Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Josef Parsaulian
Abstrak :
Di negara-negara maju kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak yang didapatkan pada laki-laki dan memperlihatkan peningkatan sejak 40 tahun yang lalu, jauh melebihi kanker lain. Sementara Kekerapan kanker paru belakangan ini mulal menunjukkan kecenderungan menurun menyusul menurunnya konsumsi rokok yang dianggap salah satu penyebab terjadinya kanker paru untuk negara-negara maju. Di Indonesia menunjukkan hal yang sebaliknya dengan makin banyaknya ditemukan penderita kanker paru dan 80% dari penderita ini adalah perokok. Dikatakan pula lingkungan udara yang tercemar oleh hasil gas buang baik dari pabrik ataupun kendaraan yang makin banyak, merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kanker paru. Khusus untuk kita di Indonesia dimana masih tingginya kasus Tuberkulosa paru maka lesifibrotik pada jaringan paru, dapat sebagai prediksi timbulnya kanker paru. Meskipun belum dapat dipastikan faktor mana yang paling berperan tetapi berbagai faktor ini mempertinggi resiko seseorang mendapatkan kanker paru. Di Jakarta sendiri kanker paru menduduki urutan ke 3 atau 4 diantara 10 jenis tumor ganas yang paling sering ditemukan. (16) Didalam penatalaksanaan kasus kanker paru penting diketahui a) jenis kanker (histopatologis) b) derajat (stadium) penyakit dan c) tampilan (performance status) penyakit tersebut. (16) Bidang radiologi mempunyai peranan yang sangat besar pada penatalaksanaan ini baik dalam diagnosa maupun untuk penentuan derajat atau stadium penyakit. Dalam penentuan derajat penyakit ini harus ditentukan eksistensi tumor serta perluasannya, terlibat atau tidaknya kelenjar getah bening dan kemungkinan adanya metastase. Banyak jenis pemeriksaan radiologis yang dapat dimanfaatkan untuk hal ini baik pemeriksaan konvensional ataupun pemeriksaan yang bersifat invasif. Tomografi komputer merupakan jenis pemeriksaan yang penting dalam bidang radiologi. Dikatakan jenis pemeriksaan ini selain bersifat tidak invasif juga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis pemeriksaan yang lain, baik didalam mengambarkan eksistensi massa tumor serta perluasannya maupun menilai kemungkinan adanya pembesaran kelenjar getah bening serta metastase.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martani Widjajanti
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Dwi Susanto
Jakarta: UI-Press, 2016
616.24 AGU o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suharyono
Abstrak :
LATAR BELAKANG PENELITIAN


Penyakit diare akut atau gastroenteritis akut merupakan satu penyakit penting di Indonesia yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian anak. Fenomena ini tercermin dalam laporan rumah-rumah sakit mengenai angka kesakitan dan kematian penderita diare di Bangsal Anak yang jauh melebihi penderita penyakit lain, yaitu sebanyak masing-masing 20 - 40 % dari jumlah bayi dan anak yang dirawat dan 10 - 20 % dari jumlah penderita diare yang dirawat.

Pada tahun 1967 dirawat sebanyak 2.085 penderita diare di Bangsal Anak R S Dr. Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta yang merupakan 37,2 % dari seluruh penderita anak (5.606) yang dirawat pada masa itu. Pada tahun 1974 dirawat sebanyak 1.233 anak dengan diare di bangsal yang sama, yaitu 27,2 % dari seluruh penderita anak (4.529) yang dirawat.

Pada Seminar Nasional Rehidrasi ke-I tahun 1974 dilaporkan tentang suatu penelitian longitudinal dan menyebutkan serangan diare dalam komunitas ialah 400 per tiap 1.000 penduduk setiap tahun dan kebanyakan (70 - 80 %) terdapat pada anak di bawah umur 5 tahun (Brotowasisto,. 1975). Banyak faktor, di antaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosioekonomi, edukasi akan menentukan jumlah serangan diare ini. Walaupun hanya sebagian kasus diare akan mengalami dehidrasi, namun banyak kasus akan meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan seperlunya.

Pada tahun 1975 diperkirakan terdapatnya sebanyak 500 juta serangan diare pada anak Asia, Afrika dan Amerika Latin yang mengakibatkan 5 sampai 18 juta kematian (Rohde dan Northrup, 1976). Angka kematian kasus diare yang dirawat di rumah sakit (sebelum tahun 1974) masih sangat tinggi, yaitu di atas 15 % di pelbagai rumah sakit di Indonesia; Sutejo dkk. (1961) melaporkan kematian sebesar 20,2 %; bahkan sampai tahun 1974, sebelum diadakan Seminar Nasional Rehidrasi ke-I pada tahun 1974, angka kematian masih tinggi seperti dilaporkan oleh Taslim dkk. (1974) sebesar 26,4 %; demikian Pula angka kematian oleh sebab diare karena Kolera seperti. dilaporkan oleh Ismoediyanto dan Haroen Noerasid (1963) sebesar 46,2 %.

Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut, Sejak sebelum tahun 1960 pada waktu angka kematian diare akut di Bangsal Anak RSCM/FKUI masih 60,2 %; diketahui bahwa komplikasi diare akut berupa asidosis merupakan salah satu penyebab utama kematian; maka cairan intravena yang semula terdiri dari glukosa dan NaCl 0,9 % dimodifikasi dengan menambahkan Nalaktat. Penggunaan cairan baru tersebut menyebabkan penurunan angka kematian dari 60,2 % menjadi 20,2 % (Sutejo dkk., 1961).
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Humaira
Abstrak :
Pre-eklampsia adalah sekumpulan sindrom klinis khusus kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang akan berhenti setelah kelahiran sang bayi. Faktor seperti genetik, imunologis, perilaku dan lingkungan terlibat dalam proses patologis pre-eklampsia. Di Indonesia sendiri, hipertensi adalah penyebab utama kedua dari kematian ibu. Berkurangnya konsentrasi Nitric Oxide NO diduga berperan dalam patogenesis pre-eklampsia karena Nitric Oxide NO berfungsi sebagai vasorelaksan dan antikoagulan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah konsentrasi Nitric Oxide sebagai penanda stres oksidatif untuk plasenta dengan pra-eklampsia pada usia 26-40 minggu menurun atau tidak. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional pada tahun 2016 dengan sampel jaringan plasenta manusia yang telah disetujui sebelumnya. Absorbansi diukur menggunakan reaksi Griess dan dianalisa dengan uji Mann-Whitney pada software SPSS. Uji Mann-Whitney membuktikan bahwa konsentrasi Nitric Oxide NO pada jaringan plasenta dengan pra-eklampsia akhir n = 12 lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi Nitric Oxide NO yang didapat dari jaringan plasenta kehamilan normal. Uji Mann-Whitney telah mengkonfirmasi hubungan antara konsentrasi Nitric Oxide NO dengan patogenesis preeklampsia. Oleh karena itu, Nitric Oxide NO dapat dianggap sebagai penanda stres oksidatif pada preeklampsia karena berperan penting dalam patogenesis preeklampsia.
Pre eclampsia PE is a clinical syndrome specific to pregnancy which are distinguished by hypertension and proteinuria that remits after delivery. Many factors such as genetic, environmental, behavioral and immunological factors are involved in the development of PE. In Indonesia itself, hypertension is the second leading cause of of maternal deaths. It is implied that reduced concentration of Nitric Oxide NO will induce the pathogenesis of PE as it can not function as vasorelaxant and anticoagulant factors well. The study aims to identify whether the concentration of Nitric Oxide as an oxidative stress marker for pre eclamptic placenta age 26 40 weeks decrease or not. The cross sectional study was held on 2016 with human placental tissue which have been consented before as the samples. The absorbance was measured using the Griess reaction and analyzed through SPSS Software using the Mann Whitney test. The result showed that the concentration of Nitric Oxide NO in late pre eclamptic placental tissues n 12 were lower compared to the concentration of Nitric Oxide NO taken from placental tissue of normal pregnancy. The Mann Whitney test has confirmed the relation of Nitric Oxide NO concentration to the pathogenesis of pre eclampsia. Therefore, Nitric Oxide NO can be considered as an oxidative stress marker to pre eclampsia as it plays a pivotal role in the pathogenesis of PE.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karta Sadana
Abstrak :
ABSTRAK Ruang Lingkup dan Cara penelitian : Benturan berulang akibat getaran yang ditimbulkan alat bor 'rack drill' , dapat merupakan jejas pada eritrosit dalam pembuluh darah telapak tangan para pengebor yang menggunakannya, sehingga dapat menimbulkan hemolisis intravaskuler dan hemoglobinuria. Untuk membuktikan hal tersebut dilakukan penelitian terhadap 31 orang pengebor yang menggunakan 'rock drill' di suatu Pertambangan Emas. Kepada para pengebor tersebut dilakukan anamnesis dan pemeriksaan jasmani. Sebelum dan sesudah menggunakan 'rock drill', para pengebar diperiksa kadar Hb, nilai Ht, kadar Hb plasma, hemoglobinurin dan hemosiderinurinnya. Hasil dan Kesimpulan : Sesudah menggunakan 'rock drill', kadar Hb plasma para pengebor meningkat (p < 0,002); ini menunjukkan adanya hemolisis intravaskuler. Jumlah hemolisis yang terjadi dipengaruhi oleh lamanya pemajanan getaran (is = 0,422 ; p < 0,002), dan cara memegang handel 'rack drill' (p = 0,04), tetapi tidak dipengaruhi oleh umur pengebor (p > 0,10), masa kerja sebagai pengebor (p > 0,105, dan kekuatan getaran 'rock drill' yang digunakan (p > 0,05). Hemolisis yang terjadi akibat pemajanan getaran 'rock drill' selama 1 jam 15 menit sampai dengan 3 jam 20 menit, tidak menimbulkan penurunan kadar Hb (p > 0,10), maupun nilai Ht (p > 0,05). Hemoglobinuria dijumpai pada 6 (19,35 pengebor (p > 0,10), sedangkan hemosiderinuria ditemukan pada semua pengebor yang menunjukkan bahwa proses hemolisis intravaskuler tersebut telah berlangsung kronis dan berulang.
ABSTRACT Scope and Method of Study: Repeated trauma due to rock drill vibration can cause intravascular Hemolysis and traumatic hemoglobinuria to the rock drillers. This study was carried out on 31 rock drillers in a gold mine to prove the occurrence of intravascular hemolysis and hemoglobinuria on the rock drillers. The study consists of interview, physical examination, and determination of hemoglobin level, hematocrite value, plasma hemoglobin level, hemoglobinurine, and hemosiderinurine before and after rock drill vibration exposure. Findings and Conclusions: After rock drill vibration exposure, the plasma hemoglobin level of the rock drillers increased ( p < 0,002). This finding indicates that there was an intravascular hemolysis. The degree of the hemolysis depended on the duration of the exposure (rs = 0,422; p < 0,002), and the manner of holding the rock drill handle- (p = 0,04), but it wasn't influenced by age (p > 0,10), work duration (p > 0,10), and the vibration intensity (p > 0,05). After one exposure ranging between 1 hour 15 minutes and 3 change the hemoglobin level (p > 0,10) nor the hematocrite value (p > 0,05). Hemoglobinuria was detected in 6 (19,35 7.) of the rock drillers (p > 0,10), and hemosiderinuria were found in all study subjects. The latter showed that the intravascular hemolysis was a chronic recurrent process.
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Procop, Gary W.
Abstrak :
Pathology of Infectious Diseases, by Gary W. Procop, MD, A Volume in the Foundations in Diagnostic Pathology Series, packs all of today's most essential information on infectious disease pathology into a compact, high-yield format! Well-organized and segmented by type of infectious organism, the book's pragmatic approach complemented by abundant full-color, high-quality photomicrographs and clinical photos, and at-a-glance tables makes it easy to access the information you need to quickly and accurately detect and identify pathogenic organisms. Chapters on immunohistochemical and molecular te.
London : Elsevier Health Sciences, 2014
616.904 75 PRO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover