Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amira Aulia Musnadi
"Streptococcus macedonicus MBF10-2 adalah suatu galur bakteri asam laktat yang
bersifat GRAS (generally recognized as safe). S. macedonicus MBF10-2 telah
dikembangkan selama ini untuk pemanfaatan dalam bidang farmasi dan kesehatan, salah
satunya sebagai bahan aktif perawatan kesehatan kulit dalam bentuk lisat antibakteri.
Penggunaan lisat dalam produk perawatan kesehatan kulit beberapa dekade terakhir telah
terbukti efektif, misalnya untuk mengatasi masalah penuaan kulit. Parameter uji aktivitas
antioksidan dalam penuaan kulit akibat radikal bebas diuji cobakan dalam penelitian
terhadap S. macedonicus MBF10-2 yang berupa lisat hasil pelisisian sel maupun cell free
supernatant (CFS) sebagai pembanding. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji
aktivitas antioksidan dan sensitivitas lisat serta CFS S. macedonicus MBF10-2 terhadap
kulit manusia. Lisat dan CFS didapatkan dari penelitian terdahulu yang selanjutnya
difraksinasi dan disimpan dalam bentuk kering beku. Uji antioksidan dilakukan dengan
metode DPPH berdasarkan nilai IC50 dan uji sensitivitas dilakukan dengan metode patch
test. Hasil percobaan dengan 3 kali pengulangan menunjukkan bahwa metode fraksinasi
dan pengeringan beku bersifat reproducible. Nilai IC50 lisat sebesar 840 μg/ml
menunjukkan aktivitas antioksidan sangat lemah, sementara nilai IC50 fraksi-fraksi CFS
sebesar 16.050 μg/ml; 11.945 μg/ml; dan 13.488 μg/ml berarti tidak ada aktivitas
antioksidan. Uji sensitivitas kulit memberikan hasil negatif dimana fraksi lisat dan CFS
tidak menyebabkan alergi dan iritasi sehingga aman terhadap kulit manusia.
......Streptococcus macedonicus MBF10-2 is a species from the lactic-acid bacteria (LAB)
group that is generally recognized as safe (GRAS). S. macedonicus MBF10-2 has been
developed for pharmaceutical and healthcare benefits, one of which is an active ingredient
for skin care in the form of antibacterial lysate. In the last decade, application of lysate as
skin care products has proven to be effective to overcome premature skin aging. The
parameter of antioxidant in skin aging due to free radicals were tested in a study of S.
macedonicus MBF10-2 lysate in comparison with cell free supernatant (CFS). The
purpose of this study is to examine the antioxidant activity and the sensitivity of S.
macedonicus MBF10-2 lysate and CFS on human skin. The lysate and CFS are obtained
from previous study which are then fractionated and stored in freeze dried form.
Antioxidant assay is carried out by DPPH method based on the IC50 value and skin
sensitivity test is demonstrated by patch test. The results show that the fractionation and
freeze dry method are reproducible which was carried out in triplicates. The IC50 value of
the lysate is 840 μg/ml indicating the lysate is a very weak antioxidant, meanwhile the
IC50 value of the CFS fractions are 16.050 μg/ml; 11.945 μg/ml; and 13.488 μg/ml
showing that the CFS fractions do not possess any antioxidant activity. Skin sensitivity
test resulted negative, which proves that each fraction of lysate and CFS is non-allergenic
and non-irritating therefore it is safe for the human skin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nessya Dwi Setyorini
"Latar belakang: Tenaga kerja bongkar muat (TKBM) semen merupakan kelompok kerja yang berisiko tinggi mengalami dermatitis kontak akibat kerja (DKAK). DKAK yang terjadi pada TKBM semen di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta dapat mengganggu aktivitas, cara kerja, dan produktivitas pelabuhan tersebut. Potasium dikromat, nikel sulfat, dan kobalt klorida merupakan komponen utama yang terkandung dalam semen. Tujuan: Mengetahui proporsi kepositifan hasil uji tempel potasium dikromat, nikel sulfat, dan kobalt klorida pada TKBM semen serta mengidentifikasi berbagai faktor yang berhubungan. Metode: Penelitian potong lintang ini melibatkan 72 TKBM semen dengan DKAK berdasarkan Kriteria Mathias. Uji tempel dilakukan menggunakan g-Allergen potasium dikromat 0,5%, nikel sulfat 5%, dan kobalt klorida 1%. Tingkat pajanan debu semen ditentukan menggunakan indeks pajanan dengan rumus berdasarkan metode penilaian semi kuantitatif. Kelengkapan penggunaan alat pelindung diri (APD) dan berbagai faktor lainnya juga dievaluasi. Hasil: Sebanyak 20 (27,8%), 7 (9,7%), dan 4 (5,6%) di antara 72 pekerja menunjukkan reaksi positif potasium dikromat, nikel sulfat, dan kobalt klorida secara berurutan. Terdapat hubungan bermakna antara kelengkapan penggunaan APD, riwayat atopi keluarga, dan tingkat pajanan debu semen dengan kepositifan potasium dikromat (OR 0,4, 95% IK 0,2-0,8; OR 7,7, 95% IK 2,1-27,5; OR 36,1, 95% IK 3,1-420,9, secara berurutan). Berdasarkan analisis multivariat terdapat hubungan bermakna riwayat atopi keluarga dengan kepositifan potasium dikromat (OR 4,9, 95% IK 1,2-20,2). Kesimpulan: Potasium dikromat merupakan alergen utama penyebab DKAK pada TKBM semen. Walaupun DKAK akibat nikel atau kobalt lebih jarang terjadi, namun perlu dilakukan juga upaya pencegahan terhadap kedua alergen ini. Kelengkapan penggunaan APD perlu ditingkatkan secara efektif
......Background: Occupational contact dermatitis (OCD) is one of the most common work-related illnesses among the cement-cargo workers of Sunda Kelapa Harbour Jakarta. Occupational contact dermatitis can disrupt activities, work, and productivity. Potassium dichromate, nickel sulphate, and cobalt chloride are the main components contained in cement. Objective: To assess the positivity proportion of potassium dichromate, nickel sulfate, and cobalt chloride patch test among workers with occupational contact dermatitis (OCD), as well as identifying the associated factors. Methods: This cross-sectional study included 72 workers with OCD based on Mathias Criteria. Patch test was performed using g-Allergen with 0.5% potassium dichromate, 5% nickel sulfate, and 1% cobalt chloride. Occupational cement exposure rating was determined from the exposure index using the equation based on semi-quantitative method. Personal protective equipment (PPE) usage and other risk factors were also evaluated. Results: Twenty (27.8%), 7 (9.7%), and 4 (5.6%) of 72 patch-tested workers showed positive reactions to potassium dichromate, nickel sulfate, and cobalt chloride, respectively. Bivariate analysis confirmed an association between complete use of PPE, family atopy status, occupational cement exposure rating and positivity of potassium dichromate (OR 0.4, 95% CI 0.2-0.8; OR 7.7, 95% CI 2.1-27.5; OR 36.1, 95% CI 3.1-420.9, respectively). Based on multivariate analysis, there is an association between family atopy status and positivity of potassium dichromate (OR 4.9, 95% CI 1.2-20.2). Conclusion: Potassium dichromate is a prominent allergen in cement-cargo workers. Although contact to other allergens such as nickel or cobalt is less frequent, prevention should also address these allergens. Complete PPE usage should be promoted effectively"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library