Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afriyandi Amin
"Dalam skripsi ini akan dibahas fenomena path loss pada propagasi indoor untuk frekuensi 2,4 GHz DSSS wireless LAN. Akan dilihat pengaruh karakteristik ruangan terhadap parameter path loss exponent. Dengan mengetahui parameter tersebut maka dapat dipekirakan besarnya path loss untuk jarak tertentu yang nantinya dapat digunakan untuk mengetahui jangkauan dari sistem DSSS Wireless LAN yang digunakan. Hal ini sangat berguna untuk mendesain penempatan suatu Access Point. Selain itu pada skripsi ini juga akan dibahas mengenai unjuk kerja kecepatan penerimaan data pada user untuk beberapa kondisi. Pengukuran dan penelitian pada skripsi ini dilakukan pada beberapa ruangan yang ada di Divisi RisT1 PT. Telkom, Bandung dengan menggunakan perangkat RoamAbout Wireless LAN 802,11b.
Hasil perhitungan dan pengolahan data pada skripsi ini menunjukkan bahwa tiap-tiap ruangan yang dijadikan obyek penelitian ternyata mempunyai path loss exponent yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena karakteristik masing-masing ruangan berbeda satu sama lain. Dengan demikian jangkauan maksimum dari access point juga bervariasi untuk tiap ruangan. Untuk analisa unjuk kerja kecepatan penerimaan data ternyata pengaruh dari jumlah user dan adanya sumber interfensi dapat mengurangi tingkat kecepatan penerimaan data bila dibandingkan dengan hanya menggunakan satu user dan tanpa adanya sumber interferensi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuadi Hasan
"Dalam penentuan lokasi suatu mobile terminal yang berada pada jangkauan Cell BTS dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain angle of arrival positioning, time of arrival positioning (TOA), time differential of arrival (TDOA), Enhanced Observed Time Differential (E-OTD), CGI+TA, CGI++ dan lain sebagainya. Pada metode CGI++ ini didasarkan pada Cell ID dan Rx level atau kuat sinyal yang diterima dari mobile terminal. Untuk menentukan jarak antara mobile terminal dengan BTS yang terdekat dilakukan berdasarkan kuat sinyal yang diterima dari mobile terminal dengan menggunakan Lee Path Loss Method, selanjutnya dengan Triangulation Method untuk menentukan titik atau koordinat dari mobile terminal.
Simulasi dilakukan untuk memperoleh koordinat mobile terminal dengan menghitung nilai dari besarnya daya yang diterima oleh mobile terminal. Besarnya error yang terjadi pada simulasi bervariasi dari 0.005092% sampai 0.009292% untuk longitude dan 0.004292% sampai 0.008659% untuk latitude serta error yang terjadi dalam meter adalah 860.8378 sampai 1630.653 meter.

In determining of mobile location, a mobile terminal that in the Cell of BTS area can be determine using many method such as Angle of Arrival Positioning (AOA), Time of Arrival Positioning (TOA), Time Differential of Arrival (TDOA), Enhanced Observed Time Differential (E-OTD), CGI+TA, CGI++, etc. CGI++ method using Cell ID and Rx level or power received of mobile terminal to determine location of mobile terminal. Lee Path Loss method used to calculate the distance of mobile terminal with the BTS that serving or neighboring BTS based of power received. Than Triangulation Method used to determine the point or coordinate the mobile terminal.
The simulation is executed for getting accuracy the point or coordinate of mobile terminal. The point or coordinate that is getting by calculation is compared to the point or coordinate of mobile terminal using GPS. Calculation errors what was gotten are variety from 0.005092 - 0.009292% for longitude's error, 0.004292 - 0.008659% for latitude's error and error in meter are 860.8378 to 1630.653 meters.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51161
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ayu Ardiani
"ABSTRAK
Perkembangan Wireless Body Area Network dalam dunia telemedis terus meningkat seiring kebutuhan dan peningkatan pelayanan, walaupun begitu bentuk komunikasi yang efisien dan efektif menjadi hal yang sangat penting untuk setiap jenis jaringan komunikasi tanpa kabel. Salah satu komponen yang paling penting dalam perhitungan perancangan jaringan komunikasi adalah eksponen path loss. Bedasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik propagasi untuk komunikasi on-body dan off-body dengan membandingkan simulasi dan pengukuran menggunakan antena tekstil magnetik pada frekuensi 2.45 GHz dan 924 MHz dengan variasi jarak dalam kondisi LOS dan NLOS. Pada skripsi ini, digunakan friss formula untuk mendapatkan nilai eksponen path loss yang menunjukkan karakteristik dari propagasi. Perhitungan nilai eksponen path loss untuk simulasi dan pengukuran pada komunikasi on-body dengan kondisi LOS dan NLOS berada diantara 1.7-2.1 sedangkan off-body dengan kondisi LOS dan NLOS berada diantara 2.1-5.2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tubuh mempengaruhi nilai eksponen path loss dan memiliki karakteristik tersendiri.Kata Kunci:Antena Tekstil, Pengukuran Path Loss, Komunikasi on-body off-body, Frekuensi Ganda.

ABSTRACT
Evolution of Wireless Body Area Network WBAN in telemedicine field keep increased along with needs and enchancement of services, nevertheless an efficient and effective form of communication becomes essential for any type of wireless communication network. One of the most important parameter for designing communication network is path loss exponent. Based on that, the purpose of this research is to know the propagation characteristics for on body and off body communication by comparing the simulation and measurement using magnetic textile antenna at 2.45 GHz and 924 MHz with distance variation in LOS and NLOS conditions. In this thesis, friis formula is used to get the path loss exponent value that shows the characteristics of propagation. The calculation of path loss exponent value for simulation and measurement for on body communication with LOS and NLOS conditions are between 1.7 2.1 while off body with LOS and NLOS conditions are between 2.1 5.2. These results show that the body affects path loss exponents value and has its own characteristics.Keywords Textile Antenna, Path Loss Measurement, On body Off body communication, Dual band"
Lengkap +
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Azhar Abdillah
"ABSTRACT
Beberapa tahun kebelakang ini telah terjadi pertumbuhan yang sangat cepat di bidang komunikasi radio dan teknologi nirkabel. Seiring munculnya layanan baru, divais nirkabel, dan peningkatan jumlah data yang ditransmisikan antara sesama pengguna divais nirkabel, maka optimasi sistem komunikasi nirkabel di suatu area geografis sangat dibutuhkan. Salah satu caranya adalah dengan membuat model propagasi gelombang. Skripsi ini membahas model propagasi gelombang radio pada lingkungan microcellular menggunakan metode ray tracing. Metode ray tracing yang berdasarkan geometrical optics GO dan uniform theory of diffraction UTD , digunakan untuk menghitung rugi-rugi lintasan sepanjang jalur tertentu pada lingkungan line-of-sight LOS maupun non-line-of-sight NLOS . Konfigurasi dan parameter yang digunakan bertujuan untuk mengetahui karakteristik propagasi gelombang berdasarkan material pemantul, tinggi antena, lebar jalan, frekuensi karir dan jenis polarisasi yang digunakan. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh bahwa frekuensi karir yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai rugi-rugi lintasan, kemudian ketika tinggi antennapemancar meningkat, makabreakpoint meningkat sehingga tingkat atenuasi daya berkurang. Diperoleh path loss exponent pada skenario urban canyon berkisar pada 1.1 hingga 2.1. Diperoleh pula hasil simulasi dengan metode ray tracing pada skenario yang spesifik memiliki kecocokan dengan urban microcellular UMi path loss model. Pada area Nihonbashi diperoleh nilaipath loss exponent pada kisaran 1.5 hingga 2.3 dan pada lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia pada kisaran 1.3 hingga 2.1.

ABSTRACT
In the past few years there has been a very rapid growth in the field of radio communications and wireless technology. As new services emerge, wireless devices, and an increase in the amount of data transmitted between wireless device users, the optimization of wireless communications systems in a geographical area is needed. One way is to make wave propagation model. This thesis discusses radio wave propagation model in microcellular environment using ray tracing method. The ray tracing method based on geometrical optics GO and uniform theory of diffraction UTD , is used to calculate track losses along certain paths in line of sight LOS and non line of sight NLOS environments. The configuration and parameters used to find out the wave propagation characteristics based on reflector material, antenna height, road width, career frequency and type of polarization used. Based on the simulation result, it is found that the career frequency used has a significant influence on the path loss value, then when the transmitter height increases, the break point increases so that the power attenuation level decreases. It is obtained that the path loss exponent in the urban canyon scenario ranges from 1.1 to 2.1. The simulation results obtained by ray tracing method in a specific scenario have a compability with urban microcellular UMi path loss model. In the Nihonbashi area the path loss exponent value is obtained in the range 1.5 to 2.3 and in the environment of the Faculty of Engineering University of Indonesia in the range of 1.3 to 2.1."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Zahid Fathurrahman
"ABSTRACT
Penggunaan dan perkembangan dari teknologi telekomunikasi menjadi perhatian utama dalam era ICT ini. Menurut CISCO VNI Mobile 2017, diprediksikan pada tahun 2021 bahwa perangkat yang terhubung ke jaringan data mencapai 11.6 milyar. Dari perangkat tersebut, sebesar 86 merupakan perangkat smartphone. Untuk mengakomodasi hal tersebut, perancangan jaringan seluler butuh dimaksimalkan dengan melakukan pemodelan berdasarkan kondisi geografis. Pemodelan bisa dilakukan dengan menggunakan metode Physical Optic PO untuk pengaruh terhadap refleksi ground dan dinding bangunan. Digunakan pendekatan metode PO near to far field untuk didapatkan waktu komputasi yang lebih cepat. Pemodelan dilakukan untuk mengetahui mengetahui pengaruh ketinggian transmitter dan lebar jalanan terhadap path loss pada kondisi Line of Sight LOS maupun Non Line of Sight NLOS. Pada kondisi LOS didapatkan nilai Path Loss Exponent PLE sebesar 1.9 ndash; 2.2, sedangkan pada kondisi NLOS didapatkan dengan nilai 3.1 ndash; 3.2.

ABSTRACT
The use and development of telecommunication technology is a major concern in this ICT era. According to CISCO VNI Mobile 2017, it is predicted by 2021 that devices connected to data networks reach 11.6 billion. Out of these devices, 86 is a smartphone. To accommodate this, the design of cellular networks needs to be maximized by modeling based on geographical conditions. Modeling of cellular networks can be done by using Physical Optic PO method to influence the effect of ground reflection and wall reflection. The method of near to far field PO is used to obtain faster computation time. Modeling is done to fine out the influence of transmitter height and street width to path loss in Line of Sight LOS and Non Line of Sight NLOS condition. In the LOS condition, Path Loss Exponent PLE is 1.9 ndash 2.2, while NLOS condition is 3.1 ndash 3.2. "
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bisma Prabaswaramukti Fauzi
"Kasus penyebaran virus COVID-19 sudah menjadi seperti suatu fenomena alam yang sulit dihindarkan oleh setiap manusia di seluruh penjuru dunia. Penyebaran virus COVID-19 ini sering terjadi di tempat yang ramai aktivitas seperti ruang publik. Oleh karena itu, dibutuhkannya suatu sistem pendeteksi suhu tubuh manusia yang terhubung dengan server Internet of Things (IoT) dan dapat mengindikasikan kalau pihak yang diukur mengalami gejala COVID atau tidak. Gejala COVID yang diukur adalah suhu tubuh diatas 37,5 ℃. Perangkat ini akan diimplementasikan di tempat UMKM. Jenis perangkat yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh adalah sensor non-contact infrared. Sistem jaringan yang digunakan adalah jaringan LoRa. Data dari end-device akan ditransmisikan ke gateway rakitan menggunakan LoRa, dan akan diunggah ke IoT Server menggunakan protokol TCP/IP. Parameter pengujian dari perangkat ini adalah uji sistem dan uji QoS. Pada pengujian sistem, pengujian error pada pengukuran suhu tubuh di end-device menghasilkan nilai sebesar 1,65 %. Selain itu, nilai Packet Error Rate (PER) pada transmisi data device-to-gateway mencapai 25% Kemudian, pada pengujian QoS dari LoRa, terdapat beberapa parameter yang diuji pada kondisi NLOS dan LOS seperti Packet Delivery Ratio (PDR), RSSI, SNR, delay, dan path loss. Pada kondisi LOS, parameter diuji pada 5 jarak yang berbeda dengan rentang jarak 100 m, 200 m, 300 m, 400 m, dan 500 m. Nilai PDR yang diperoleh berada pada interval 80% sampai 95%. Selanjutnya parameter pada kondisi NLOS hanya diuji pada interval 100 m sampai dengan 450 m. Pada uji PDR, nilai PDR yang diperoleh adalah dari interval 77,5% sampai 87,5%. Oleh karena itu, hasil perancangan arsitektur ini menunjukkan bahwa model tersebut dapat diterapkan di area UMKM untuk pendataan suhu tubuh pelanggan.

The COVID-19 virus has become a natural phenomenon that is difficult to avoid by every human being in all corners of the world. The spread of the COVID-19 virus often occurs in places full of activity, such as public spaces. Therefore, a human body temperature detection system connected to an Internet of Things (IoT) server is needed to indicate whether a person is experiencing symptoms of COVID or not. The measured COVID symptom is a body temperature above 37.5 ℃. This device will be implemented in the Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) area. The type of device used to measure body temperature is a non-contact infrared sensor. The network system used is the LoRa network. The end device data will be transmitted to the assembled gateway using LoRa and uploaded to the IoT Server using TCP/IP protocol. The test parameters of this device are system testing and QoS testing. In the system testing simulation, the percentage error for body temperature measurements at the end device resulted in a value of 1.65%. Moreover, the Packet Error Rate (PER) of the device-to-gateway communication is at 25%. In the LoRa QoS test, several parameters are tested under NLOS and LOS propagation conditions, such as Packet Delivery Ratio (PDR), RSSI, SNR, delay, and path loss. In the LOS conditions, the parameters were tested at five different distances with a range of 100 m, 200 m, 300 m, 400 m, and 500 m. The PDR value is at intervals of 80% to 95%. Furthermore, the parameters in the NLOS condition were only tested at an interval of 100 m to 450 m. In the PDR test, the value gains at intervals 77,5% to 87,5 %. Therefore, this architecture design result indicates that the model is possible to implement in the MSMEs area for collect customer's body temperature."
Lengkap +
Depok`12: Fakultas Teknik, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Yohanna
"[ABSTRAK
Pemodelan kanal propagasi menjadi isu penting di dalam sistem komunikasi nirkabel body-centric (BWCS) yang efektif dan efisien. Prediksi karakteristik path loss dapat membantu estimasi kekuatan sinyal yang diterima, optimasi dan analisis interferensi, perancangan dan analisis link budget, serta estimasi ukuran coverage. Model path loss terdiri dari tiga klasifikasi, yaitu model deterministik, empiris dan semi-empiris.
Tujuan dari skripsi ini ialah mengestimasi model path loss berdasarkan hasil pengukuran pada komunikasi off-body dan on-body dengan menggunakan antena tekstil yang bekerja di frekuensi ISM 2,45 GHz di Anechoic Chamber, serta menganalisis karakteristik kanal propagasinya. Pada skripsi ini digunakan model path loss semi-empiris. Dari berbagai model yang digunakan untuk memodelkan path loss hasil pengukuran komunikasi off-body dan on-body, menunjukkan nilai root mean square error (RMSE) jauh di bawah 6 dB.
Dalam skripsi ini juga dilakukan estimasi model kanal propagasi dari tiap skenario pengukuran komunikasi off-body dan on-body yang dilakukan. Pendekatan model kanal dilakukan dengan melihat kesesuaian distribusi path loss hasil pengukuran dengan jenis model kanal yang diuji. Model kanal uji yang dipakai meliputi model distribusi log-normal, Nakagami, Rayleigh, dan Ricean. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada komunikasi off-body, model distribusi Ricean dan Nakagami sama baiknya dalam merepresentasikan data pengukuran. Selain itu, pada komunikasi on-body, fungsi distribusi kumulatif (CDF) pada model Ricean lebih mendekati hasil pengukuran daripada distribusi Nakagami.

ABSTRACT
, Channel propagation modeling is very essential for effective and efficient performance in body-centric wireless communications system (BWCS). Path loss characteristics prediction plays an important role in estimation of received signal strength, interference optimization and analysis, link budget design and analysis, and coverage area estimation. The Path loss models are commonly classified as deterministic, empirical, or semi-empirical model.
This bachelor thesis is aimed to estimate path loss model based on off-body and on-body communications measurement results in Anechoic Chamber by using a textile antenna at 2,45 GHz of ISM band, and to analyze propagation channel characteristics. In this study, semi-empirical path loss model is adopted. From various path loss models that are used to estimate the propagation channel model from the measurement results in off-body and on-body communications, each root mean square errors (RMSE) of the predicted model is less than 6 dB.
This thesis also estimates propagation channel model of several off-body and on-body measurement scenarios. The approached channel model is conducted by comparing the measured path loss data with some theoretical channel distribution models. Those models are log-normal, Nakagami, Rayleigh, and Ricean distribution model. The data analysis showed that as for off-body communication, either Nakagami or Ricean distribution model is equally well suited for representing the measured data. Moreover, as for on-body communication, the Ricean distribution model is suited to the measured data rather than the Nakagami model in terms of its cumulative distribution function (CDF).]
"
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59870
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library