetahui efek myelosupresi pada pasien kanker ovarium dengan kemoterapi ajuvan carboplatin dan paclitaxel di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo melalui analisis kadar hemoglobin, leukosit, dan trombosit. Kemoterapi ajuvan kombinasi carboplatin dan paclitaxel merupakan rejimen kemoterapi yang paling efektif pada kanker ovarium. Namun pemberian kemoterapi tersebut memiliki efek samping myelosupresi seperti anemia, neutropenia, dan trombositopenia yang berdampak besar terhadap kualitas hidup pasien. Metode: Penelitian ini adalah penelitian hystorical cohort yang dilaksanakan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan mengambil sampel penelitian pasien kanker ovarium yang mendapatkan kemoterapi ajuvan dengan carboplatin dan paclitaxel sebanyak enam seri mulai dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2014. Hasil: Dari 41 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan usia pasien berkisar antara 25 sampai dengan 64 tahun (median: 49 tahun), terbanyak adalah multipara (43,9%), premenopause (61,0%), dengan stadium terbanyak adalah stadium IIIC (58,5%), histopatologi terbanyak adalah kistadenokarsinoma serosum (39,0%), dan sebagian besar berdiferensiasi sedang (48,8%). Kesimpulan: Sebagai kesimpulan didapatkan penurunan kadar hemoglobin, leukosit, dan trombosit yang bermakna pasca kemoterapi setiap seri (p < 0,001). ;Background: The objective of this study was to obtain the myelosupression effect on ovarian cancer patient with carboplatin and paclitaxel adjuvant chemotherapy based on haemoglobin, leucocyte, and thrombocyte level. Carboplatin and paclitaxel combination as an adjuvant chemotherapy is the most effective regiment for ovarian cancer. Otherwise this regiment has myelosuppression effect (hematologic toxicity) as anemia, neutropenia, and thrombocytopenia which have impact on quality of life of the patients. Methods: This is an hystorycal cohort study on ovarian caner patients who underwent six series of adjuvant chemotherapy from January 2010 until December 2014 at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Results: From 41 patients range at 25 until 64 years old (median: 49 years), most of them are multiparity (43,9%), premenopausal women (61,0%), with the largest stadium was IIIC (58,5%), the largest pathologic type was serous cystadenocarcinoma (39,0%) and most of them are intermediate differentiation (48,8%). Conclusions: As a conclusion there was a significantly decreased of haemoglobin, leucocyte, and thrombocyte levels after adjuvant chemotherapy on every single cycle (p<0,001). ;Background: The objective of this study was to obtain the myelosupression effect on ovarian cancer patient with carboplatin and paclitaxel adjuvant chemotherapy based on haemoglobin, leucocyte, and thrombocyte level. Carboplatin and paclitaxel combination as an adjuvant chemotherapy is the most effective regiment for ovarian cancer. Otherwise this regiment has myelosuppression effect (hematologic toxicity) as anemia, neutropenia, and thrombocytopenia which have impact on quality of life of the patients. Methods: This is an hystorycal cohort study on ovarian caner patients who underwent six series of adjuvant chemotherapy from January 2010 until December 2014 at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Results: From 41 patients range at 25 until 64 years old (median: 49 years), most of them are multiparity (43,9%), premenopausal women (61,0%), with the largest stadium was IIIC (58,5%), the largest pathologic type was serous cystadenocarcinoma (39,0%) and most of them are intermediate differentiation (48,8%). Conclusions: As a conclusion there was a significantly decreased of haemoglobin, leucocyte, and thrombocyte levels after adjuvant chemotherapy on every single cycle (p<0,001).
2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rianyta
Abstrak :
Pendahuluan: Saat ini, rejimen kemoterapi berbasis platinum dengan dua jenis obat seperti paklitaksel-karboplatin dan pemetreksat-karboplatin merupakan terapi lini pertama pasien adenokarsinoma paru dengan mutasi epidermal growth factor receptor (EGFR) negatif. Di rumah sakit Persahabatan, kedua rejimen tersebut banyak digunakan dan dijamin pembiayaannya oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS). Dengan harga pemetreksat yang lebih mahal dan efektivitas yang belum diketahui, perlu dilakukan suatu kajian farmakoekonomi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui profil efikasi, toksisitas, dan biaya paklitaksel-karboplatin dibandingkan pemetreksat-karboplatin. Metode: penelitian ini merupakan studi potong lintang, menggunakan data rekam medis. Pasien adenokarsinoma paru mutasi EGFR negatif yang pertama kali didiagnosa dan diterapi dengan paklitaksel-karboplatin atau pemetreksat-karboplatin dimasukkan ke dalam kriteria inklusi. Analisis farmakoekonomi dilakukan berdasarkan keluaran klinis yang terdiri dari efektivitas dan biaya medis langsung. Efektivitas dinilai berdasarkan overall response rate (ORR). Hasil: Rekam medis dari 21 pasien paklitaksel-karboplatin dan 21 pasien pemetreksat-karboplatin berhasil dievaluasi. Efektivitas kedua rejimen kemoterapi secara statistik tidak berbeda bermakna yang dilihat dari ORR (P=0,739). Toksisitas hematologi yang sering dialami oleh kedua kelompok adalah anemia, neutropenia, leukopenia derajat 1-2. Anemia, leukopenia, dan neutropenia derajat 3 lebih sering terjadi pada kelompok paklitaksel-karboplatin. Toksisitas nonhematologi kedua kelompok adalah mual muntah, rambut rontok, dengan neuropati perifer lebih banyak dialami kelompok paklitaksel-karboplatin. Melihat hal tersebut, pasien pada kelompok pemetreksat-karboplatin mengalami toksisitas lebih sedikit dibandingkan kelompok paklitaksel-karboplatin. Dari perhitungan analisis minimalisasi biaya diperoleh hasil bahwa biaya rerata per pasien dengan rejimen paklitaksel-karboplatin lebih murah Rp. 10.986.257,55 atau 50,25%, dibandingkan pemetreksat-karboplatin. Kesimpulan: tidak ada perbedaan efektivitas antara kedua rejimen. Biaya rerata per pasien dengan rejimen paklitaksel-karboplatin lebih murah dibandingkan pemetreksat-karboplatin. Diperlukan penelitian prospektif dengan jumlah subjek yang lebih besar dan melibatkan banyak rumah sakit. ......Background: At present, platinum-based chemotherapy regimens with two types of drugs such as paclitaxel-carboplatin and pemetrexed-carboplatin are first-line therapy for pulmonary adenocarcinoma patients with negative epidermal growth factor receptor (EGFR) mutations. At Persahabatan Hospital, the two regimens are widely used and guaranteed by National Health Insurance. With the price of pemetrexed which is more expensive and the effectiveness is unknown, it is necessary to do a pharmacoeconomic study. This study aimed to determine the efficacy, toxicity, and cost profile of paclitaxel-carboplatin compared to pemetrexed-carboplatin. Methods: This s is a cross-sectional study, using medical record data. Patients with pulmonary adenocarcinoma negative EGFR mutations first diagnosed and treated with paclitaxel-carboplatin or pemetrexed-carboplatin were included. A pharmacoeconomic analysis is performed on the basis of clinical outcomes consisting of effectiveness and direct medical costs. Effectiveness was assessed based on the overall response rate (ORR). Results: Medical records from 21 patients with paclitaxel-carboplatin and 21 patients with pemetrexed-carboplatin were successfully evaluated. The effectiveness of the two chemotherapy regimens was not significantly different, which was seen from the ORR (P = 0.739). The most common hematologic toxicity experienced of the two groups are anemia, neutropenia, leukopenia grade 1-2. Anemia, leukopenia and neutropenia grade 3 are more common in paclitaxel-carboplatin group. The nonhematological toxicity of the two groups was nausea vomitus, hair loss, with peripheral neuropathy more experienced by paclitaxel-carboplatin group. Seeing this, patients in pemetreksat-carboplatin group experienced less toxicity compared to paclitaxel-carboplatin group. From the calculation of cost minimization analysis the results showed that the average cost per patient with pulmonary adenocarcinoma negative EGFR mutation with paclitaxel-carboplatin regimen was cheaper Rp. 10.986.257,55 or 50,25%, compared to pemetrexed-carboplatin. Conclusion: there was no difference in effectiveness between the two regimens. The average cost per patient with paclitaxel-carboplatin regimen was cheaper compared to pemetrexed-carboplatin. A prospective study is required with a larger number of study subjects and involves many hospitals.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55543
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library