Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faris Jaisyi Umam
Abstrak :
Diabetes mellitus (DM) tipe II merupakan penyakit kronis yang menjadi masalah di Indonesia. Prevalensi DM tipe n terbesar berada pada kelompok usia lanjut. Hal ini dapat menimbulkan berbagai risiko karena DM tipe n berkaitan dengan teIjadinya sarcopenia; kondisi penurunan massa dan kekuatan otot. Hal ini mendorong peneliti untuk meneliti tentang hubungan dari DM ripe II pada pasien lanjut usia dengan Kekuatan Genggam Tangan (KGT) yang mewakili kekuatan otot tangan. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Sebanyak 164 pasien usia lanjut poliklinik rawat jalan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo diikutsertakan dalam penelitian ini. Variabel yang dikumpulkan meljputi penyakit DM tipe II sebagai variabel independen, kekuatan genggam tangan sebagai variabel dependen, serta status nutrisi, usia, hipertensi, dan dislipidemia sebagai variabel perancu. Kriteria KGT menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh Asian Working Group for Sarcopenia (AWGS). Analisis statistik yang digunakan adalah anal isis bivariat uji chi square dan analisis multivariat uji regresi logistik. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 40,9% pasien menderita penyakit DM tipe II sementara pasien dengan kekuatan genggam tangan rendah berdasarkan kriteria sebesar 67,1 % dari total subjek. Pasien dengan DM tipe n yang memiliki kekuatan genggam tangan rendah adalah sebesar 31,7%. Hasil uji analisis bivariat, mendapatkan adanya hubungan yang berrnakna antara penyakit DM tipe n dengan KGT yang lemah (OR, 2,331; 95% CI, 1,154-4,710; p: 0,017). Pada analisis multivariat didapatkan variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan KGT adalah DM tipe II (OR, 4,052; 95% CI, 1,776-9,245; p: 0,001), status nutrisi (OR, 2,369; 95% CI, 1,155-4,860; p: 0,019), dan usia (OR, 3,338; 95% CI, 1,547-7,203; p: 0,002).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhian Akbar
Abstrak :
ABSTRAK
Proses penuaan memberi dampak pada fungsi tubuh manusia, salah satunya adalah sarcopenia. Sarcopenia adalah pengurangan keseluruhan massa otot skeletal dan kekuatan secara progresif. Kondisi ini bisa berkembang menjadi lemah. Frailty akan menyebabkan perubahan keseimbangan energi yang malnutrisi. Pengurangan status Gizi biasanya ditemukan pada pasien usia lanjut. Jika tidak dirawat dengan benar, negara bisa progresif. Selain itu, kekuatan genggaman tangan yang dikenal memiliki beberapa kaitan dengan beberapa kondisi pada lansia seperti sarkopenia dan kerapuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kekuatan genggaman tangan dan status gizi. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang dilakukan di Poliklinik Geriatrik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk pasien geriatri antara Januari September 2016. Kekuatan genggaman tangan dan status gizi diukur menggunakan Jamar Dynamometer dan Mini Nutritional Assessment. Dari 98 pasien, median kekuatan genggaman tangan adalah 18. Ada 6 pasien 6,1 dengan malnutrisi dan 59 pasien 60,2 dengan risiko kekurangan gizi dan 33 pasien 33,7 dengan status gizi normal. Berdasarkan uji korelasi Pearson, kekuatan genggaman tangan berhubungan dengan status gizi p 0,008 dan r 0,268. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kekuatan genggaman tangan berhubungan dengan status gizi.
ABSTRAK
Process of aging give some impact to function of human body, one of them is sarcopenia. Sarcopenia is overall reduction of skeletal muscle mass and power progressively. This condition can develop become frailty. Frailty will lead to change of energy balance which is malnutrition. Reduction of Nutritional status is commonly found in elderly patient. If it is not treated properly, the state can be progressive. Besides, hand grip strength well known has some association to several condition in elderly such as sarcopenia and frailty. The aim of this research is to find the correlation between hand grip strength and nutritional status. This research using cross sectional design was conducted in Geriatric Policlinic of Cipto Mangunkusumo Hospital to geriatric patients between January September 2016. Hand grip strength and nutritional status was measured using Jamar Dynamometer and Mini Nutritional Assessment. From 98 patients, the median of hand grip strength was 18. There were 6 patients 6,1 with malnutrition and 59 patients 60,2 with risk of malnutrition and 33 patients 33,7 with normal nutritional status. Based on Pearson correlation test, hand grip strength has correlation with nutritional status p 0,008 and r 0,268 . The conclusion of this research is hand grip strength has correlation with nutritional status.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euphemia Seto Anggraini W
Abstrak :
Latar Belakang: Pendekatan indeks frailty 40 item (FI-40) dianggap sebagai alat terbaik untuk evaluasi mortalitas dan hospitalisasi sindrom frailty, tetapi sulit diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari. Pendekatan dengan sistem skor CHS, SOF, dan FI-CGA lebih mudah diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari, namun hingga saat ini belum ada data validasi di Indonesia. Tujuan: Mendapatkan rekomendasi mengenai alat ukur sindrom frailty yang mudah diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan pendekatan uji diagnostik yang dilakukan pada pasien di poliklinik Geriatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dengan usia ≥60 tahun, pada periode Mei-Juni 2013. Setiap subjek dinilai menggunakan sistem skor CHS, SOF, FI-CGA, dan FI-40. Dilakukan penilaian sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (NPP), nilai prediksi negatif (NPN), rasio kemungkinan positif (RK+), dan rasio kemungkinan negatif (RK-) untuk masing-masing sistem skor CHS, SOF, dan FI-CGA dibandingkan dengan FI-40. Hasil: Proporsi individu yang termasuk dalam kategori frail, pre-frail, dan fit berdasarkan indeks frailty 40 item berturut-turut adalah 25,3%, 71%, dan 3,7%. Untuk membedakan individu frail dengan tidak frail, skor CHS memiliki sensitivitas 41,2%, spesifisitas 95%, NPP 73,7%, NPN 82,7%, RK+ 8,41 dan RK- 0,62. Skor SOF memiliki sensitivitas 17,6%, spesifisitas 99,5%, NPP 92,3%, NPN 78,1%, RK+ 35,2 dan RK- 0,83. Sedangkan skor FI-CGA memiliki sensitivitas 8,8%, spesifisitas 100%, NPP 100%, NPN 76,4%, RK+ tak terbatas, dan RK- 0,91. Kesimpulan: Tidak ada sistem skor yang dapat digunakan sebagai alat skrining yang baik untuk sindrom frailty, namun masing-masing sistem skor dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang baik untuk sindrom frailty. ...... Background: The Frailty Index 40-item (FI-40) approach is considered the best tool for evaluating mortality and hospitalization outcomes related to frailty syndrome, although it is challenging to implement in daily clinical practice. The CHS, SOF, and FI-CGA scoring systems are easier to use in daily practice, but there is no validation data available in Indonesia. Aim: To obtain recommendations for a frailty syndrome diagnostic tool that is easy to implement in daily clinical practice in Indonesia. Methods: This was a cross-sectional study with a diagnostic test approach conducted on patients aged ≥60 years at the Geriatric Outpatient Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital from May to June 2013. Each subject was assessed using the CHS, SOF, FI-CGA, and FI-40 scoring systems. Sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV), negative predictive value (NPV), positive likelihood ratio (LR+), and negative likelihood ratio (LR-) were calculated for each scoring system compared to FI-40. Results: The proportions of frail, pre-frail, and robust individuals based on the 40-item frailty index were 25.3%, 71%, and 3.7%, respectively. To differentiate between frail and non-frail individuals, the CHS score showed a sensitivity of 41.2%, specificity of 95%, PPV of 73.7%, NPV of 82.7%, LR+ of 8.41, and LR- of 0.62. The SOF score showed a sensitivity of 17.6%, specificity of 99.5%, PPV of 92.3%, NPV of 78.1%, LR+ of 35.2, and LR- of 0.83. The FI-CGA score showed a sensitivity of 8.8%, specificity of 100%, PPV of 100%, NPV of 76.4%, LR+ infinite, and LR- of 0.91. Conclusion: No scoring system was found to be suitable as a screening tool for frailty syndrome; however, all scoring systems can be used as effective diagnostic tools for frailty with good predictive ability.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library