Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rionanda Dhamma Putra
"Indonesia adalah negara dengan ketimpangan antarwilayah yang tinggi. Nilai Indeks Williamson sebesar 0,76 pada tahun 2016 menunjukkan kesenjangan ekonomi yang lebar antara Indonesia bagian Barat dan Timur. Hal ini seharusnya tidak terjadi dalam paradigma Neoklasik karena Indonesia Timur akan memiliki kekuatan sentripetal yang menarik aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, penelitian ini akan menguji pengaruh faktor-faktor seperti lokasi, ketimpangan kaya-miskin, ketimpangan miskin-miskin, dan demokrasi terhadap modal manusia di Indonesia serta hubungan dua arah antara modal manusia dan kemakmuran ekonomi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan model regresi variabel instrumental (IV) panel simultan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini akan memberikan kontribusi pada bukti empiris pengaruh ketimpangan dalam hal pendapatan dan kualitas demokrasi, terhadap modal manusia. Oleh karena itu, model ini menemukan bahwa ketimpangan kaya-miskin merupakan satu-satunya faktor signifikan yang berhubungan dengan modal manusia di seluruh wilayah di Indonesia, di mana setiap kenaikan 1% akan menurunkan kualitas modal manusia sebesar 0,06-0,21%. Kemakmuran ekonomi dan modal manusia juga memiliki hubungan yang positif signifikan di Indonesia bagian Barat dan Timur. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa ketimpangan sosial ekonomi merupakan satu-satunya faktor signifikan dari dinamika kelembagaan yang berhubungan dengan kualitas modal manusia, dan hubungan rekursif juga terjadi antara modal manusia dan kemakmuran ekonomi di Indonesia dari tahun 2010 hingga 2021.
......Indonesia is the country with a high degree of interregional inequality. The Williamson Index score of 0.76 in 2016 shows a wide economic gap between Western and Eastern Indonesia. That should not happen in the Neoclassical paradigm because Eastern Indonesia will have a centripetal force that attracts economic activity. Hence, this research will examine the influence of factors like location, rich-poor inequality, poor-poor inequality (poverty severity), and democracy on the human capital in Indonesia and the two-way relationship between human capital and economic prosperity in Indonesia. It would employ a simultaneous panel instrumental variable (IV) regression model in this examination. The result of this research would contribute to the empirical proof of inequality's influence, in terms of income and the quality of democracy, on human capital. Hence, this model found out that rich-poor inequality is the only significant factor that relates to human capital across Indonesia's regions, with a 1% increase would reduce human capital quality by 0.06-0.21%. Economic prosperity and human capital also had positive significant relationships in Western and Eastern Indonesia. Therefore, this paper conclude that socioeconomic inequality is the only significant factor from institutional dynamics that relates to human capital quality, and a simultaneous two-way relationship also exists between human capital and economic prosperity in Indonesia from 2010 to 2021."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Jessica Febriana
"Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan kontribusinya dalam aspek sosial-ekonomi telah terbukti dewasa ini. Dalam kasus Indonesia, Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) terus bertumbuh terlebih dengan stimulasi dari pandemi Covid-19 hingga mencapai skala 5,78 pada tahun 2021. Kontribusi TIK terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai bagian integral dari strategi pembangunan nasional menjadi isu utama. Penelitian ini berangkat dari fungsi produksi Cobb-Douglas dalam menginkorporasikan variabel teknologi dan meninjau hubungan timbal-balik antara TIK dan pertumbuhan ekonomi di 34 provinsi selama periode 2015-2021. Model penelitian ini mengadopsi model panel simultan instrumental variable (IV) yang terdiri dari persamaan IP-TIK dan PDRB. Hasil statistik mengkonfirmasi hubungan timbal balik antara TIK dan pertumbuhan ekonomi, dimana kenaikan PDRB sebesar 1%, ceteris paribus, akan meningkatkan IP-TIK sebesar 1.52%. Sebaliknya, kenaikan IP-TIK sebesar 1%, ceteris paribus, akan meningkatkan PDRB sebesar 0.37%. Menariknya, faktor pendorong lain seperti pengeluaran rumah tangga untuk telekomunikasi, sumber daya listrik, panjang jalan, dan APBD untuk fungsi ekonomi ditemukan berhubungan positif terhadap perkembangan TIK.
......The development of Information and Communication Technology (ICT) and its contribution in socio-economic aspects has been proven today. In the case of Indonesia, Information and Communication Technology Development Index (ICT-DI) continues to grow, especially with stimulation from the Covid-19 pandemic, reaching a scale of 5.78 in 2021. The contribution of ICT to economic growth as an integral part of the national development strategy becomes a major issue. This research departs from the Cobb-Douglas production function in incorporating technology variable and reviewing the reciprocal relationship between ICT and economic growth in 34 provinces during the 2015-2021 period. This research adopts the panel model of the simultaneous instrumental variable (IV) which consists of the ICT-DI and GRDP equations. Statistical results confirm the reciprocal relationship between ICT and economic growth, where a 1% increase in GRDP, ceteris paribus, will significantly increase ICT-DI growth by 1.52%. Conversely, a 1% increase in ICT-DI, ceteris paribus, significantly increases GRDP by 0.37%. Interestingly, other driving factors such as household spending on telecommunications, electricity resources, road length and government expenditure for economic functions (which have not been extensively studied before) were found to be positively related to ICT development."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library