Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abidin Kusno, 1966-
"buku ini membahas tentang sejarah terbentuknya politik di kontrol oleh belanda."
Surabaya: Airlangga University Press (AUP), 2007
724.659 8 ABI a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Roro Retno Wulan
"Penelitian ini mengenai komunikasi nonverbal tata bangunan kolonial di kehidupan masyarakat dan lingkungan perkebunan teh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tentang keterkaitan antara lingkungan fisik dengan identitas orang yang tinggal di lingkungan tersebut seperti asumsi komunikasi nonverbal. Penelitian ini berargumen bahwa lingkungan fisik berpengaruh terhadap identitas individu yang tinggal didalamnya. Informasi dan data penelitian ini merupakan hasil observasi lapangan dan wawancara mendalam, didukung dokumentasi artifak-artifak fisikal bersejarah dari masa penjajahan Belanda dan foto-foto maupun tulisan-tulisan tentang sejarah perkebunan. Kesemuanya berkaitan dengan Teori Paskakolonial. Sebagai sebuah studi kasus instrumental maka teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan antara daerah perkebunan di wilayah Malabar dengan wilayah Subang. Validasi data menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu orang-orang yang paham realitas tata bangunan di lingkungan perkebunan, yaitu orang yang tinggal dan berinteraksi dengan bangunan tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama. Hasil penelitian memunculkan temuan-temuan yang diharapkan dapat memberikan masukan mengenai kajian komunikasi nonverbal terutama aspek bangunan sebagai physical environment-appearance terhadap kehidupan di perkebunan teh. Terutama kaitannya dengan Teori Pascakolonial dan identitas penduduk setempat."
FSRD-ITB, 2015
303 JSIOTEK 14:3 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Mawar Sari
"Pembangunan yang ada di Indonesia merupakan sebuah karya arsitektur yang tidak hanya diimajinasikan oleh arsitek tetapi terdapat campur tangan rezim pemerintahan yang sedang berjalan. Pemerintahan Orde Baru mempunyai andil besar dalam membuat representasi bagi bangsa Indonesia untuk mewarisi tradisi. Relasi kuasa berjalan beriringan pada setiap konstruksi arsitektur sehingga memberi pengaruh kepada masyarakat. Padepokan Pencak Silat Indonesia menjadi bangunan bangsa yang mewujudkan nasionalisme serta budaya tradisi pencak silat asal Indonesia. Proyek arsitektur pascakolonial Orde Baru perlu diperhatikan kaitannya dalam mewujudkan sebuah representasi.

The development in Indonesia is an architectural work that not only imagined by architects but there is interference from the ongoing government regimes. The New Order government has a big hand in making representation for the Indonesian people to inherit tradition. Power relations go hand in hand with each architectural construction so that it gives influence to the community. Padepokan Pencak Silat Indonesia became a nation building that embodies nationalism and the cultural tradition of pencak silat from Indonesia. Postcolonial architecture projects of the New Order need to be considered in relation to realizing a representation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inasya Nur Qamarani
"Tesis ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh politik etis dan feminisme Belanda terhadap Kartini, selaku seorang perempuan di negara koloni pada zaman kolonialisme Belanda. Pembahasan dalam tulisan ini mencakup relasi negara Belanda dan Hindia Belanda, aktor-aktor politik etis dan feminis, dan media-media Belanda yang mempengaruhi tumbuhnya kesadaran emansipasi Kartini. Untuk mempertajam pembahasan, penulis menggunakan teori feminisme pascakolonial dalam Hubungan Internasional, serta melakukan analisis mendalam pada surat-surat yang ditulis oleh Kartini kepada korespondensi surat-suratnya, hubungan Kartini dengan para pejabat kolonial, literatur Belanda, dan media Belanda pada 1899-1904 . Hasil analisis pada tulisan ini dapat membuktikan bahwa kebijakan politik etis dan feminisme Belanda telah mempengaruhi kesadaran emansipasi Kartini. Dalam pembahasan ini, dipergunakan kritik feminisme pascakolonial dan Hubungan Internasional guna menunjukkan adanya relasi kuasa Belanda kepada negara koloninya. Namun, dalam relasi kuasa kolonial itu ditemukan aktor-aktor penggerak politik etis dan feminis dari Negeri Belanda yang menularkan kesadaran emansipasi kepada Kartini di Hindia Belanda. Dalam penelitian penulis, ditemukan hal baru yang tidak dilihat oleh kritik feminisme pascakolonial dalam HI, bahwa meskipun dalam relasi kuasa kolonial, tetapi gagasan politik etis dan feminisme justru membuka kesadaran baru bagi Kartini mengenai emansipasi perempuan.

This thesis aims to analyze the influence of ethical politics and Dutch feminism on the Indonesian heroine; Kartini -as a woman in a colonial country during the Dutch colonial era. The discussion of this paper covers the relationship between the Netherlands and Dutch East Indies, Dutchfeminist actors, and the Dutch media that influenced the emergence of Kartini's ideas. To sharpen the discussion, the author uses postcolonial feminism in International Relations theory, and conducts an in-depth analysis of letters written by Kartini to her correspondence, her relationship with colonial officials, Dutch literature, and the Dutch media in 1899-1904 (i.e. feminist newspapers and magazines). The results of the analysis prove that ethical political policies and Dutch feminism certainly influenced Kartini's mindset and encouraged her to fight for the education of Javanese and Indonesian women up until now. In the discussion, the author uses postcolonial feminism in International Relations critics because there is obvious evidence that in Kartini’s case, there is also power relations between two state, which is the Netherland and Dutch East Indies as its colony. However, in the relations of colonial power between those two states, the authors also found that the actors who run ethical politics and Dutch feminist are the ones that influenced Kartini, and awaken her strugglein Dutch East Indies. Other than that, in discussing Kartini’s case, there is also prove that critics of post-colonial feminism in IR fails to see, that even though she is in colonial power relations, ethical political ideas and feminism actually open a new awareness for Kartini regarding Javanese women's emancipation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Diah Haryanti
"Penelitian ini bertujuan memperlihatkan ide antikolonialisme tokoh-tokoh perempuan dalam Student Hidjo, Matahariah, dan Rasa Mardika. Metode deskriptif kualitatif dengan teori orientalisme dan hibriditas digunakan untuk melihat bagaimana tokoh-tokoh perempuan tersebut merepresentasikan ide antikoloniliasme sebagai bentuk perlawanan Marco.
Dari hasil analisis tampak bahwa Marco dengan sengaja menampilkan tokoh-tokoh perempuan mandiri, pintar, aktif, berani bersuara dan tampil di depan umum, serta bersama-sama kaum laki-laki melakukan perjuangan melawan berbagai bentuk penindasan. Persinggungannya dengan budaya Barat, membuat tokoh-tokoh perempuan dalam karya Marco menjadi pribadi yang hibrid, bergerak bebas pada ruang ketiga yang serba ambivalen. Strategi hibriditas yang paling tampak adalah mimikri yang dilakukan para tokohnya. Perempuan Eropa yang tampak sangat Jawa atau perempuan Jawa yang berusaha menjadi Eropa. Dengan kata lain keduanya berusaha untuk menjadi ?almost the same but not quite?.

This analysis aims to show anticolonialism ideas of the female characters in Student Hidjo, Matahariah, and Rasa Merdika. Qualitative descriptive method and orientalism and hibridity theories are used to see how these female characters represent their anticolonialism ideas as a form of Marco?s disapproval.
From the result of the analysis, it is shown that Marco presents on purpose the female characters who are independent, intelligent, active, brave in stating their opinions and appear on public, and together with men fight against various forms of colonialism. The connection to the west culture makes these women become hibrid people, move freely in the third space that is ambivalent. Hibridity strategy that is the most obviously done by these characters is mimicry. European women that look so javanese or the javanese women that try to be european. In other words, both try to be ?almost the same but not quite?."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28351
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mush`ab Abdu Asy Syahid
"Bandar udara internasional Soekarno-Hatta yang berlokasi di Tangerang, Banten menjadi arsitektur transport hub utama di Indonesia yang mengadakan interaksi global-lokal antardaerah lokal dan internasional. Kekeliruan berulang mengenai letak tapak bandara yang dianggap berada di Jakarta menjadi awal isu penelitian ini. Tesis ini berusaha menggali fenomena sejarah pembangunan arsitektur di Tangerang dengan menggunakan model kerangka teori pusat-pinggir dalam lingkup studi pascakolonialisme. Fokus studinya mencakup bagaimana relasi kuasa pada negara kolonial colonial state dan negara pascakolonial postcolonial state membentuk mekanisme ruang dan identitas melalui pembangunan arsitektur dan teknologi modern.Dengan menggunakan model pusat-pinggir, penelitian ini memaparkan bahwa pembangunan terminal keberangkatan I II bandara Soekarno-Hatta bertendensi untuk merepresentasikan budaya dan identitas nasional, serta menampilkan posisi Tangerang sebagai margin. Hal ini diperkuat dengan hadirnya oposisi biner pada pembentukan ruang kota dan arsitektur di Tangerang, seperti jalinan wacana dan praktik kolonial-pascakolonial, regulasi pusat-daerah yang menempatkan Tangerang sebagai pinggir ibukota Jakarta. Didukung oleh penggalian arsip dan studi kartografi masa kolonial-pascakolonial, tesis ini juga menunjukkan keterkaitan paradigma pembangunan ldquo;modern rdquo; di Tangerang masa kolonial dengan masa Indonesia pascakolonial. Adanya teknologi bandara di daerah juga menghadirkan fenomena ldquo;pusat baru rdquo;, di sisi lain berdampingan dengan ldquo;pinggir lama rdquo;. Pertemuan arus global dan peran lokal selama pembangunan-pembangunan di wilayah pinggir mengaburkan teritorialitas.Tesis ini menyimpulkan bahwa bandara Soekarno-Hatta menjadi representasi dari kecenderungan Orde Baru sebagai pusat untuk membentuk tradisi nasional di wilayah pinggir. Di sisi lain, dengan hadirnya teknologi transportasi dan arsitektur modern umumnya mampu menjadi alat yang turut memengaruhi perkembangan dan dinamika konfigurasi pusat-pinggir di dunia yang semakin cair, meleburkan yang global dan yang lokal. Hal ini terkait dengan bagaimana pembentukan paradigma berpikir pemerintah, arsitek dan masyarakat dalam merancang dan merencanakan pembangunan arsitektur dan ruang kota secara umum di negara pascakolonial.
Soekarno Hatta international airport which is located in Tangerang, Banten is the Indonesia rsquo s main transport hub architecture that provides global local interactions locally and internationally. The initial research issue begins with the case of repetitive misspelling about the airport site location which often emerges as it was perceived located in Jakarta. This thesis is trying to offer fresh view to dismantle the phenomena of history of architecture and urban space development as built environment in Tangerang by the framework of center periphery in postcolonial study. This research focuses on how power relations in colonial state and postcolonial state work to produce spatial mechanism and national identity through the development of modern infrastructure and technology.By concerning centre periphery model configuration, I describe and analyze the planning and desgin development of departure and arrival terminal I II of Soekarno Hatta to represent national identity and culture to display Tangerang as margin. Binary opposition had existed within history of colonialism and political construction of archtiecture and urban space in Tangerang, the discourse and practices of colonial postcolonial, center core region relationship, and global nexus force local agency. Archival and cartography throughout the colonial and postcolonial history, I show the interrelationship of ldquo developmental rdquo paradigm in Tangerang within colonial and postcolonial era. The presence of airport infrastructure in region also provides as catalyst to develop new ldquo centre rdquo , surrounding with the ldquo old periphery rdquo . Modern development and global local intermingling also blur the territoriality and duality of centre and periphery.This thesis conclude that Soekarno Hatta airport becomes a cultural representation from New Order tendency as a centre to create national identity through cultural tradition in space of periphery. The presence of transportation technoloty and modern architecture generally become significance tools in empasizing and developing the relationship of centre periphery configuration and melt between the global and the local. This is also related with how the paradigm of power relation between government, architect and society are constructed in designing and planning their architectural and urban space in the postcolonial state."
2017
T48399
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library