Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Duderstadt, James J., 1942-
New York: John Wiley & Sons, 1982
621.484 DUD i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fatah
Abstrak :
Limbah padat yang dihasilkan oleh industri baja PT. Krakatau Steel Cilegon, salah satunya berupa fines pellet ( debu pellet ), sampai saat ini belum termanfaatkan. Penelitian ini merupakan salah satu upaya studilkajian untuk mencari alterrmatif pemanfaatan fines pellet dengan pencampuran batubara sebagai bahan baku pembuatan baja. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pengujian proses reduksi pellet campuran fines pellet dengan batubara untuk beberapa variasi temperatur proses reduksi dan variasi kadar batubara dalam campuran pellet. Sebagai indikator keberhasilan reaksi reduksi adalah besarnya derajat (%) metalisasi. Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa, pelletisasi ulang fines pellet dengan pencampuran batubara sangat prospektif sebagai upaya pemanfaatan limbah pad at sekaligus jugs sebagai alternatif pengembangan proses reduksi langsung dengan kebutuhan gas proses minimal. Proses reduksi yang efektif terjadi pada temperatur reduksi 950 °C dan kadar batubara 30 % dalam campuran pellet, dengan derajat metalisasi sebesar 98 % dan total Carbon 1.5 % pada pellet hasil produk hasil reduksi (besi sponge). Hasil pengujian model dengan refrensi pendekatan model reaksi inti tak bereaksi (unreacted core model) secara global terhadap kurva basil reduksi, menunjukkan bahwa tahap pengendali reaksi proses reduksi pellet campuran fines pellet dengan batubara adalah diffusi lapisan abu (ash layer diffusion ), berdasarkan hasil uji model dengan metode statistik regresi linear dengan tingkat korelasi R2 diatas 95 %. Pengujian model secara segmentasi menunjukkan bahwa tahap pengendali reaksi reduksi pelet campuran fines pelet dengan batubara sangat dipengaruhi oleh, temperatur reduksi, kadar batubara dalam campuran pelet dan waktu reduksi. Hal ini terbukti dengan terjadinya pergeseran model berdasarkan hasil uji model yang dilakukan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T1916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Banyak proses yang telah diterapkan pada dunia industri dalam mengubah ukuran partikel, dari partikel kecil menjadi partikel besar, antara Iain dalam bentuk pellet, ekstruksi atau granular. Bentuk pellel memlliki kelebihan dari bentuk ekstruksi maupun granular yaitu Iebih kuat dan rapat, namun dari segi proses adsorbsi, proses pellet (binder, tekanan dan kaisinasi) justru mengurangi luas permukaan dan volume mikropori, yang menyebabkan pembatasan difusi sehingga kapasitas adsorbsi berl-
Dalam penelitian ini sebagai adsorben digunakan zeolit alam, mengingat potensi zeolit alam Indonesia yang besar dan ldelum dimanfaatkan secara maksimal. Zeolit yang digunakan adalah zeolit Lampung (ienis Clinoptiiolite) dan zeolit Malang (ienis Mordenile). Untuk memperbaiki kemampuan adsorbsinya, zeolit alam Indonesia ini lebih dahulu dimodilikasi clengan pertukaran kation. Zeolit Lampung direfluks pada suhu 100 “C dalam larutan CaCI2 SM selama 1x4 jam (selanjutnya disebul ZLT) dan zeolit Malang dlrefluks pada suhu 100 °C dalam larutan NaCl 3M selama 3x4 jam (selanjutnya disebul ZMT). Setelah dimodilikasi, ZLT dan ZMT dipelletkan, menggunakan air sebagai binder dan kalsinasi pada suhu 140 °C.

Penyisipan kation Ca” pada bukaan pori saluran cincin-8 dan cincin-10 dalam stmktur rangka Clinoptiioiite (ZLT), akan memperlukarkan dua kation lain yang bervalensi salu, sehingga saluran-saluran dalam struktur rangkanya lebih terbuka. Namun posisi kation Ca” pada bukaan pori cincin-8 dan cincin-10 tersebut menyebabkan mengecilnya ukuran bukaan pori, sehingga tidak memungkinkan masuknya molekul H20 ke dalam mikropori. Hal ilu kemungkinan menyebabkan terjadinya penurunan luas perrnukaan eksternal ZLT. Karena zeolit Lampung juga mengandung mineral Mordenite sebesar 31%vvt.['°' penyisipan kation Ca” juga menyebabkan berkurangnya kation-kation bervalensi satu, sehingga bukaan pori cincin-12 Iebih terbuka. Dengan ukuran tersebut, binder dengan mudah daot masuk ke dalam pori. Kemungkinan hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan luas mikropon ZLT.

Penyisipan kation Na* pada bukaan pori cincin-8 dan cincin-12 dalam struktur rangka mineral Mordenite (ZMT), selain meningkalkan luas perrnukaan totalnya juga menyebabkan terlulupnya sebagian bukaan porinya. Namun bukaan pori saluran cincin-12, masih cukup besar (sekitar 4.0 A°), sehingga memungkinkan sebagian besar binder yang ditambahkan hanya masuk ke dalam pori zeolit, sehingga luas mikropori menurun.

Karena ZLT memiliki luas permukaan eksternal yang lebih besar dan dugaan lebih banyak binder berada di permukaan ZLT danpada di permukaan ZMT, maka partikel-partikel ZLT lebih menggumpal saat dioetak. Keberhasilan pencetakan ini menyebabkan porositasnya mendrun (diameter pori mengecil). Sebaliknya untuk ZMT, partikel-partikelnya menjadi kurang menggumpal saat dicetak sehingga tekanan yang diaplikasikan menjadi kurang efektif, diameter porinya cenderung tetap.

Pellet ZLT memiliki kekuatan crushing yang lebih besar (posisi horizontal = 67.29 kg, posisi vertikal = 11.66 kg) daripada pellet ZMT {posisi horizontal = 54.58 kg, posisi vertikal = 3.45 kg), karena untuk komposisl binder yang sama, partikel-partikel ZLT yang berhasll direkatkan lebih banyak daripada partikel-partikel ZMT.

Pellet ZLT memiliki kapasitas adsorbsi yang lebih rendah (4.21E-05 g H20/g sampel) daripada pellet ZMT (1_05E-O4 g H20/g sampel). Hal ini karena pellet ZMT: a. memiliki luas permukaan total yang lebih besar, sehingga rnemungkinkan banyaknya tempat-tempat terjadinya adsorbsi_‘2'°'°°‘2' b. memiliki kadar Mordenite yang lebih tinggi dari zeolit Lampung, semakin banyak mineral Mordenite dalam suatu zeolit, semakin banyak saluran-saluran dan rongga dengan ukuran bukaan pori (6.5 x 7,0 A°) yang memungkinkan tertangkapnya rnolekul-molekul uap air.

Namun pellet ZLT dengan komposisi binder 25%. memiliki daya tahan yang paling balk dibandingkan bentuk granularnya maupun ZMT dan zeolit sintetis, karena memiliki bentuk yang lebih besar dan rapat sehingga lebih mampu menahan kondisi alctivasi dan regenerasi.'“"°]

Dari hasil ujl adsorbsi pertama dan kedua, zeolit Linde type A tetap memilki kapasitas adsorbsi dan bentuk (tidak Iuruhfberdebu) yang lebih baik daripada ZLT dan ZMT. Padahal zeolit sintetis ini memiliki luas pemiukaan total dan volume mikropori yang lebih rendah daripada ZLT maupun ZMT. Hal ini kemungkinan karena zeolit sintetis itu : a. memiliki aktivitas yang lebih balk terhadap komponen- kopmponen yang diadsorbnya b. memiliki bukaan pori yang cocok untuk dilalui molekul H20 c. tidak mengandung mineral-mineral jenis lain yang bersifat mengurangi kemampuan adsorbsinya. ZMT meniiliki bukaan pori yang mirip dengan zeolit Linde type A, tetapi mengandung mineral-mineral lain seperti Clirgoptilofite. Epistilbite dan Stilbitefml Demikian pula zeolit Lampung mengandung Heulandlte dan Stilbite_l‘°1 Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut, guna memperbaiki modilikasi zeolit, pemilihan binder, tekanan dan kalsinasi serla bentuk dan ukuran pellet.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Hafitara
Abstrak :
Pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduk di Indonesia akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan terhadap energi terus mengalami peningkatan. Pemilihan jenis bahan bakar dan teknologi yang digunukan akan berdampak pada pertambahannya emisi gas CO2 yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi menuju atmosfir dan dalam jumlah tertentu hal tersebut akan berdampak terhadap pemanasan global. Pemanfaatan energi terbarukan seperti biomass langkah pemerintah dalam konservasi bahan bakar dan mengurangi jumlah pemakaian energi fosil agar berkurangnya efek dari rumah kaca. Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan dan dapat mengurangi emisi gas CO2. Biomassa harus mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi. Pada proses pengolahan biomassa, pengeringan merupakan salah satu tahap yang sangat penting untuk menghasilkan kualitas bahan bakar biomassa yang baik. Penelitian ini akan menyelidiki mesin pengering rotari dengan bahan bakar pelet biomassa untuk mengeringkan limbah organik. Variabel yang dilakukan dalam pengujian alat pengering rotari ini menggunakan ukuran pelet kayu diameter 8mm dengan laju konsumsi 123 gram/menit, putaran drum pengering 1; 1.25; dan 1.5 rpm beserta laju aliran udara pengering 33435.8; 57346.1, dan 75139.8 lpm. ......Economic growth and population in Indonesia will cause the fulfillment of energy needs to continue to increase. The choice of fuel and technology used will have an impact on the increase in CO2 emissions resulting from the burning of energy sources into the atmosphere and in certain amounts it will have an impact on global warming. Utilization of renewable energy such as biomass is a step of the government in conserving fuels and reducing the amount of fossil energy use so that the greenhouse effect is reduced. Biomass energy sources have several advantages including being a renewable energy source so that it can provide a sustainable energy source and can reduce CO2 gas emissions. Biomass must undergo processing before it can be used as an energy source. In the process of biomass processing, drying is one of the most important steps to produce good quality biomass fuel. This research will investigate a rotary drying machine with biomass pellet fuel to dry organic waste. The variables carried out in this rotary dryer test using a diameter of 8mm wooden pellets with a consumption rate of 123 grams / minute, a drum rotation speed of 1; 1.25; and 1.5 rpm along with a drying air flow rate of 33435.8; 57346.1; and 75139.8 lpm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Langenati
Abstrak :
Hydroxyapatite atau Hap adalah material keramik yang digunakan sebagai biomatrial dan mempunyai ketangguhan yang rendah.. Dalam rangka meningkatkan ketangguhannya, serbuk logam platinum ditambahkan untuk memperkuat Hap. Penelitian ini dilakukan untuk me ngetahui pengaruh penambahan Pt pada komposit Hap. Material yang digunakan adalah serbuk Hap dan serbuk ammonium chioroplatinate kemudian diproses untuk menghasilkan pelet sinter komposit Hap Pt. Pada proses tersebut tekanan pengonzpakan dan .suhu sinter divariasi, produk akhir yaitu pelet sinter dikarakterisasi menggunakan SEM, XRD dan pengujian kekerasan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa densitas relatif komposit Hap pada variasi tekanan pengompakan lebih rendah dibanding dengan Hap murnipada tekanan yang sama, hal yang sama terjadi pada variusi suhu sinter. Hasil pengujian kekerasan pun mentherikan kecenderungan yang saina pula, hal sebaliknya terjadi prosentase porositas. Meningkatnya tekanan kompaksi dan suhu sinter berpengaruh pada kekerasan, kekerasan komposit Hap Pt lebih rendah daripada Hap murni. Hal ini terjadi karena adanya Pt meningkatkan duktilitas komposit Hap Pt dan darl pola djfraksi sinar X menunjukkan tidak ada reaksi antara Pt dengan Hap akan tetapi pada suhu tinggi sebagian kecil Hap terdekomposisi mEnjadi whitlockite. ......Hap is a ceramic material, which is used as a biomaterial and has a low toughness. In order to improve the toughness, platinum metal powder was added to reinforced Hap. This research has been conducted, to identify the influence of Pt in Hap. The raw materials used in this research were flap and ammonium chloroplatinate and they were treated to produce flap Pt composites. During the treatment of the material, it was found that the compression load and sintering were varied. After finalising the treatment, the sintered pellet was characterised using SEM, XRD and micro-hardness test. Hence, the result showed that the relative density of Hap composites at various: compression load was lower than pure Hap in a similar condition and the same goes for various sintering temperature. The trend of hardness is similar to the relative density. However, the percentage porosity is opposite. For increasing load compression and sintering temperature, the hardness of Hap composites is lower than pure Hap. Those caseshappened due to the present of Pt, which has increased the ductility and did not play the role in sintering process. However, in the (-ray diffraction pattern, there was no reaction between Hap and Pt but some of Hap .decomposed :to whitloclilte and chloroapatite.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T39443
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azif
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam meningkatnya kebutuhan nikel di dunia dan menurunnya deposit nikel sulfida, pengolahan nikel jenis nikel oksida merupakan tantangan baru dengan metode reduksi selektif aditif Na 2SO4 dan reduktor batu bara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter preparasi persiapan pelet sebelum reduksi dalam peningkatan redusibilitas dan perolehan nikel laterit . Sampel dipersiapkan dengan membuat pelet dengan variasi ukuran massa 5 gram, 10 gram, dan 15 gram. Sampel dengan hasil perhitungan reducibilitas setelah reduksi selektif dikarakterisasi dengan BET- luas permukaan untuk mengetahui perubahan luas permukaan specifik, Uji XRD untuk mengetahui fasa yang terbentuk, dan uji AAS untuk mengetahui perolehan kadar setelah reduksi selektif. Nilai redusibilitas yang besar dan penurunan luas permukaan specifik terjadi pada pelet yang berukuran massa besar, hasil uji XRD menunjukkan pembentukan Magnetite pada pelet ukuran massa 5 gram, akan tetapi terjadi pembentukan fasa fayalite di setiap ukuran massa pellet yang diuji. Nilai perolehan besi dan nikel terbesar dimiliki oleh pelet yang berukuran kecil.
ABSTRACT
During the needs increase of nickel and the deposit decline of nickel sulfide, the processing of nickel oxide is a new challenge with selective aditive reduction Na 2SO4 and coal redactor. The purpose of this research is to identify the parameter of pellet preparation before reduction in order to increase the reducibility and the gain of nickel laterite. Samples are prepared by creating pellets which mass variation are within 5, 10, and 15 gram. The samples with the results of the reducibility after selective reduction was characterized by BET surface area to identify the specific survey area change, XRD test to determine the formed phase, and the AAS test to determine the acquisition of content after selective reduction. The large reducibility value and the decrease of specific surface area occur in large pellets, XRD test results show the formation of Magnetite in 5 gram pellets. However, the forming of fayalite phase occurred in every tested pallets. The largest iron and nickel recovery value is owned by small pellets
2017
S68601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The influence of oxidation soaking time on the micro-strain of oxidation product of rejected UO2 sintered pellet. The possibility of unexpected rejected UO2 sintered pelet from fabrication process came from, such as crack sintered pellet, the size of pore,unacceptable pellet dimension, therefore those pellet was called rejected sintered pewllet....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sovian Aritonang
Abstrak :
ABSTRACT
Jumlah cadangan pasir besi sebagian besar tersebar di wilayah pesisir perairan Indonesia,dari pesisir sebelah barat Sumatera, pesisir pantai selatan Jawa juga Bali, pesisir Sulawesi, pesisir Nusa Tenggara Timur (NTT), serta pesisir Papua. Jumlah cadangan keseluruhan untuk bijih sebanyak 173.810.612 ton dan logam sebanyak 25.412.652,62 ton. Tetapi pemanfaatannya belum optimal,karena PT. Krakatau Steel, dan PT. Krakatau Posco baru memproduksi plat baja sebanyak 24.000 sampai dengan 36.000 ton per tahun. Sedangkan kebutuhan plat baja untuk industri perkapalan tiap tahunnya dibutuhkan 900.000 ton per tahun. Dengan kebutuhan bahan baku plat baja berupa besi spons dengan Fe ≥ 60%, PT. Krakatau Steel masih mengimpor dari luar negeri. Buktinya, PT. Krakatau Steel sebelum dan selama tahun 2000-an masih mengimpor Pellet Bijih Besi dari negara Swedia, Chilli, dan Brazil sebesar 3.500.000 ton per tahun. Kondisi ini merupakan penyebab industri baja nasional tidak bisa bersaing dengan industri baja luar negeri, karena bahan baku yang diimpor dikenakan bea masuk. Ini peluang untuk membangun perusahaan bahan baku baja, karena selama ini industri bahan baku baja di Indonesia hanya ada dua perusahaan. Kondisi ini mendorong dilakukannya pembuatan besi spons, dengan proses pembuatan besi spons dengan teknologi yang disesuaikan dengan kapasitas produksi terpasang. Penelitian ini menganalisis pembuatan besi spons dengan menggunakan pasir besi Cipatujah, sebagai bahan baku untuk pembuatan besi spons, dengan hasil yang didapat berupa besi spons dengan kadar tertingginya Fe ≥60,44%. Ini dapat dipakai untuk keperluan bahan baku pembuatan baja PT. Krakatau Steel (PT. KS), karena selama ini PT. KS mengklaim bahwa produk besi spons lokal Fe<60%. Ini dapat mendorong kemandirian bahan baku baja, yang dampak pada kemandirian industri pertahanan. Tetapi pemerintah juga harus melakukan proteksi dan memprioritaskan bahan baku baja produksi nasional untuk produksi baja nasional. Dengan jalan industri baja nasional milik pemerintah membina konsorsium vendor pemasok bahan baku (besi spoin) agar kualitas dan pasokan besi spons berkesinambungan.
Bogor: Universitas Pertahanan Indonesia, 2019
343.01 JPBN 9:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sovian Aritonang
Abstrak :
The number of iron sand reserves is mostly spread in the coastal waters of Indonesia, from the coast of Sumatra, the southern of Java to Bali, the beaches of Sulawesi, beaches in East Nusa Tenggara (NTT), and the northern coast of Papua. Total reserves for ore are 173,810,612 tons and metal as much as 25,412,652.62 tons. But its utilization was not optimal because PT. Krakatau Steel, and PT. Krakatau Posco has produced steel plates only 24,000 to 36,000 tons per year. While the need for steel plates for the shipping industry each year requires 900,000 tons per year. With the need for raw material for steel plates in the form of iron sponges with Fe ≥ 60%, PT. Krakatau Steel is still imported from abroad. The proof is PT. Krakatau Steel before and during the year 2000 still imported Iron Ore Pellets from the countries of Sweden, Chille and Brazil for 3,500,000 tons per year. This condition is the cause of the national steel industry unable to compete with the foreign steel industry because imported raw materials are subject to import duties. This is an opportunity to build a steel raw material company because all this time the steel raw material industry in Indonesia has only two companies. This condition encourages the manufacture of iron sponges, with the process of making iron sponges with technology adapted to installed production capacity. This study analysed the manufacture of iron sponges using Cipatujah iron sand, as raw material for the manufacture of iron sponges, with the results obtained in the form of iron sponges with the highest levels of Fe ≥60.44%. This can be used for the purposes of raw materials for steel making PT. Krakatau Steel (PT. KS), because so far PT. KS claims that Fe <60% local sponge iron products. This can encourage the independence of steel raw materials, which impacts on the independence of the defence industry. But the government must also protect and prioritize steel raw materials for national production for national steel production. With the national government steel industry, the consortium of vendors supplying raw material (iron sponge) to maintain the quality and supply of continuous sponge iron.
Bogor: Indonesia Defense University, 2019
355 JDSD 9:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>