Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Simanjuntak, Loli Jendrianita
"The recent advances of endoscopic examination had proven that source of upper gastrointestinal bleeding in liver cirrhosis is not always caused by esophageal varices rupture but also gastric mucosal lesion. The prevalence of gastric ulcer in patients with liver cirrhosis is higher than healthy individuals. Imbalance of defensive and aggressive factors of gastric mucosa may involve in development of portal hypertensive gastropathy (PHG). Several studies reported hemodynamic changes associated wuth portal hypertension causing decreased mucus layer thickness as one of mechanism of PHG. Other dialogic factors of PHG were hypoacidity, hypergastrinemia, reduced hexosamin concentration, mucus metabolic function associated with decreased prostaglandin E2, and increased nitric oxyde which had caused mucus wall thickness changes. Gastric mucus damage induced by portal hypertension has important role in the pathogenesis of gastric ulcer in liver cirrhosis."
The Indonesia Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy, 2004
IJGH-5-3-Des2004-95
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyakit dengue masih merupakan masalah kesehatan penting di sebagian besar Negara tropis dan subtropis. Dalam dua dekade terakhir terjadi lonjakan drastis baik jumlah kasus maupun daerah endemik di samping peningkatan keparahan penyakit (DHF/DSS). Meski telah dipelajari secara intensif, belum dipahami benar bagaimana mekanisme infeksi dengue berkembang menjadi DHF/DSS. Sejauh ini diketahui baik faktor inang maupun virulensi virus terlibat dalam menentukan keparahan penyakit. Studi-studi terbaru melaporkan perbedaan struktural genom di antara virus dengue yang memberikan manifestasi klinis berbeda. Perbedaan ini kemungkinan berhubungan dengan patogenesis penyakit. (Med J Indones 2004; 13: 190-4)

Dengue disease are reemerging disease and major health concern in tropical and subtropical regions because of the increasing number of patients, expanding endemic areas and increased occurrence of severe clinical manifestation (DHF/DSS) in the last two decades. Despite extensive studies, it is not fully elucidated mechanism by which dengue infection progress to DHF/DSS. Information obtained so far indicates that both host-related factor and virus virulence are involved. Recent studies have shown several structural differences of dengue virus genome between those associated with DF only and those with the potential to cause DHF. That genome differences might be correlated with pathogenesis. (Med J Indones 2004; 13: 190-4)"
Medical Journal of Indonesia, 13 (3) Juli September 2004: 190-194, 2004
MJIN-13-3-JulSep2004-190
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Cambridge University Press, 1992
616.92 MOL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pohan, Herdiman Theodorus
"Interleukin (IL)-18 (interferon-g inducing factor) merupakan salah satu sitokin yang diproduksi makrofag, berperan dalam diferensiasi sel T-helper menjadi T-helper-1, dan produksi interferon g. T-helper-1 berperan dalam imunitas seluler khususnya pada infeksi virus termasuk infeksi dengue. Dilakukan studi deskriptif korelatif mengenai hubungan kadar IL-18 dengan derajat penyakit pada penderita demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) yang dirawat. Pada 42 subyek yang terdiri dari 20 (47,6%) penderita demam dengue dan 22 (52,3%) demam berdarah dengue (derajat I sampai IV menurut kriteria WHO tahun 1999). Didapatkan kadar IL-18 secara bermakna lebih tinggi pada DHF dibandingkan DF. Didapatkan korelasi kadar IL-18 dengan nilai hematokrit dan hitung trombosit. Studi ini menunjang kemungkinan keterlibatan IL-18 dalam patogenesis DBD pada pasien dewasa. (Med J Indones 2004; 13: 86-9)

Interleukin (IL)-18 ( interferon-g inducing factor) is one of cytokines, produced by macrophage, take part in differentiation T-helper (Th) to Th1 and interferon g producing. T-helper1 play role in cellular immunity especially in viral infection include dengue. A descriptive correlative study has done to know the correlation between IL-18 levels and disease severity in admitted dengue fever (DF) and dengue hemorrhagic fever (DHF) patients. In 42 subjects consist of 20 (47.6%) DF and 22 (53.3%) DHF (grade I to IV WHO criteria, 1999) showed that IL-18 levels significantly higher in DHF than DF patients. There are significant correlation between IL-18 levels and hematocrit and low platelet value. This study supports the possible role of IL-18 in pathogenesis DHF in adults. (Med J Indones 2004; 13: 86-9)"
Medical Journal of Indonesia, 2004
MJIN-13-2-AprilJune2004-86
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zen Hafy
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Preeklampsia adalah salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering ditemukan dan berakibat serius bagi ibu dan janin, dengan angka kejadian mencapai 5,8% pada kehamilan pertama dan 0,4% pada kehamilan kedua. Faktor penyebab preeklampsia belum diketahui, namun diyakini bahwa dasar gangguan preeklampsia terjadi pada plasenta dan ada indikasi keterlibatan faktor genetik yang bersifat poligenik. Keterlibatan DNA mitokondria (mtDNA) pada preeklampsia terlihat dari: (a) pola penurunannya yang cenderung bersifat maternal (b) insidennya tinggi pada beberapa keluarga dengan riwayat penyakit mitokondria [Torbergsen et al, 1989] (c) adanya penurunan aktivitas enzim sitokrom c oksidase (komplek enzim IV rantai respirasi mitokondria) pada jaringan plasenta penderita preeklampsia [Matsubara et al, 1997]. Penelitian ini secara umum dimaksudkan untuk mencari bukti-bukti yang lebih kuat tentang peran mitokondria dalam patogenesis preeklampsia. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan: (l) apakah mutasi titik mtDNA A3243G dan A12308G yang telah ditemukan pada keluarga di Finlandia dapat ditemukan juga pada penderita preeklampsia di Indonesia, (2) apakah terdapat kelainan fungsi enzim rantai respirasi pada preeklampsia (3) bagaimana prevalensi polimorfisme T16189C pada penderita preeklampsia dan kontrol di Indonesia (4) apakah latar belakang genetik mtDNA di populasi Indonesia berperan pada manifestasi klinik preeklampsia. Deteksi mutasi dan analisis latar belakang genetik mtDNA dilakukan dengan teknik PCR-RFLP. Teknik spektra heme digunakan untuk mengetahui konsentrasi sitokrom aa3, b dan cci dalam komplek-komplek enzim mitokondria.
Hasil dan Kesimpulan: Mutasi mtDNA A3243G dan A 12308G tidak ditemukan pada kelompok preeklampsia maupun kontrol. Ini memperkuat dugaan bahwa mutasi A3243G memang tidak spesifik untuk populasi Indonesia Hasil pengukuran spektra heme menunjukkan konsentrasi sitokrom b pada kelompok preeklampsia secara nyata lebih rendah dari kelompok kontrol. Prevalensi polimorfisme T16189C cenderung lebih tinggi pada kelompok preeklampsia. Konsentrasi sitokrom b pada penderita preeklampsia dengan polimorfisme T16189C, lebih rendah dari pada kontrol dengan polimorfisme yang sama, sedangkan kadar sitokrom b pada kelompok preeklampsia dan kontrol tanpa polimorfisme ini ternyata tidak berbeda. Sebaran haplogrup mtDNA pada kedua kelompok cukup merata, haplogrup B proporsinya hampir dua kali Iebih tinggi pada kelompok preeklampsia, sebaliknya haplogrup M Iebih banyak ditemukan pada kontrol, namun tampaknya variasi pada latar belakang genetik mtDNA ini tidak mempengaruhi manifestasi penyakit preeklampsia pada populasi Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T2686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusy Erawati
"Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang sering dijumpai dan salah satu penyebab disabititas serta nyeri. Osteoartritis banyak menyerang sendi penumpu berat badan seperti lutut, panggul dan tulang belakang. Prevalensi penyakit ini meningkat tajam pada usia lebih dan 55 tahun. Dan beberapa sendi penumpu berat badan, OA lutut paling sering dikeluhkan terutama pada wanita dan penderita obesitas. Pada suatu studi yang dilakukan oleh Mannoni dkk, prevalensi OA lutut di Italia diperkirakan 29,8%.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Cushnaghan dan Dieppe, dan seluruh gejala OA yang sirntomatik, 41,2% melibatkan sendi Iutut. Berdasarkan penelitian di Malang, diperkirakan masalah OA di Indonesia lebih besar jika dibandingkan negara barat. Lebih dari 85% penderita OA di Indonesia terganggu aktivitasnya terutama kesulit-in dalam jongkok, naik turun tangga dan berjalan. Pada suatu studi yang dilakukan oleh Bristol, menyatakan bahwa 15% subyek pada populasi yang berusia diatas 55 tahun terdapat keterbatasan aktivitas karena nyeri lutut yang terjadi hampir setiap hari dalam satu bulan selama satu tahun terakhir.
Konsep inflamasi sebagai salah satu patogenesis OA akhir-akhir ini banyak dibicarakan. Salah satu bukti yang mendukung konsep tersebut adalah ditemukannya peningkatan protein fase akut seperti C-Reactive Protein (CRP) serum penderita OA pada penelitian Spector dkk. Pada penelitian Kertia dkk ditemukan peningkatan jumiah lekosit, peningkatan ringan kadar protein, viskositas yang turun serta peningkatan berbagai mediator proinflamasi pada penderita OA. Ditemukannya ekspresi sitokin pada membran sinovial pasien OA lutut membuktikan peranan inflamasi pada patogenesis OA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Imelda
"Meningkatnya usia harapan hidup berdampak bertambahnya insideris penyakit muskuloskeletal. Diantara berbagai macam penyakit muskuloskeletal yang paling sering dijumpai yaitu osteoartritis (OA), artritis rematoid (RA), osteoporosis dan low back pani. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraselular. Kelainan utama pada osteoartritis adalah hilangnya rawan sendi secara progresif yang disertai perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkondral. sendi yang paling banyak terkena OA adalah lutut, panggul, lumbal dan servikal.
Insidens dan prevalensi OA bervariasi antar negara dan jumlahnya rneningkat sesuai bertambahnya usia. Menurut data WHO diperkirakan 10% penduduk dunia berusia lebih atau sama 60 tahun menderita OA. Insidens OA pada perempuan lebih tinggi yaitu 2,95 per 1000 populasi dibandingkan laki-laki yaitu 1,71 per 1000 populasi. Faktor gender pada OA diduga berkaitan dengan hormon estrogen.
Patogenesis OA pada awalnya dianggap hanya akibat proses degenerasi, tetapi kelainan yang ditemukan seperti efusi sendi, kekakuan sendi, dan nodes makin menguatkan adanya proses inflamasi. Proses biomekanik pada sendi penumpu berat badan seperti pada OA lutut tidak bisa menjelaskan kejadian OA pada sendi jari tangan yang bukan sendi penumpu barat badan. Berbagai tanda molekular baik serum maupun cairan sendi dapat digunakan untuk mendiagnosis, menilai progresivitas, dan prognosis penyakit OA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21420
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Varga, John, editor
"This essential resource presents the most up-to-date information on scleroderma. A clear and concise synthesis of current concepts in pathogenesis and modern approaches to management, this book is comprised of the authoritative work of international experts. With an integrated multidisciplinary approach to comprehensive care, this book is easily accessible for health care professionals in many fields. It is a valuable resource for rheumatologists, pulmonologists, cardiologists, gastroenterologists, nephrologists and all those involved in the care of scleroderma patients.
"
New York: Springer, 2012
e20426013
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>