Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Fidi Hati Yanti
"Posisi sebagai tenaga keija baru di lingkungan kerja baru serta budaya yang berbeda dari daerah asal, menuntut pekeija perempuan yang bertempat tinggal di Kawasan Industri Batamindo untuk berusaha lebih keras dalam menyesuaikan diri. Proses penyesuaian diri merupakan salah satu hal yang tidak jarang memicu munculnya stres (stressor) bagi mereka. Untuk menangani stres itu diperlukan usaha para pekeija perempuan untuk mengatasi stres. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi stres disebut coping.
Tujuan penelitian ini untuk menemukan stressor dan coping pada pekeija perempuan yang bertempat tinggal di Kawasan Industri Batamindo. Keinginan tersebut membuat peneliti ingin membuat dan menyusunnya menjadi lebih sistematis.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, 1) Lembar data kontrol 2) Skala Stressor 3) Skala coping. Dalam pengambilan sampel teknik yang digunakan adalah incidental sampling. Alat ukur ini diujicobakan pada 30 subyek pekeija perempuan yang bertempat tinggal di Kawasan Industri Batamindo. Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah pekeija perempuan yang bertempat tinggal di Kawasan Industri Batamindo sebanyak 176 orang.
Analisa data dilakukan dengan membandingkan mean untuk kemudian didapatkan peringkat dari stressor dan coping. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa stressor yang berasal dari keluarga menjadi peringkat tertinggi, diikuti stressor yang berasal dari komunitas dan masyarakat dan terakhir adalah stressor yang berasal dari diri sendiri. Selanjutnya ditemukan kondisi stressor yang berhubungan dengan keamanan, fasilitas dan kebutuhan dasar merupakan stressor yang terbanyak dirasakan oleh subyek penelitian.
Melihat banyaknya stressor yang berhubungan dengan keamanan disarankan bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan faktor-faktor keamanan. Bagi perusahaan jasa tenaga keija hendaknya memberikan informasi yang cukup jelas tentang lingkungan keija baru yang akan dituju sehingga tidak terdapat perbedaan antara harapan mereka sebelum bekeija dengan kondisi yang akan dihadapi. Untuk para pekeija perempuan yang bertempat tinggal di Kawasan Industri Batamindo disarankan untuk meningkatkan komunikasi antar teman satu rumah atau satu lingkungan. Bagi pemerintah hendaknya meningkatkan faktor keamanan bagi para warga pengguna jasa umum (TRANSKIB)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alia Noor Anoviar
"Skripsi ini membahas partisipasi pekerja perempuan dalam serikat pekerja pada perusahaan kosmetik PT XYZ guna mengetahui alasan-alasan pekerja perempuan di Indonesia berpartisipasi dalam serikat pekerja dan upaya-upaya yang dilakukan oleh pengurus untuk mendorong partisipasi pekerja perempuan dalam serikat pekerja. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam. Penelitian menunjukkan bahwa faktor keluarga, serikat pekerja, budaya masyarakat, pekerjaan, dan feminisme menjadi pertimbangan bagi pekerja perempuan berpartisipasi dalam serikat pekerja.
Terdapat faktor budaya masyarakat yang menjadi pertimbangan partisipasi pekerja perempuan dalam serikat pekerja di Indonesia, berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Kirton (2005) di Inggris yang menyatakan hanya empat faktor lainnya yang menjadi pertimbangan pekerja perempuan berpartisipasi dalam serikat pekerja. Penelitian ini menyarankan bahwa serikat pekerja harus membuat kebijakan-kebijakan khusus bagi pekerja perempuan dan dilaksanakannya sosialisasi akan keberadaan serikat pekerja dengan dukungan manajemen untuk mendorong partisipasi pekerja perempuan dalam serikat pekerja.

The focus of this study is about female workers‟ participation in union of cosmetic company PT. XYZ with the purpose of knowing the reasons why female workers in Indonesia join and participate in union and how the union‟s committee enhance participation of female workers. This is qualitative research where data was collected through in-depth interviews. This findings show that family, trade union, occupation, feminist, and society culture influence participation of female worker in union.
There is factor of society culture also influence participation of female worker in union in Indonesia, it different with prior research from Kirton (2005) in UK that show only four factors influence participation of female worker in union there. This research suggests that union must develop the special policies for female workers and make a socialization with support from management to encourage female workers‟ participation in union.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ambiya Filardi
"Tulisan ini berangkat dari teori mengenai fenomena de-feminisasi yaitu menurunnya proporsi pekerja perempuan terhadap total pekerja secara keseluruhan yang terjadi di negara berkembang terutama pada sektor manufaktur karena adanya peningkatan kinerja ekspor. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis fenomena de-feminisasi yang terjadi dalam rangka keterlibatan dalam kerangka Global Production Network GPN yang terjadi di industri pakaian jadi Indonesia.
Tulisan ini menggunakan metode regresi data panel serta analisis deskriptif. Data yang digunakan dalam tulisan ini berasal dari Survei Industri Besar Sedang tahun 2001-2015 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Hasil dalam tulisan ini menunjukkan bahwa keterlibatan dalam kerangka GPN memiliki hubungan yang berlawanan arah terhadap fenomena de-feminisasi pada Industri pakaian jadi Indonesia.

This study is based on the theory of de feminization that is the decreasing female share of total employment that occurred in developing countries, particularly in manufacturing sector due to increasing exports. This study aims to analyze the de feminization phenomenon in terms of its involvement in Global Production Network GPN framework that occurs in Indonesias apparel industry.
This study uses panel data regression and descriptive analysis approach on Industri Besar Sedang survey data from Badan Pusat Statistik Indonesia. The result shows that the involvement in GPN framework has an inverse direction on de feminization in Indonesias apparel industry.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Indah Cinderakasih
"[ABSTRAK
Jumlah perempuan yang masuk dalam angkatan kerja di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, baik di sektor formal maupun
informal. Hal ini tentunya membutuhkan perhatian dari pembuat kebijakan dan
manajemen perusahaan mengenai kebutuhan pekerja perempuan, diantaranya
kesempatan untuk memberikan ASI Eksklusif bagi mereka yang memiliki bayi
berusia 0-6 bulan. Namun hasil penelitian menunjukkan rendahnya tingkat
pemberian ASI Eksklusif di Indonesia di tahun 2010. Bekerja dan kurangnya
dukungan dan fasilitas di tempat kerja menjadi salah satu alasan kesulitan
memberikan ASI Eksklusif bagi pekerja perempuan. Padahal di sisi lain,
pemerintah melalui PP No. 33 Tahun 2012 telah mengamanatkan kepada pemberi
kerja untuk menyediakan fasilitas dan memberikan kesempatan pada pekerja
perempuan untuk memberikan/memerah ASI.
Studi ini merupakan studi kuantitatif dan kualitatif. Studi kuantitatif
bertujuan untuk memberikan data secara deskriptif mengenai pengetahuan, sikap,
dan dukungan organisasi bagi pekerja perempuan. Studi kualitatif bertujuan untuk
mengetahui sikap dan tantangan pekerja perempuan dan dukungan organsiasi
terhadap pemberian ASI eksklusif pada pekerja perempuan. Pelaksanaan studi ini
dilakukan pada pekerja perempuan di Pusat Administrasi Universitas Indonesia,
Depok yang memiliki anak berusia 6 bulan-5 tahun. Studi ini dilakukan dengan
metode survei dengan cara menyebarkan kuesioner dan dilanjutkan dengan
melakukan wawancara mendalam.
Hasil dari tulisan ini dapat menjadi dasar rekomendasi kebijakan baik di
tingkat organisasi/perusahaan sebagai berkontribusi dalam menciptakan
lingkungan yang mendukung pemberian ASI eksklusif di kalangan perempuan
pekerja sehingga mereka dapat terus berkembang di ruang publik tanpa
meninggalkan peran penting mereka dalam mencerdaskan bangsa melalui
pemberian ASI eksklusif.

ABSTRACT
The number of women who entered the workforce in Indonesia continues
to increase from year to year, both in the formal and informal sectors. This of
course requires the attention of policy makers and corporate management about
the needs of women workers, including the opportunity to provide exclusive
breastfeeding for those who have a 0-6 month old baby. However, the results
showed low levels of exclusive breastfeeding in Indonesia in 2010. Work load and
lack of support and facilities in the workplace is one difficult reason to do
exclusive breastfeeding for women workers. Yet on the other hand, the
government through PP No. 33 Year 2012 has mandated the employer to provide
the facilities and provide opportunities for women workers to provide or express
the milk.
This is a mixed method study. Quantitative study aimed to provide
descriptive data on knowledge, attitudes, and organizational support for women
workers. Qualitative study aimed to determine the attitudes and challenges of
women workers and Organizational support to exclusive breastfeeding women
workers Implementation of the study conducted on women wokers in the
University of Indonesia administration office, Depok who have children aged 6
months-5 years. This study was conducted using a survey by distributing
questionnaires and followed by conducting in-depth interviews.
Results of this article can be the basis of policy recommendations both at
the level of the organization or company Thus this paper can contribute to creating
an environment that supports exclusive breastfeeding among women workers so
that they can continue to thrive in a public space without leaving their important
role in the nation through exclusive breastfeeding, The number of women who entered the workforce in Indonesia continues
to increase from year to year, both in the formal and informal sectors. This of
course requires the attention of policy makers and corporate management about
the needs of women workers, including the opportunity to provide exclusive
breastfeeding for those who have a 0-6 month old baby. However, the results
showed low levels of exclusive breastfeeding in Indonesia in 2010. Work load and
lack of support and facilities in the workplace is one difficult reason to do
exclusive breastfeeding for women workers. Yet on the other hand, the
government through PP No. 33 Year 2012 has mandated the employer to provide
the facilities and provide opportunities for women workers to provide or express
the milk.
This is a mixed method study. Quantitative study aimed to provide
descriptive data on knowledge, attitudes, and organizational support for women
workers. Qualitative study aimed to determine the attitudes and challenges of
women workers and Organizational support to exclusive breastfeeding women
workers Implementation of the study conducted on women wokers in the
University of Indonesia administration office, Depok who have children aged 6
months-5 years. This study was conducted using a survey by distributing
questionnaires and followed by conducting in-depth interviews.
Results of this article can be the basis of policy recommendations both at
the level of the organization or company Thus this paper can contribute to creating
an environment that supports exclusive breastfeeding among women workers so
that they can continue to thrive in a public space without leaving their important
role in the nation through exclusive breastfeeding]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farkhandah Putri Afifah
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada agensi perempuan pekerja sekaligus yang menjadi pengurus serikat. Ketika menjalankan kedua perannya sebagai pekerja dan pengurus serikat pekerja, perempuan dihadapkan pada dilema. Dilema yang dihadapi ialah antara keharusan memperjuangkan hak-hak dan kepentingannya yang belum terepresentasikan di dalam serikat pekerja serta sebagai pekerja yang juga dihadapkan pada kepentingan perusahaan yang menuntut loyalitas dan produktivitas pekerjanya. Studi-studi sebelumnya lebih memfokuskan pada permasalahan yang dihadapi perempuan di serikat pekerja. Sementara, studi ini mencoba melihat perempuan aktivis sebagai agensi yang mengatasi dilema dalam menjalankan perannya sebagai pekerja sekaligus pengurus serikat. Argumen penelitian ini ialah tidak mudah bagi aktivis perempuan menjalankan kedua peran tersebut sekaligus disebabkan di aspek tertentu dapat menghadapi inter role konflik, sehingga aktivis perempuan merupakan agensi yang mengkombinasikan kedua peran tersebut dengan menentukan pilihan dan berusaha mencapai tujuan dari pilihan tersebut dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivis perempuan mengelola sumber daya yang dimilikinya seperti dukungan keluarga, dukungan perusahaan dan serikat, dukungan pihak di luar perusahaan dan serikat, serta pengalaman berorganisasi untuk mencapai tujuan hidup yang dipilihnya. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam.

This study focuses on the agency of women workers as well as those who are union administrators. When carrying out both of their roles as workers and union administrators, women are faced with a dilemma. The dilemma faced is between the necessity to fight for their rights and interests which have not been represented in trade unions as well as workers who are also faced with the interests of the company that demand the loyalty and productivity of their workers. Previous studies focused more on the problems faced by women in trade unions. Meanwhile, this study tried to see activist women as agencies that overcame a dilemma in carrying out their roles as union workers and administrators. This study argues that it is not easy for women activists to carry out both roles at the same time because in certain aspects they can face inter role conflict, so women activists are agencies that combine these two roles by making choices and trying to achieve the objectives of the choice by managing the resources they have. The results of the study show that women's activists manage heir resources such as education, family support, company and unions support, support from outside onions and companies, and life principles to achieve their chosen life goals. This study uses qualitative methods by collecting data through in-depth interviews."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Septiani
"Anemia merupakan kelainan penurunan masa eritrosit. Indonesia termasuk dalam satu negara dengan prevalensi anemia wanita usia subur masuk ke dalam 10 besar tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2019 yaitu sebesar 31,2%. Kaum perempuan saat ini berperan ganda, tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga berperan di sektor publik yakni bekerja di luar rumah. Pekerja perempuan di sektor perkebunan sawit umumnya mengalami masalah kesehatan yang sama seperti AKI, gizi buruk, layanan persalinan dan pemeriksaan kehamilan, resiko penyakit khusus seperti anemia dan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan anemia pada pekerja perempuan di perusahaan perkebunan sawit X Kalimantan Tengah, perusahaan Y Riau dan perusahaan Z Papua pada tahun 2022. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional melibatkan 105 responden pekerja perempuan di perusahaan perkebunan sawit X Kalimantan Tengah, perusahaan Y Riau, dan perusahaan Z Papua. Data sekunder diperoleh dari penelitian PKGK FKM UI mengenai Pengembangan dan Implementasi Sistem Surveilans Kesehatan Reproduksi pada Pekerja Perempuan di Sektor Perkebunan Sawit, kemudian data diolah menjadi analisis data univariat, bivariat dengan uji Chi Square, dan multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan dari 105 responden sebesar 45,7% pekerja perempuan di perusahaan perkebunan sawit mengalami anemia. Hasil uji chi square terdapat hubungan yang signifikan antara anemia pada pekerja perempuan dengan asupan vitamin C (pvalue = 0.035; OR = 2,599) dan asupan zat besi (pvalue = 0.038; OR = 4,432). Hasil uji regresi logistik menunjukkan hasil asupan zat besi (OR= 13,591; 95%CI= 1,571 – 117,565). Kesimpulan penelitian ini yaitu pekerja perempuan di perusahaan perkebunan sawit berisiko 13,5 kali mengalami anemia jika asupan zat besi <100% AKG. Perlu adanya edukasi dan program khusus untuk pemberian suplementasi Fe atau tablet tambah darah (TTD) pada pekerja di perusahaan perkebunan sawit.

Anemia is a disorder of decreased erythrocyte mass. Indonesia is included in the top 10 highest in Southeast Asia in 2019 at 31.2%. Women currently have a dual role, as housewives and also working outside the home. Women workers in oil palm plantations generally experience the same health problems as MMR, malnutrition, delivery services and pregnancy checks, risks of special diseases such as anemia and others. The purpose of this study to determine the factors associated with anemia among female workers in oil palm plantation companies in 2022. The research method used was a cross-sectional approach involving 105 female workers in oil palm plantation companies in Central Kalimantan, Riau and Papua. Secondary data from the PKGK FKM UI research, then the data was processed into univariate, bivariate data analysis using the Chi Square test, and logistic regression tests. The results showed that 45.7% of female workers in oil palm plantation companies experienced anemia. The results of the chi square test showed a significant relationship between anemia in female workers and vitamin C intake (pvalue = 0.035; OR = 2.599) and iron intake (pvalue = 0.038; OR = 4.432). The results of the logistic regression test showed the results of iron intake (OR = 13.591; 95% CI = 1.571-117.565). The conclusion is that female workers in oil palm plantation companies have a risk of 13.5 times suffering anemia if iron intake is <100% RDA."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La-Tanya Alisa Riskasari
"Penelitian ini membahas mengenai pemahaman sosial mengenai isu kesetaraan gender di kalangan pekerja perempuan formal dengan kontribusi faktor lingkungan dan perilaku sebagai faktor pembentuk utama yang dibahas melalui disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Kesetaraan gender di sektor ketenagakerjaan ditandai dengan mulai meningkatnya angka pekerja perempuan formal yang semestinya dibarengi dengan pemahaman terhadap kesetaraan gender, terutama di tempat kerja. Hal tersebut ditujukan agar para pekerja perempuan dapat peka terhadap isu terkait sehingga dapat turut mengimplikasikan perilaku setara gender dan membantu penanganan kasus ketidaksetaraan gender, terutama yang terjadi di tempat kerja. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan mengenai pemahaman sosial tentang kesetaraan gender di kalangan pekerja perempuan formal dan memberikan gambaran kontribusi faktor lingkungan dan perilaku dalam membentuk pemahaman sosial tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif yang mengambil data melalui wawancara mendalam bersama para pekerja perempuan formal. Kesetaraan gender yang dimaksud dilihat berdasarkan indikator kesetaraan gender menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yaitu melalui aspek akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat. Adapun pemahaman sosial ditinjau dari teori kognitif sosial oleh Albert Bandura berdasarkan lima kemampuan kognitif dasar manusia, antara lain kemampuan simbolisasi (symbolizing capability), kemampuan pembelajaran melalui pengalaman tidak langsung (vicarious capability), kemampuan berpikir ke depan (forethought capability), kemampuan pengaturan diri (self-regulatory capability), dan kemampuan refleksi diri (self-reflective capability). Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemampuan dasar kognitif yang paling utama dimiliki seorang individu dalam memahami kesetaraan gender adalam kemampuan simbolisasi (symbolizing capability) untuk mendeskripsikan kesetaraan gender berdasarkan perisitiwa atau pengalaman yang pernah dialami. Pemahaman sosial dapat dibentuk melalui kontribusi faktor lingkungan; yaitu melalui lingkungan keluarga, tempat kerja dan sosial dan factor personal yang turut berperan dalam proses transformasi pemahaman sosial menjadi perilaku (behavior) yang berkaitan dengan kesetaraan gender, sehingga menjadi output dalam determinan proses triadic reciprocal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, terkhusus di mata kuliah Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial, serta Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Pelayanan Kemanusiaan.

This study discusses the social understanding of the issue of gender equality among formal female workers with the contribution of environmental and behavioral factors as the main forming factors which are discussed through the discipline of Social Welfare Sciences. Gender equality in the employment sector is characterized by increasing formal female workers that should be accompanied by an understanding of gender equality, especially in the workplace. This is intended so that female workers can be sensitive to related issues so that they can contribute to gender-equal behavior and assist in handling cases of gender inequality, especially those that occur in the workplace. The purpose of this study is to explain the social understanding of gender equality among formal female workers and provide an overview of the contribution of environmental and behavioral in shaping this social understanding. This research is a qualitative research using a descriptive method that collects data through in-depth interviews with formal women workers. The gender equality in question is seen based on indicators of gender equality according to the Ministry of Women's Empowerment and Child Protection, namely through aspects of access, participation, control, and benefits. As for social understanding in terms of social cognitive theory by Albert Bandura based on five basic human cognitive abilities, including symbolizing capability, vicarious capability, forethought capability, self-regulatory capability, and self-reflective capability. The results of the study indicate that the most important cognitive basic ability possessed by an individual in understanding gender equality is the symbolizing capability to describe gender equality based on events or experiences that have been experienced. Social understanding can be formed through the contribution of environmental factors; namely through the family environment, workplace and social and personal factors that play a role in the process of transforming social understanding into behavior related to gender equality, so that it becomes the output in the determinant of the triadic reciprocal. The results of this study are expected to contribute to the Social Welfare Studies program, especially in the Human Behavior and Social Environment courses, as well as Human Resource Management in Human Service Organizations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sessy Imaniar Amalia
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengawasan hak-hak pekerja perempuan di dua perusahaan garmen oleh Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Administrasi Jakarta Utara di wilayah Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung dan Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan pengawasan hak-hak pekerja perempuan di dua perusahaan garmen oleh Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Administrasi Jakarta Utara di Wilayah Kawasan Berikat Nusantara Cakung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi pendekatan penelitian kualitatif dan wawancara mendalam. Pelaksanaan pengawasan hak-hak pekerja perempuan di kedua perusahaan garmen yang dilakukan oleh Suku Dinas Tenaga Kerja Jakarta Utara belum terlaksana dengan baik dan maksimal. Hambatan yang dialami oleh seksi pengawas Suku Dinas Tenaga Kerja Jakarta Utara yaitu kurangnya kuantitas dan kualitas pegawai pengawas. Diperlukannya perbaikan dalam pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan hak-hak pekerja perempuan dapat melalui penyempurnaan peraturan, dan pengadaan pengawas yang berkualitas dan kompeten.

This research is to know the supervision of the rights of women workers at two garment companies by Dept. of Manpower North Jakarta in the Nusantara Bonded Zone Cakung and Barriers experienced in exercising oversight rights of women workers at two garment companies by Dept. of Manpower North Jakarta in Region Nusantara Bonded Zone Cakung. The research methods used in this research is qualitative research and depth interview. Supervision rights of women workers in the garment enterprises conducted by Jakarta Dept. of Manpower North has not done well and the maximum. Barriers experienced by the section supervisor Dept. of Manpower North Jakarta, namely the lack of quantity and quality inspectors. The need for improvements in monitoring the implementation of labor rights of women workers can, by improving regulations, and procurement of qualified and competent supervisors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S65252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Natasya
"

Dalam beberapa dekade terakhir, keterlibatan perempuan dalam angkatan kerja telah meningkat secara dramatis, dikaitkan dengan pembebasan pilihan perempuan tentang bagaimana mengalokasikan waktu mereka, dimungkinkan dengan perkembangan terbaru bidang medis dan teknologi. Namun, pada periode waktu yang sama, tingkat kesuburan telah mencapai rekor terendah. Diduga bahwa perempuan memiliki anak lebih sedikit karena anak-anak saat ini menyebabkan penurunan substansial dalam upah perempuan sebagai akibat dari nterupsi karier perempuan pada usia paling produktif. Studi ini berusaha untuk memastikan hubungan antara anak-anak dan upah perempuan dengan memanfaatkan data panel yang bersumber dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) untuk tahun 2007 dan 2014. Temuan menunjukkan bahwa bagi perempuan Indonesia, anak-anak memiliki efek negatif pada upah perempuan, menunjukkan hukuman upah ibu untuk ibu yang bekerja., namun efek yang dihasilkan lemah.  Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan upah yang substansial bagi perempuan adalah usia pada saat menikah pertama kali dan status pegawai negeri sipil. Untuk pengalaman kerja, faktor yang berpengaruh signifikan adalah jam kerja per minggu dan pendidikan.


In recent decades, women's involvement in the workforce has risen dramatically, attributing to the liberation of women’s choice on how to allocate their time, made possible with recent developments medical fields and technology. However, at the same time period, fertility has reached a record low. It is suspected that women are having fewer children because today’s children causes a substantial reparation in women’s wages as a result interrupting womens career at their most productive age. This study sought to ascertain the relationship between children and womens’s wages by utilizing panel data sourced from Indonesian Family Life Survey (IFLS) for the year 2007 and 2014. Findings suggest that for Indonesian women, children do have a negative effect on women’s wages, indicating a motherhood wage penalty for working mothers. The result is in line with numerous studies done in the past. However, the effect generated is weak. Factors that contribute to a substantial wage gain for women are age at first married and PNS. For job experience, factors that significantly affect it are working hours per week and education.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyandra Kirana
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perilaku merokok perempuan yang bekerja di sektor formal, dengan mempertimbangkan stigma negatif terhadap perokok perempuan dan regulasi ketat di perusahaan sektor formal. Fokus penelitian ini adalah perilaku merokok pekerja perempuan di sektor formal. Hal ini didasarkan pada studi sebelumnya yang menyatakan bahwa perokok perempuan menghadapi adanya suatu stigma negatif terhadap perilaku merokoknya dan menghadapi suatu emotional labor dibandingkan laki-laki. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap perokok perempuan yang bekerja di sektor formal, serta observasi terhadap lokasi merokok dan implementasi aturan di lingkungan kerja. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan konsep perilaku merokok, seperti faktor pendorong perilaku merokok, dimensi perilaku merokok, dan tipologi merokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima informan menghadapi stigma negatif sebagai perokok perempuan dan diskriminasi dalam lingkungan kerja. Selain itu, perilaku merokok informan dipengaruhi oleh lingkungan kerja, teman, keluarga, dan tekanan emosional. Meskipun demikian, di lingkungan kerja, durasi, frekuensi, dan intensitas merokok mereka lebih sedikit karena adanya aturan khusus dan penilaian masyarakat terhadap perilakunya. Tipologi perilaku merokok pekerja perempuan juga bervariasi dan tidak bersifat mutually exclusive, sehingga perilaku tersebut dapat memiliki karakteristik yang tumpang tindih dan dapat berubah tergantung pada konteks dan situasi.

This research aims to explain the smoking behavior of women who work in the formal sector, taking into account the negative stigma towards female smokers and strict regulations in formal sector companies. The focus of this research is the smoking behavior of female workers in the formal sector. This is based on previous studies which stated that female smokers face a negative stigma regarding their smoking behavior and face emotional labor compared to men. This research uses a qualitative approach through in-depth interviews and observations of female smokers who work in the formal sector, as well as observations of smoking locations and implementation of rules in the work environment. The collected data was analyzed using smoking behavior concepts, such as factors driving smoking behavior, dimensions of smoking behavior, and smoking typology. The research results showed that the five informants faced negative stigma as female smokers and discrimination in the work environment. Apart from that, the informant's smoking behavior was influenced by the work environment, friends, family and emotional pressure. However, in the work environment, the duration, frequency and intensity of their smoking is less because of special rules and society's assessment of their behavior. The typology of female workers' smoking behavior also varies and is not mutually exclusive, so that this behavior can have overlapping characteristics and can change depending on the context and situation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>