Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mian Ulisakti
"

Teknologi finansial sedang berkembang beberapa tahun belakangan, termasuk di Indonesia, yang juga telah meregulasi sektor jasa keuangan ini. Salah satu jenis teknologi finansial tersebut adalah layanan ­peer-to-peer lending, yakni skema pemberian pinjaman yang  menggantikan peran bank konvensional sebagai lembaga perantara. Kendati demikian, jasa keuangan ini memiliki risiko seperti gagal bayar dan berhentinya kegiatan usaha penyelenggara. Meskipun angka non-performing loan peer-to-peer lending di Indonesia masih terbilang kecil, namun tetap menunjukkan peningkatan. Skripsi ini merupakan penelitian untuk meninjau dan memperbandingkan pengaturan tanggung jawab penyelenggara peer-to-peer lending di Indonesia dengan Inggris dan India dalam hal penerima pinjaman wanprestasi, dan dalam hal penyelenggara berhenti melakukan kegiatan usaha. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah yuridis normatif studi perbandingan hukum, dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder dengan didukung hasil wawancara dengan narasumber. Hasil penelitian menunjukkan ketiga negara tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dalam mengatur tanggung jawab penyelenggara. Terdapat perbedaan, yakni dalam mengatur dasar tindakan penagihan utang, keterbukaan informasi, jaminan, tanggung jawab dalam hal penerima pinjaman wanprestasi, dan prosedur dalam hal kegiatan usaha berhenti. Setelah melakukan perbandingan, ditemukan bahwa pemerintah Indonesia harus mengadakan perubahan terhadap peraturan yang ada saat ini untuk memberikan ketentuan yang lebih spesifik mengenai tanggung jawab penyelenggara dalam hal penerima pinjaman wanprestasi maupun dalam hal penyelenggara berhenti beroperasi.


Financial Technology is emerging in the past several years, including in Indonesia, which also has regulated this financial service sector. One of the financial technology is peer-to-peer lending, a lending scheme which replace the role of coventional bank as an intermediary. However, this financial service has potential risk such as default or the closure of business operation. Although the number of non-performing loan is relatively small, it increases. This thesis is a study to review and compare peer-to-peer lending’s platform liability in Indonesia against those in UK and India in case of borrowers’ default and in case of platfom ceases to do its business activity. The method used in this thesis is juridical normatif comparative analysis, by conducting research to library materials or secondary data, and supported by interview with informants. The research result indicates the three countries have similarities and differences in regulating platform’s liability. There are differences in the provisions regarding debt collection, information disclosure, mortgage, platform’s liability India in case of borrowers’ default, and procedure in case of platfom ceases to do its business activity. After makung the relevant comparison, it is found that Indonesian government needs to ammend current regulation to provide provision on platform’s liability, both ex-ante and ex-post, in case of borrowers’ default and in case of platform ceases to operate.

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friedman P., D.
"Perkembangan teknologi digital dari masa ke masa semakin maju. Hal ini diawali dengan munculnya perangkat yang dikenal dengan Komputer. Yang perkembangannya makin meningkat dengan adanya layanan internet, dimana setiap orang dapat memperoleh informasi, data-data, program-program, maupun lainnya sesuai kebutuhan setiap orang yang berbeda-beda. Tetapi dengan munculnya teknologi internet ini, ada pula yang menyalahgunakan layanan internet untuk melakukan pelanggaran karya cipta khususnya di bidang Hak Cipta musik/lagu. Seperti halnya pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan Napster. Napster merupakan pelaku pelanggaran karya cipta musik/lagu via internet, dimana Napster menyediakan teknologi peer-to-peer yang mana para pemakai Napster dapat mengambil, menukar, mereproduksi, mendistribusikan karya cipta orang lain tanpa suatu lisensi dari pencipta atau produser rekaman untuk satu kepentingan komersial tanpa membayar royalti kepada Pencipta atau Produser Rekaman dan tanpa mencantumkan pelanggaran-pelanggaran Hak Cipta di dalam sistemnya. Oleh karena itu di dalam penulisan ini, bagaimana Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta menganalisa putusan kasus Napster atas pelanggaran karya cipta musik/lagu yang berdampak kerugian dari pihak perusahaan rekaman maupun kepada Pemegang Hak Cipta."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
T17317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhamad Dimas Firmanto
"ABSTRAK
Perkembangan financial technology turut mendorong pertumbuhan pada sektor keuangan di Indonesia, ditandai dengan semakin maraknya perusahaan penyedia layanan peer to peer (P2P) lending termasuk yang menyediakan layanan berbasis syariah. Namun dibanding perusahaan penyedia layanan konvensional, peer to peer (P2P) lending syariah tumbuh cenderung lambat. Hal ini berkontradiksi dengan banyaknya pengguna potensial dari penduduk muslim di Indonesia, termasuk para generasi milenial muslim. Dengan menggunakan pendekatan teori The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) 2, penelitan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor berupa performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, price value, perceived risk, trust in platform, dan religiosity yang memengaruhi behavioral intention generasi milenial muslim dalam menggunakan P2P lending syariah. Hasil analisis menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) menunjukkan bahwa performance expectancy, social influence, price value, religiosity dan trust in platform terhadap behavioral intention penggunaan P2P lending syariah ditemukan signifikan. Di sisi lain, faktor effort expectancy, facilitating condition, dan perceived risk terhadap behavioral intention tidak ditemukan signifikian. Selain itu, terdapat temuan bahwa terdapat perbedaan karakteristik dan signifikansi pada dua kelompok responden. Secara umum, tingkat pengetahuan generasi milenial muslim dikategorikan paham, namun hal ini belum diimbangi dengan penggunaan P2P lending itu sendiri serta masih terkonsentrasinya pengguna pada penduduk di Pulau Jawa.

ABSTRACT
Rapid development of financial technology has contributed to the growth of financial sector in Indonesia, as seen by the increasing number of peer to peer (P2P) lending providers, including those that provide sharia-based services. However, compared to conventional peer to peer (P2P) lending providers, Sharia peer (P2P) lending tends to grow more slowly. This condition contradicts with the fact that Indonesia has many potential users due to big number of Muslim population, including the millennial Muslim generations. By using The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) 2 as theoretical approach, this research aims to analyze factors which influences the behavioral intention of the millennial generation of Muslims in using sharia P2P lending, that consist of performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, price value, perceived risk, trust in platform, and religiosity. The results based on Structural Equation Modeling (SEM) analysis showed that performance expectancy, social influence, price value, religiosity and trust in the platform on the behavioral intention of using sharia P2P lending were found to be significant. On the other hand, the effort expectancy, facilitating condition, and perceived risk factors on behavioral intention are not found to be significant. In addition, characteristic and significance difference were found among two group of respondents. In general, the level of knowledge of the millennials of Muslims is categorized as understand of P2P lending existence, but this has not been followed with P2P lending usage itself. As an addition, the users of this service were found to still concentrated on Java Island."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Agustina
"Salah satu bentuk financial technology yang ada adalah peer to peer lending. Peer to Peer Lending memfasilitasi transaksi utang dengan menghubungkan para peminjam dan pemberi pinjaman secara online. Menurut technology acceptance model salah satu komponen yang bisa mempengaruhi seseorang untuk mengadopsi teknologi baru adalah social influence. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh social influence terhadap intensi meminjam melalui peer to peer lending dan memasukan trust sebagai variabel moderasi.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa social influence berpengaruh terhadap intensi meminjam melalui peer to peer lending. Semantara faktor trust terindikasi tidak memiliki hubungan signifikan terhadap intensi meminjam melalui peer to peer lending dan trust memperlemah pengaruh Social Influence terhadap intensi meminjam melalui peer to peer lending.

One form of financial technology that exists is peer to peer lending. Peer to Peer Lending facilitates debt transactions by connecting borrowers and lenders online. According to the technology acceptance model, one component that can influence someone to adopt a new technology is social influence. This study aims to analyze the influence of social influence on intention to borrow through peer to peer lending and include trust as a moderating variable.
The results of this study state that social influence has an effect on intention to borrow through peer to peer lending. Among the trust factors indicated to do not have a significant relationship on intention to borrow through peer to peer lending and trust weaken the influence of Social Influence on intention to borrow through peer to peer lending.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ali Ariyogis
"ABSTRACT
Peer to Peer (P2P) Lending merupakan pelayanan yang didukung oleh pemerintah dan merupakan alat pendukung pembangunan dalam industri Financial Technology (Fintech) yang berada di Indonesia. Walaupun P2P Lending memiliki kontribusi positif dalam mengurangi financial exclusion, penelitian mengenai P2P Lending masih terbatas dan jarang, terutama di bidang kepercayaan. Pelayanan P2P Lending yang tidak membutuhkan tatap muka, menunjukan bahwa pelayanan ini memiliki beberapa resiko dimana aspek kepercayaan memainkan peran yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dimensi kepercayaan pada P2P Lending di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode survey terhadap 204 pemberi pinjaman pada salah satu situs P2P Lending di Indonesia yaitu Akseleran. Data mencakup tiga dimensi kepercayaan yaitu Specific Trust Beliefs, General Trust Beliefs, dan Outcome Trust Belief. Data diolah menggunakan Teknik Structural Equation Modelling (SEM) dan hasilnya menunjukan bahwa kepercayaan kepada perantara dan kepercayaan kepada peminjam merupakan faktor yang signifikan dalam mempengaruhi keinginan pemberi pinjaman dalam memberikan pinjaman. Namun, berdasarkan perspektif pemberi pinjaman, kepercayaan kepada peminjam lebih pe

ABSTRACT
Peer-to-Peer (P2P) Lending is strongly endorsed by the government and considered an engine of development in Indonesian financial technology industry. Notwithstanding their positive contributions in mitigating financial exclusion issue, research on P2P Lending is limited and scarce, particularly in the field of trust. In the absence of face-to-face meeting, P2P Lending have some inherent risk in its application where trust plays a key role. This study aims to analyse dimensions of trust related to Indonesian (P2P) Lending system. This study uses survey to 204 online lenders of Akseleran, one of known P2P Lending providers in Indonesia. Data comprises three dimensions of trust, namely  Specific Trust Beliefs, General Trust Beliefs, and Outcome Trust Belief. Data are analysed using Structural Equation Modelling (SEM) and the findings show that lenders trust in borrowers and in intermediaries are significant factors influencing lenders lending intention. However, trust in borrower is more critical than trust in intermediaries from the lenders perspective. "
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwan
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi generasi milenial di DKI Jakarta untuk berinvestasi melalui peer to peer (P2P) lending. Penelitian ini menggunakan pendekatan technology acceptance model (TAM) dan dianalisis menggunakan metode structural equation modeling (SEM) dan regresi logistik untuk melihat pengaruh variabel sosio demografis (gender, agama, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) terhadap minat berinvestasi melalui peer to peer (P2P) lending. Responden dalam penelitian ini adalah 400 generasi milenial yang berdomisili di DKI Jakarta dan belum pernah berinvestasi melalui teknologi finansial tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukan minat berinvestasi di peer to peer (P2P) lending berkorelasi positif dan sangat dipengaruhi oleh variabel sikap, variabel sikap dipengaruhi oleh variabel persepsi kemudahan, pengetahuan, dan kepercayaan. Berdasarkan faktor sosio demografis kelompok yang paling berminat untuk berinvestasi melalui peer to peer (P2P) lending adalah gender laki-laki, belum menikah, bekerja di sektor swasta, memiliki pendidikan tinggi, berpendapatan besar dan mayoritas yang beragama islam.

This study aims to analyze the factors that influence millennials in DKI Jakarta to be lender in peer to peer (P2P) lending. This study used the technology acceptance model (TAM) approach. The study use structural equation modeling (SEM) and logistic regression methods to see the influence of socio-demographic variables (gender, religion, marital status, education, employment, religion and income) on investment intention through peer to peer (P2P) lending. The respondents in this study is 400 millenials who live in DKI Jakarta and have never invested through this financial technology.
The results of this study indicate that intention to invest in peer to peer (P2P) lending is positively correlated and influenced by attitude variables. Attitude variables depend on variables of perceived ease of use, knowledge and trust. Based on the socio-demographic factors of the groups most interested in investing through peer to peer (P2P) lending are male, unmarried, work in the private sector, obtain higher education, obtain large income and Muslim.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Irmadani
"

Credit Scoring adalah metode yang digunakan untuk memprediksi kemungkinan adanya risiko calon peminjam akan gagal bayar atau menunggak. Credit scoring digunakan oleh penyedia jasa pinjaman ketika calon peminjam dana mengajukan pinjaman. Salah satu perusahaan yang menggunakan credit scoring terhadap peminjamnya adalah Lending Club. Lending Club adalah salah satu penyedia jasa pinjam meminjam online Peer-to-Peer (P2P) di Amerika Serikat. Pada penelitian ini, dilakukan klasifikasi multikelas credit scoring berdasarkan status pinjaman (Loan Status) dari dataset Lending Club. Status pinjaman memiliki 3 kelas, yaitu default, fully paid, dan late. Dengan menggunakan pendekatan machine learning, yaitu supervised learning, klasifikasi multikelas credit scoring dapat dilakukan dengan menggunakan Multinomial Logistic Regression (MLR). MLR merupakan pengembangan dari Logistic Regression yang mampu menangani klasifikasi multikelas. Pada implementasi model MLR, digunakan 3 skenario sampling strategy pada SMOTE yang berbeda dalam mengklasifikasikan multikelas. Hasil klasifikasi multikelas dievaluasi dengan menggunakan metrik accuracy, precision, recall, F1-Score dan AUC (Area Under the Curve) One versus All. Hasil implementasi dengan evaluasi terbaik adalah model MLR dengan nilai accuracy sebesar 0,67 dan nilai rata-rata AUC One versus All sebesar 0,724932. Sedangkan evaluasi pada setiap kelas, kelas default memiliki nilai precision sebesar 0,47,recall sebesar 0,02 dan F1-Score sebesar 0,04; kelas fully paid memiliki nilai precision sebesar 0,85, recall sebesar 0,83 dan F1-Score sebesar 0,84; dan kelas late memiliki nilai precision sebesar 0,02, recall sebesar 0,84 dan F1-Score sebesar 0,04. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelas default memiliki hasil evaluasi yang kurang baik untuk setiap metrik evaluasi, kelas fully paid memiliki hasil evaluasi yang baik untuk setiap metrik evaluasi, sedangkan kelas late memiliki nilai yang cukup baik hanya pada nilai recall (0,84). Hasil yang kurang baik diduga dipengaruhi oleh adanya data yang tidak seimbang dan kelas yang saling tumpang tindih.


Credit Scoring is a method used to predict the possible risk that a prospective borrower will default or delinquency. Credit scoring is used by loan service providers when prospective borrowers apply for loans. One company that uses credit scoring for its borrowers is the Lending Club. Lending Club is a Peer-to-Peer (P2P) online lending and borrowing service provider in the United States. In this study, a multiclass credit scoring classification was carried out based on loan status from the Lending Club dataset. Loan status has 3 classes, namely default, fully paid, and late. By using a machine learning approach, namely supervised learning, multiclass classification of credit scoring can be done using Multinomial Logistic Regression (MLR). MLR is a development of Logistic Regression which is able to handle multiclass classification. In the implementation of the MLR model, 3 different sampling strategy scenarios are used in SMOTE in classifying multiclasses. The multiclass classification results are evaluated using accuracy, precision, recall, F1-Score and AUC (Area Under the Curve) One versus All metrics. The result of the implementation with the best evaluation is the MLR model with an accuracy value of 0.67 and an average value of AUC One versus All of 0.724932. While the evaluation for each class, the default class has a precision value of 0.47, a recall of 0.02 and an F1-Score of 0.04; the fully paid class has a precision value of 0.85, a recall of 0.83 and an F1-Score of 0.84; and the late class has a precision value of 0.02, a recall of 0.84 and an F1-Score of 0.04. These results show that the default class has poor evaluation results for each evaluation metric, the fully paid class has good evaluation results for each evaluation metric, while the late class has a fairly good value only on the recall value (0.84). Unfavorable results are thought to be influenced by the presence of unbalanced data and overlapping classes.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrianto Prasetya Nugroho
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan satisfaction, trust, repurchase intention, dan switching intention pada situs reservasi hotel secara online. Adapun situs reservasi hotel online dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: Online Travel Agency, Peer-to-Peer Accommodation, dan Virtual Hotel Operator. Satisfaction dibagi menjadi dua yaitu transaction-based satisfaction dan experience-based satisfaction. Trust juga dibagi menjadi dua, yaitu institution-based trust dan disposition to trust. Penelitian ini melibatkan 600 responden yang sudah pernah melakukan reservasi dan menggunakan jasa penginapan mulai dari awal hingga akhir transaksi. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan analisis data dilakukan menggunakan metode SEM dengan perangkat lunak LISREL. Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan positif antar variabel yang signifikan pada ketiga jenis platform terdapat pada variabel experience-based satisfaction dengan disposition to trust, experience-based satisfaction dengan institution-based trust, transaction-based satisfaction dengan experience-based satisfaction, transaction-based satisfaction dengan institution-based trust, transaction-based satisfaction dengan repurchase intention, dan institution-based trust dengan disposition to trust.

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the relationship between satisfaction, trust, repurchase intention, and switching intention in online-booking hotel platforms. The online-booking hotel platforms divided into three types: Online Travel Agency, Peer-to-Peer Accommodation, and Virtual Hotel Operator. Satisfaction divided into transaction-based satisfaction and experience-based satisfaction. Trust divided into institution-based trust and disposition to trust. The object of this research was 600 respondents who have ever used the service of online-booking hotel platform in all transaction process (from the start until the end of service). The sampling method using purposive sampling and the data analysis were conducted using SEM (LISREL). Results show there are similarities in positive relationship between variables in the three types of platform, those are experience-based satisfaction and disposition to trust, experience-based satisfaction and institution-based trust, transaction-based satisfaction and experience-based satisfaction, transaction-based satisfaction and institution-based trust, transaction-based satisfaction and repurchase intention, the last is institution-based trust and disposition to trust."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library