Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winarno Hatmojo Wicaksono
"ABSTRAK
Biosorpsi merupakan metode pemisahan logam yang ramah lingkungan dengan adsorben yang berbasis material biologis. Dalam studi ini telah dipelajari optimasi proses biosorpsi pektin dari kulit durian sebagai adsorben untuk pemisahan logam lantanum. Pada peneltian ini, pektin diperoleh dari kulit durian dengan cara ekstraksi padat cair dengan kondisi pH 2 dan suhu dijaga 900C. Karakterisasi pektin dilakukan dengan uji FTIR dan SEM EDX untuk mengatahui kandungan gugus fungsi, bentuk morfologi serta komposisi unsur dari pektin. Analisis kadar lantanum dilakukan dengan menggunakan XRF untuk mengetahui perubahan konsentrasi lantanum setelah proses biosorpsi. Kondisi optimum biosorpsi didapatkan ketika pH larutan bernilai 4, suhu larutan 300C, dosis pektin sebanyak 0,3 gram, dan waktu biosorpsi yang berlangsung selama 120 menit. Model isoterm dianalisis menggunakan persamaan langmuir dan freundlich. Berdasarkan persamaan langmuir, diperoleh daya serap maksimum pektin adalah sebesar 41,15 mg/g dengan efisien biosorpsi sebesar 82,7%. Hasil FTIR mengatakan bahwa pektin kaya dengan kandungan gugus karboksil dan hidroksil yang terlibat pada adsorpsi lantanum. Sementara hasil SEM EDX menginformasikan bahwa kadar La yang teradsorp pada pektin yakni sebesar 15,32 mg. Penelitian ini menunjukan bahwa pektin kulit durian berpotensi untuk diaplikasikan sebagai biosorben yang efisien untuk memisahkan logam lantanum dari suatu larutan.

ABSTRACT
Biosorption is recovery method of lanthanum that is environmentally that using biological materials as adsorben. In this study, biosorption optimization lanthanum by pectin from durian peels has been identification. Pectin was obtained from durian peels by using solid-liquid extraction methode in pH 2 and temperature 900C. Characterization of pection have done by FTIR,SEM and EDX to know functional group, morphologhy and composition elements of pectin, respectively. The concentration of lanthanum was analyzed by XRF to know the concentration change of lanthanum after biorosption. The optimum condition was obtained when the pH solution, pectin dosis, temperature solution, and time to biosorption are is 4, 0,3 gram, 300C, and 120 minutes, respectively. Isotherm model was analyzed using langmuir and freundlich equation. Biososrption reaction of pectin is multilayer with R2 from freundlich model (0,9936) is better than langmuir model (0,9749). According to langmuir model, the maximum uptake for lanthanum by pectin of durian peels is 41,15 mg/g with biosorption efficiency is 82,7%. The FTIR result’s presented that pectin is rich of carboxyl and hidroxyl groups are involved in the biosorption of lanthanum. And from SEM EDX result’s inform that lanthanum concentration is 15,32 mg which adsorp on pectin surface. This study shows tha pectin of durian peels has the potential of application as an efficient biosorbent for the removal of lanthanum from aqueous solutions.a
"
2015
S59435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afip Jaya Saputra
"ABSTRAK
Penggunaan ligan dalam ekstraksi logam dari mineral laterit jauh lebih murah dibandingkan mengekstrak logam dengan cara pirometalurgi. Penggunaan bahan kimia termasuk metode mengekstrak logam secara hidrometalurgi. Pada penelitian ini metode untuk melarutkan logam dari mineralnya adalah heap leaching dengan target logamnya adalah nikel. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu melarutkan logam dari mineral, metode job untuk mengetahui bilangan kordinasi dari logam dengan salisilaldoksim, dan pengaruh pektin dalam mengekstraksi logam nikel dari pengotor logam lain. Karakterisasi kadar Ni menggunakan instrumen AAS, mengetahui bilangan kordinasinya menggunakan instrumen Uv-vis, mengetahui kadar dalam laterit sebelum dan sesudah heap leaching menggunakan XRD. FTIR untuk mengetahui gugus pada salisilaldoksim serta untuk menegetahui atom yang mengikat logam Ni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui karakteristik mineral laterit sebelum dan sesudah treatment, logam nikel dapat dipisahkan dari mineral laterit, mengetahui Konsentrasi optimum asam untuk memisahkan logam nikel dari mineral laterit, mengetahui konsentrasi optimum ligan dalam memisahkan logam nikel, dan konsntrasi optimum dari pektin dalam mengekstrak logam Ni. Variasi konsentrasi asam dalam melarutkan logam dari mineral adalah 1M, 2M, 3M, 4M, 5M. Dimana dari hasil karakterisasi dengan AAS didapatkan konsentrasi Ni maksimum adalah pada saat penggunaan HCl 5M. Untuk metode job dilakukan dengan mengkomplekskan variasi jumlah mol logam standar dengan ligan, dimana didapatkan bilangan kordinasinya adalah 1:2. Kemudian dilakukan ekstraksi 30 mL sampel yang di netralkan dengan 61 mL NH4OH dengan salisilaldoksim sesuai perbandingan yang didapat dari metode job serta penambahan 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, 2000, ppm. Dimana konsentrasi maksimum pektin adalah 500 ppm.

ABSTRACT
Use of ligan in metal extraction from laterite mineral is cheaper than extracting metal by pyrometallurgy. Using chemicals count as extracting metal by hydrometallurgy. This research use the method of metal solving from its mineral with heap leaching, with nickel as its target. This research is done in three steps, which is solving the metal from the mineral, job method to know a coordination number from metal complex with salicylaldoxime, and to know an effect of pectin addition in nickel extraction from other metals. Characterization of nickel content is with AAS instrumentation, using Uv vis to know a coordination number , using XRD to know nickel content in laterit mineral before and after heap leaching. Using FTIR to know functional group in salicylaldoxime and to know what atom bound to Nickel. The purpose of this research is to know the characteristic of laterite mineral before and after treatment, Nickel can be separated from laterite mineral, to know an optimum concentration of acid to separating nickel from laterite mineral, to know an optimum concentration of pectin in nickel extraction. Variation of acid concentration in solving metal from mineral is 1M, 2M, 3M, 4M, 5M. the optimum nickel concentration when using HCl 5M. For the job method it was done by complexing variation of mol metal standard with ligand and the coordination number is two where the metal comparison with ligan is 1 2. Then neutralized 30 mL sample with 61 mL NH4OH 4M and then separating precipited. Then extracting the solution with ligand in toluene corresponding to job method, and then addition of 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, 2000 ppm pectin."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S66413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Dwi Alfahri
"Pola hidup yang praktis dan instan memiliki dampak negatif untuk kesehatan karena peningkatan radikal bebas dalam tubuh. Suplemen antioksidan diperlukan untuk menangkal radikal bebas pada tubuh. Ekstrak Rimpang kunyit (Curcuma longa), jahe (Zingiber Officinale), dan kulit manggis (Gracinia mangostana L.) telah terbukti kaya akan antioksidan dalam senyawa bioaktif yang dikandungnya. Teknik enkapsulasi digunakan untuk melindungi senyawa bioaktif agar stabil dan tidak terdegradasi pada kondisi keasaman pencernaan untuk penghantaran senyawa bioaktif secara oral. Kitosan-pektin digunakan sebagai enkapsulan karena aman dikonsumsi dan stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi matriks kitosan-pektin optimal dengan metode pengeringan beku yang dimuati senyawa bioaktif (curcumin, 6-gingerol, dan α-mangostin) untuk pelepasan usus halus. Hasil penelitian didapatkan nilai yield relatif tinggi dengan metode pengeringan beku. Pengujian pelepasan senyawa bioaktif penambahan pektin berhasil menahan pelepasan senyawa bioaktif pada kondisi asam. Matriks kitosan:pektin rasio 1:0,3 tiap jenis ekstrak melepaskan senyawa bioaktif paling optimal pada kondisi SIF. Matriks kitosan:pektin rasio 1:0,5 memiliki profil pelepasan rilis tertinggi pada kondisi SCF. Hasil pengamatan uji pelepasan in vitro menunjukan matriks kitosan-pektin menghasilkan profil pelepasan terkendali yang bagus dan memiliki potensi digunakan sebagai suplemen ekstrak rimpang kunyit, jahe dan kulit manggis dengan target sistem pencernaan.

Habit of instant living have a negative impact on health causing variety of diseases due to an increase free radicals in the body. Antioxidant supplements are needed to ward off free radicals in the body. Curcuma longa, Zingiber Officinale, and Gracinia mangostana extracts have been shown rich antioxidants in the bioactive mixture. Encapsulation techniques are used to protect bioactive compounds that make bioactive compound more stable and not degraded under acid digestive conditions for oral delivery. Chitosan-pectin is used as an encapsulant because stable and safe for consumption. This study aims to obtain optimal formulation of chitosan-pectin matrix with freeze drying method loaded with bioactive compounds (curcumin, 6-gingerol, and α-mangostin) for small intestinal release. The research results obtained relatively high yield values ​​with freeze drying method. Testing the release of bioactive compounds successfully released bioactive compounds in acidic conditions. Chitosan: pectin matrix ration of 1: 0.3 for each type of extract releases are the most optimal bioactive under SIF conditions. Chitosan:pectin matrix 1: 0.5 ratio has highest release profile under SCF conditions. The results of observations in vitro release test showed that the chitosan-pectin matrix showing good results of the controlled release profile.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnindito Rizhandi
"Bromelain merupakan ekstrak dari buah nanas yang belakangan ini sedang banyak diteliti karena khasiat antiinflamasinya. Khasiat bromelain sebagai suplemen makanan akan diserap oleh tubuh dengan baik pada usus halus. Namun, pemberian suplemen secara oral memiliki tantangan berupa kondisi asam lambung dapat mendegradasi bromelain. Oleh karena itu, dibuatlah suatu matriks menggunakan biopolimer kitosan-alginat-pektin yang bertujuan untuk mengenkapsulasi bromelain agar dapat lepas secara berkelanjutan di dalam usus halus. Pembuatan matriks dilakukan menggunakan metode pengeringan beku, karena dengan metode ini terbukti dapat meningkatkan pemuatan matriks hingga 10,53%. Scanning electron microscope dilakukan untuk melihat morfologi permukaan dari sampel. Untuk memastikan bromelain terinkoorporasi di dalam matriks dilakukan uji menggunakan Fourier-transform infrared spectroscopy dan differential scanning calorimetry. Profil rilis yang dihasilkan melihat adanya pengaruh komposisi biopolimer dan pengaruh jumlah bromelain. Rilis bromelain dari matriks hasil pengeringan beku dari salah satu sampel mencapai 88,32%. Adanya pengaruh baik dari variasi komposisi biopolimer dan jumlah bromelain terhadap profil rilis membuat pengembangan dari enkapsulasi bromelain untuk suplemen makanan terlihat menjanjikan.

Bromelain is a pineapple fruit extract that is currently being widely studied for its anti-inflammatory properties. Bromelain as a food supplement is well absorbed in the human intestine. However, during oral administration, the extreme environment in the stomach might degrade bromelain. Therefore, chitosan-alginate-pectin is used to encapsulate bromelain so it can achieve sustained release in the intestine. The preparation of matrices is carried out using the freeze-drying method because this method is proven to increase the loading capacity up to 10.53%. Scanning electron microscope was performed to evaluate the surface morphology of the matrices. Fourier-transform infrared spectroscopy and differential scanning calorimetry were carried out to ensure the drug entrapment. Bromelain release from the freeze-dried matrices reaches up to 88.32%. The variation of biopolymer composition and the amount of bromelain added into the matrices show a good result. Thus, the development of bromelain encapsulation for food supplements seems promising.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eviana
"ABSTRACT
Salah satu metode dalam pembuatan sistem pengantaran obat ke dalam usus besar adalah pembuatan obat yang sensitif dan bereaksi teradap kondisi lingkungan lokal pada usus besar, seperti pH dan enzim. Melapisi obat dengan polimer merupakan salah satu cara dari metode tersebut. Dalam penelitian ini, obat yang digunakan adalah bahan herbal yaitu ekstrak kulit manggis yang memiliki kandungan turunan xanthone yakni mangostin yang terbukti sebagai zat antioksidan, antiproliferatif, proapoptosis, antiinflamasi, dan antikarsinogenik Mikropartikel ini akan diisi ke dalam kapsul dengan metode hand-filling. Kapsul yang telah berisi obat tersebut akan dilapisi oleh biopolimer. Biopolimer yang digunakan di dalam penelitian ini adalah hidroksipropil metilselulosa HPMC , alginat, dan pektin. HPMC digunakan karena sifatnya yang mampu meningkatkan sifat mekanis dari polimer pelapis. Penggunaan alginat karena sifatnya yang tidak akan larut pada pH asam. Pektin digunakan karena adanya enzim pektinase yang hanya diproduksi di usus besar yang mampu mendegradasi pektin. Pelapisan biopolimer dilakukan dengan menggunakan cetakan. Kapsul dimasukkan ke dalam cetakan yang telah berisi cairan biopolimer pelapis. Pengujian kapsul yang telah dilapisi biopolimer adalah uji disolusi, uji pelepasan secara invitro, dan uji SEM. Kombinasi HPMC 0,3 M dengan alginat dengan variasi 3,5, dan 10 dan pektin dengan variasi konsentrasi 1 dan 2 dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi alginat dan pektin terhadap disolusi kapsul. Melalui uji disolusi, konsentrasi HPMC dengan konsentrasi 0.3 M dan pektin 2 merupakan konsentrasi terbaik. Uji pelepasan obat secara in vitro dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan pektin dan variasi alginat terhadap pelepasan obat. Hasil pengujian rilis dalam larutan sintetis gastrointestinal menunjukkan hasil terbaik diperoleh dari pelapisan kapsul dengan HPMC 0,3 M, alginat 3, dan pektin 2 dengan persentase pelepasan kumulatif sebesar 36.9 . Hasil penelitian ini menunjukkan potensi kapsul rumput laut yang dilapisi HPMC, alginat, dan pektin bisa digunakan sebagai alat pengantar zat aktif xanthone ke lokasi target yaitu kolon di sistem pencernaan.Salah satu metode dalam pembuatan sistem pengantaran obat ke dalam usus besar adalah pembuatan obat yang sensitif dan bereaksi teradap kondisi lingkungan lokal pada usus besar, seperti pH dan enzim. Melapisi obat dengan polimer merupakan salah satu cara dari metode tersebut. Dalam penelitian ini, obat yang digunakan adalah bahan herbal yaitu ekstrak kulit manggis yang memiliki kandungan turunan xanthone yakni mangostin yang terbukti sebagai zat antioksidan, antiproliferatif, proapoptosis, antiinflamasi, dan antikarsinogenik Mikropartikel ini akan diisi ke dalam kapsul dengan metode hand-filling. Kapsul yang telah berisi obat tersebut akan dilapisi oleh biopolimer. Biopolimer yang digunakan di dalam penelitian ini adalah hidroksipropil metilselulosa HPMC, alginat, dan pektin. HPMC digunakan karena sifatnya yang mampu meningkatkan sifat mekanis dari polimer pelapis. Penggunaan alginat karena sifatnya yang tidak akan larut pada pH asam. Pektin digunakan karena adanya enzim pektinase yang hanya diproduksi di usus besar yang mampu mendegradasi pektin. Pelapisan biopolimer dilakukan dengan menggunakan cetakan. Kapsul dimasukkan ke dalam cetakan yang telah berisi cairan biopolimer pelapis. Pengujian kapsul yang telah dilapisi biopolimer adalah uji disolusi, uji pelepasan secara invitro, dan uji SEM. Kombinasi HPMC 0,3 M dengan alginat dengan variasi 3,5, dan 10 dan pektin dengan variasi konsentrasi 1 dan 2 dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi alginat dan pektin terhadap disolusi kapsul. Melalui uji disolusi, konsentrasi HPMC dengan konsentrasi 0.3 M dan pektin 2 merupakan konsentrasi terbaik. Uji pelepasan obat secara in vitro dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan pektin dan variasi alginat terhadap pelepasan obat. Hasil pengujian rilis dalam larutan sintetis gastrointestinal menunjukkan hasil terbaik diperoleh dari pelapisan kapsul dengan HPMC 0,3 M, alginat 3, dan pektin 2 dengan persentase pelepasan kumulatif sebesar 36.9. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi kapsul rumput laut yang dilapisi HPMC, alginat, dan pektin bisa digunakan sebagai alat pengantar zat aktif xanthone ke lokasi target yaitu kolon di sistem pencernaan.

ABSTRACT
One of the method in drug delivery systems colon spesific is the drug manufacture that sensitive and resistant to physiology conditions of colon, such as pH and enzymes. To achieve this condition, one of the method that can be used is drug coating with polymer. In this research, selected drug main ingredient is herbal ingredient of mangosteen peel extract that contains xanthones derivatives which is proven as antioxidant, antiproliferative, proapoptosis, antiinflammatory, and anticarcinogenic substances. The microparticle will be filled into the capsule by hand filling method. Capsules that have filled the drug will be coated by biopolymers. The biopolymers used in this research are hydroxypropyl methylcellulose HPMC , alginat, and pectin. HPMC is used because of its properties that can improve the mechanical properties of polymer coatings. The use of alginate due to its insolubility in acid fluid. Pectin is used because of the pectinase enzyme produced only in the colon which is able to degrade pectin. Biopolymer coating is done using a mold. The capsule is inserted into a mold that already contains a coating biopolymer liquid. Tests that will be performed are dissolution test, invitro release test, and SEM test. Combination of HPMC 0,3 M with alginat with concentration variation of 3,5, and 10 and pectin with concentration variation of 1 and 2 was done to determine the effect of alginat and pectin concentration in capsule dissolution. Through dissolution test, HPMC 0,3 M and pectin 2 is the best concentration. The in vitro drug release test was conducted to determine the effect of pectin addition and alginat concentration variation in drug release. The release test showed the best results obtained from the coating capsule with HPMC 0,3 M, alginat 3, and pectin 2 with cumulative release percentage of 36.9. The results of this study indicate the potential of seaweed capsules coated HPMC, alginat, and pectin can be used as delivery system of xanthone active substances to target location of colon in the digestive system. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Dedidy Mangalaptua
"Dewasa ini prevalensi penderita penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol dan inflamasi terus meningkat. Bromelain merupakan senyawa enzimatik dari buah nanas yang terbukti secara riset sebagai senyawa anti-kolestrol dan Antiinflamasi. Banyak studi menunjukkan bahwa bromelain dapat diserap dengan baik di dalam usus halus, akan tetapi metode oral memberikan tantangan berupa kondisi asam ekstrem pada lambung yang harus dilalui bromelain. Kondisi asam pada lambung dapat mendenaturasi bromelain sehingga diperlukan metode enkapsulasi agar khasiat penyembuhan bromelain tetap terjaga. Pada penelitian ini bromelain dienkapsulasi dalam mikropartikel kitosan-alginat-pektin dengan hasil rilis kumulatif tertinggi dari lima belas sampel mencapai 97,824%. Penelitian ini mengoptimasi komposisi formula matriks kitosan-alginat-pektin dengan metode surface response method (SRM) yakni dengan hasil formula rasio kitosan : alginat sebesar 1:1 (0,45 gram kitosan:0,45 gram alginat), jumlah pektin sebesar 0,0036 gram, dan jumlah ekstrak bromelain sebesar 0,539 gram. Bromelain terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi dan antikolesterol, pada konsentrasi 1000 ppm bromelain mampu menginhibisi denaturasi protein hingga 49,17% dan menginhibisi kolesterol hingga 76,68%

Nowadays the prevalence of cholesterol and inflammatory disease bearer keeps increasing. Bromelain is an enzymatic compound of pineapple fruit that has been proven by research as an anti-cholesterol and anti-inflammatory compound. Many studies have shown that bromelain can be well absorbed in the intestine, however oral drug delivery method has a challenge of extreme acid condition in the stomach that bromelain needs to surpass. The acidic fluid of stomach will denaturate bromelain, thus an encapsulation method is needed in order to keep bromelain’s efficacy intact. In this research the bromelain will be encapsulated with chitosan-alginate-pectin microparticle in order to enhance the release profile in intestine. This research aims to optimize the composition of chitosan-alginate-pectin formula with Surface Response Method (SRM) with the formulation result of 1 : 1  chitosan : alginate ratio (0.45 grams of chitosan : 0.45 grams of alginate), 0.0036 grams amount of pectin, and extract 0.539 grams amount of bromelain. Bromelain is proven to have anti-inflammatory and anti-cholesterol activity, at the concentration of 1000 ppm bromelain is able to inhibit protein denaturation up to 49.17% and inhibit cholesterol up to 76.68%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Tri Adiningsih
"Pektin merupakan polisakarida alami yang dapat digunakan sebagai sistem penghantaran obat spesifik ke kolon. Pektin merupakan polimer anionik yang akan membentuk gel jika berinteraksi dengan kation divalen seperti zink dengan menggunakan metode gelasi ionik. Penelitian ini bertujuan untuk membuat beads zink pektinat mengandung pentoksifilin dan mengetahui karakteristik dan pelepasan obat dari beads. Pada penelitian ini pembuatan beads dilakukan variasi pada lama waktu taut silang yaitu 15 menit, 30 menit dan 45 menit. Karakterisasi beads meliputi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran partikel, kadar air, efisiensi penjerapan dan uji pelepasan in vitro. Beads yang dihasilkan berbentuk tidak bulat berwarna keemasan. Kandungan obat pada beads 15, 30 dan 45 yaitu 25,93%, 29,27% dan 27,21%. Uji pelepasan zat aktif dari beads dilakukan pada medium HCl pH 1,2, dapar fosfat pH 7,4 dan dapar fosfat pH 6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepasan pentoksifilin pada medium asam klorida pH 1,2, dapar fosfat pH 7,4 dan dapar fosfat pH 6 berlangsung cepat.

Pectin is a natural polysaccharide that can be used as drug delivery systems specific to the colon. Pectin is an anionic polymer that will form a gel when interacting with divalent cations such as zinc by ionic gelation method. The purpose of this research was preparation beads zinc pectinate containing pentoxyfilline and investigate the characteristics of drug release from the beads. Beads zinc pectinate were prepared by ionic gelation method with variation in cross linking time which is 15 minutes, 30 minutes and 45 minutes. All formulations were evaluated for the shape and morphology, particle size distribution, moisture content, encapsulation efficiency and in vitro release test. The resulted beads has not spherical form and has golden color. Drug content in the beads 15, 30 and 45 is 25,93%, 29,27% and 27,21%. Results shows that beads with variation in cross linking time that the drug from the beads released fast in medium HCl pH 1,2, phosphate buffer pH 7,4 and phosphate buffer pH 6."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42057
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Defira Metha Diandra
"ABSTRAK
Sediaan nutrasetika saat ini banyak diminati oleh konsumen untuk dikonsumsi secara rutin. Kandungan zat aktif sediaan nutrasetika yang berasal dari bahan alam membuat sediaan ini aman untuk dikonsumsi. Pengembangan bentuk dan tampilan dari sediaan nutrasetika dapat membuat nilai jual produk meningkat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan memformulasikan sediaan nutrasetika dari ekstrak daun murbei menjadi beads hidrogel yang mengembang dalam air dan diadministrasikan secara oral oleh konsumen. Zat aktif dari beads hidrogel ekstrak daun murbei yaitu deoxynojirimycin memiliki khasiat sebagai antidiabetes. Dalam penelitian ini dilakukan 4 formulasi sediaan beads hidrogel ekstrak daun murbei dengan perbandingan ekstrak dan polimer (pektin) 1:2 dan 1:3 serta variasi konsentrasi penyambung silang (larutan zink asetat) 2,5% dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beads hidrogel yang diformulasikan memiliki bentuk bulat dengan permukaan tidak rata, berwarna cokelat, dan dapat mengembang saat dimasukkan ke dalam air. Formula terbaik adalah formula 1 dengan perbandingan ekstrak dan polimer 1:2 dan konsentrasi penyambung silang 2,5%. Formula 1 memiliki diameter rata-rata 3,6 mm dengan daya mengembang 210,68% dan kecepatan mengembang 30,33 detik, Dari hasil penelitian ini, beads hidrogel ekstrak daun murbei memiliki potensi sebagai minuman nutrasetika antidiabetes.

ABSTRACT
Nutraceutical product is currently in great demand by consumers to be consumed on a regular basis. The natural active substance in nutraceutical product produces it safe to use. The development of dosage form and appearance of modern nutraceutical product can improve the product?s quality. Therefore, this research was aimed to formulate nutraceutical product of mulberry leaves extract into hydrogel beads that swell in water and administrated orally. Deoxynojirimycin, the active substance of mulberry leaves extract hydrogel beads has the efficacy of an antidiabetic agent. In this research, there are four formulations with the variation 1:2 and 1:3 of extract and polymer ratio, and 2,5% and 5% crosslinker?s concentration variation. The result shows hydrogel beads had spherical form with unsmooth surface, brown color, and are able to swell in water. The best formula was formula 1 with 1:2 of extract and polymer ratio and 2,5% of crosslinker?s concentration. Formulation 1 has average diameter 3,6 mm, swelling ability of 210,68%, and immediately swell in water during 30 seconds. In conclusion, mulberry leaves extract hydrogel beads can be used as an interesting nutraceutical products."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Espreancelly Sandiata
"Pektin merupakan polisakarida alami yang dapat digunakan sebagai sistem penghantaran obat tertarget ke kolon. Proses gelasi ionik pada pektin dengan adanya kation divalen tertentu seperti ion kalsium dapat melindungi obat dengan memproduksi beads gel polimer yang tidak larut sehingga dapat digunakan sebagai pembawa sistem penghantaran obat tertarget ke kolon. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan beads kalsium pektinat mengandung tetrandrine dengan metode gelasi ionik yang kemudian akan dilakukan evaluasi in vitro dan in vivo. Beads dibuat dengan variasi konsentrasi penaut silang 5%, 10% dan 15%. Beads yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi dan dipilih formulasi terbaik untuk dilakukan penyalutan menggunakan Eudragit L100-55 atau Eudragit L100. Beads yang dihasilkan berbentuk cukup bulat dan berwarna kuning kecoklatan, beads memiliki ukuran 1069,58-1142,75 μm. Uji pelepasan zat aktif dari beads tersalut dilakukan pada medium HCl pH 1,2 (2 jam), dapar fosfat pH 7,4 (3 jam) dan dapar fosfat pH 6,8 (3 jam). Dari hasil in vitro, formula beads dengan penyalut Eudragit L100 10% menunjukkan hasil terbaik sebagai sediaan obat kolon tertarget dengan pelepasan kumulatif sebesar 57,87%, sehingga dipilih untuk dilakukan uji penargetan obat secara in vivo. Beads mencapai jarak rata-rata 77 cm dari bagian antrum.

Pectin, a natural polysaccharide, can be used as colon targeted drug delivery systems. Ionotropic gelation of pectin in the presence of certain divalent cations, such as calcium ions, protects drugs by producing insoluble hydrogels that can be used as a colon-targeted drug delivery carrier. In this study, calcium pectinate beads containing tetrandrine were made and were evaluated for in vitro drug release and in vivo study. Calcium pectinate beads were prepared by ionic gelation method with varied calcium chloride concentration (5%, 10% and 15%). The best formula was coated with Eudragit L100-55 or Eudragit L100. Characterization results showed that the beads produced were quite spherical and have yellow-brownish color with average size of beads 1069.58-1142.75 μm. The drug release test was performed at 37±0.5°C and at 100 rpm in HCl pH 1.2 (2 hours), phosphate buffer pH 7.4 (3 hours), and phosphate buffer pH 6.8 (3 hours). From in vitro release study, beads coated with Eudragit L100 10% has shown good colon targeted dosage form with percent cumulative release 57.87% and thus was selected for in vivo study. The mean distance beads had propagated from antrum was 77 cm.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yukti Nurani
"Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum pengangkatan lantanida dari limbah tailing bauksit dengan adsorben terbaik yang dibuat. Seperti yang telah diketahui bahwa limbah tailing bauksit merupakan salah satu sumber lantanida. Kulit pisang mempunyai kandungan pektin dan lignoselulosik sebagai sumber karbon, karboksil, dan hidroksil. Kulit pisang dimodifikasi menjadi 3 jenis adsorben terdiri dari adsorben natural yang dibuat dengan perlakuan fisik yaitu grinding and sieving, adsorben pektin dibuat dengan esterifikasi adsorben natural, dan adsorben karbon aktif dibuat dengan aktivasi kimia - panas. Pemilihan adsorben terbaik berdasarkan uji daya serap iodin, dengan hasil bahwa adsorben karbon aktif mempunyai daya serap iodin tertinggi yaitu 572,17 mg/g. Kemudian, adsorben karbon aktif diujikan ke lantanida komersial dengan hasil kesetimbangan pada waktu kontak 2,5 jam, pH 4, dengan dosis adsorben tetap 100 mg. Dilanjutkan dengan adsorpsi lantanida dari limbah tailing bauksit menghasilkan R untuk Y, La, Ce, Nd, dan Sm yaitu 67.60, 71.00, 65.03, 62.93, dan 56.59.

The objective of this research was to determine the optimum condition of lanthanides removal from bauxite tailings waste with the best adsorbent made. As known, tailing bauxite waste is one of lanthanide source. Banana peels were modified into 3 types of adsorbent, that were natural adsorbent which is made by physical treatment i.e. grinding and sieving, pectin which was made by natural adsorbent esterification, and activated carbon adsorbent which was made by chemical activation. Selected the best adsorbent was done by iodine number method with the results was activated carbon has the highest iodine absorbance of 572.17 mg g. Then, the activated carbon adsorbent was tested onto a commercial lanthanides, producing optimum results at 2.5 hours contact time, pH 4 with adsorben dose of 100 mg. Followed by adsorption of lanthanides from bauxite tailing waste yield R for Y, La, Ce, Nd, and Sm were respectively 67.60, 71.00, 65.03, 62.93, dan 56.59.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>