Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dizza Nur Rahmah
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang evaluasi program penguatan keluarga atau Family Strengthening Program di Komunitas Cikareo dari SOS Children’s Village Jakarta yang secara umum bertujuan untuk memberdayakan keluarga miskin dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi formatif dengan pendekatan kualitatif yang difokuskan untuk menggambarkan proses implementasi program penguatan keluarga yang dilakukan oleh SOS Children’s Village Jakarta, serta mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dapat dijadikan dasar untuk pengembangan program tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam program penguatan keluarga di Komunitas Cikareo muncul berbagai permasalahan yang berasal dari keluarga dampingan selaku penerima manfaat program dan SOS Children’s Village Jakarta selaku pelaksana program. Adapun permasalahan yang muncul dari keluarga dampingan yaitu adanya ketergantungan. Sementara hambatan yang muncul dari lembaga ialah kurangnya sumber daya staf edukator dan pelaksanaan awal program yang tidak terarah. Di samping hambatan, terdapat faktor pendukung yang juga muncul di implementasi program penguatan keluarga. Di antaranya ialah keterbukaan keluarga dampingan terhadap lembaga, adanya kerja sama antar staf edukator, dan lain sebagainya yang mendorong pelaksanaan program. ......This thesis discusses the evaluation of the Family Strengthening Program in the Cikareo Community of SOS Children's Village Jakarta which generally aims to empower poor families in meeting the needs of their children. This research is a formative evaluation study with a qualitative approach that focuses on describing the implementation process of the family strengthening program carried out by SOS Children's Village Jakarta, as well as identifying and analyzing the supporting and inhibiting factors that can be used as the basis for the development of the program. The results showed that in the family strengthening program in the Cikareo Community, various problems emerged from the assisted families as program beneficiaries and SOS Children's Village Jakarta as program implementers. The problems that arise from assisted families are a dependency. Meanwhile, the obstacles that arise from the institution are the lack of educator staff resources and the initial implementation of the program which is not directed. In addition to obstacles, there are supporting factors that also appear in the implementation of the family strengthening program. Among them are the openness of the assisted families to the institution, the cooperation between educator staff, and so on that encourage program implementation.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Siti Maryam
Abstrak :
ABSTRAK
Memberikan perawatan pada lansia dengan penyakit kronis menimbulkan perasaan strain atau burden (beban) pada caregiver (pengasuh) yang dapat mempengaruhi kualitas hidup keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan beban keluarga merawat lansia. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional menggunakan uji regresi logistik ganda. Sampel berjumlah 205 responden dengan pengambilan sampel secara gugus bertahap. Hasil penelitian menunjukkan hubungan bermakna antara usia keluarga (p= 0,052; α= 0,05), status kesehatan (p= 0,018; α= 0,05 ), pengetahuan (p= 0,046; α= 0,05), dan kepuasan (p= 0,033; α= 0,05) dengan beban merawat lansia. Faktor yang paling berkontribusi terhadap beban merawat adalah status kesehatan keluarga (OR= 2,632). Rekomendasi hasil penelitian yaitu gambaran tentang tingkat beban yang dialami keluarga dalam merawat lansia dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengembangkan program pemberdayaan keluarga serta program promosi kesehatan untuk mengurangi beban merawat yang pada akhirnya dapat mengurangi tindakan kekerasan dan penelantaran.
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Kusumawati
Abstrak :
Stunting merupakan masalah gizi, terbukti data pemantauan status gizi Kabupaten Banyumas 2012 prevalensi stunting sebesar 28,37% dan prevalensi tertinggi (41,6%) di Puskesmas Kedungbanteng. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor risiko terkait faktor anak, ibu, lingkungan terhadap stunting bawah tiga tahun (batita) agar dapat dikembangkan model pengendaliannya. Penelitian menggunakan desain kasus kontrol, populasi adalah seluruh anak usia 6 sampai 36 bulan di Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas selama enam bulan tahun 2013. Sampel kasus adalah 50 batita stunting, sampel kontrol adalah 50 batita status normal. Teknik pengambilan sampel kasus diambil dari tujuh desa yang terbanyak stuntingnya, sedangkan kontrol adalah batita normal tetangga terdekat kasus dengan usia yang disamakan. Pengumpulan data dengan wawancara dan pengukuran. Analisis data univariat, bivariat (uji kai kuadrat), dan multivariat (uji regresi logistik ganda). Hasil penelitian menemukan karakteristik batita stunting terkena penyakit infeksi (82%), riwayat panjang badan lahir < 48 centimeter (66%), riwayat pemberian ASI dan makanan pendamping ASI kurang baik (66%), riwayat berat badan lahir rendah (8%). Pada penelitian ini, faktor risiko stunting adalah penyakit infeksi, pelayanan kesehatan, immunisasi, pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, ketersediaan pangan keluarga, dan sanitasi lingkungan. Faktor yang paling dominan adalah penyakit infeksi. Model pengendalian stunting melalui peningkatan pemberdayaan keluarga terkait pencegahan penyakit infeksi, memanfaatkan pekarangan sebagai sumber gizi keluarga dan perbaikan sanitasi lingkungan.

Stunting is a nutritional problem, proved by the evidence of nutritional status monitoring at Banyumas District in 2012, the prevalence of stunting was 28.37% and the highest prevalence 41.6% at Kedungbanteng Primary Health Care. This study aimed to analyze risk factors related to child, maternal, and environmental factors toward stunting among children under three year old in 2013 in order to develop the control model. This study used case control design, the population was all children aged of six to 36 months at Kedungbanteng Primary Health Care, Banyumas District. Sample was 50 stunting children, while the control sample was 50 normal children. Sampling technique was taken from seven villages with the highest stunting number, meanwhile the control was normal children living closest to the case with similar age. Data was collected through interview and measurement. Data analysis was conducted in univariate, bivariate (chi-square test), and multivariate analyze (multiple logistic regression test). The results found that characteristics of stunting children under three years old were often suffering infectious diseases (66%), having body length record < 48 centimeter (66%), bad records of breastfeeding and comlementary feeding (66%), and record of low birth weight (8%).Stunting risk factors in this study were infectious disease, health services, immunization, maternal knowledge, family income, family food availability, and environmental sanitation. The most dominating factor was infectious disease. The stunting control model through enhancement of family empowerment related to infectious disease prevention, utilization yard as a family nutrition source and environmental sanitation repair.
Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Kusumawati
Abstrak :
Stunting merupakan masalah gizi, terbukti data pemantauan status gizi Kabupaten Banyumas 2012 prevalensi stunting sebesar 28,37% dan prevalensi tertinggi (41,6%) di Puskesmas Kedungbanteng. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor risiko terkait faktor anak, ibu, lingkungan terhadap stunting bawah tiga tahun (batita) agar dapat dikembangkan model pengendaliannya. Penelitian menggunakan desain kasus kontrol, populasi adalah seluruh anak usia 6 sampai 36 bulan di Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas selama enam bulan tahun 2013. Sampel kasus adalah 50 batita stunting, sampel kontrol adalah 50 batita status normal. Teknik pengambilan sampel kasus diambil dari tujuh desa yang terbanyak stuntingnya, sedangkan kontrol adalah batita normal tetangga terdekat kasus dengan usia yang disamakan. Pengumpulan data dengan wawancara dan pengukuran. Analisis data univariat, bivariat (uji kai kuadrat), dan multivariat (uji regresi logistik ganda). Hasil penelitian menemukan karakteristik batita stunting terkena penyakit infeksi (82%), riwayat panjang badan lahir < 48 centimeter (66%), riwayat pemberian ASI dan makanan pendamping ASI kurang baik (66%), riwayat berat badan lahir rendah (8%). Pada penelitian ini, faktor risiko stunting adalah penyakit infeksi, pelayanan kesehatan, immunisasi, pengetahuan ibu, pendapatan keluarga, ketersediaan pangan keluarga, dan sanitasi lingkungan. Faktor yang paling dominan adalah penyakit infeksi. Model pengendalian stunting melalui peningkatan pemberdayaan keluarga terkait pencegahan penyakit infeksi, memanfaatkan pekarangan sebagai sumber gizi keluarga dan perbaikan sanitasi lingkungan.

Stunting is a nutritional problem, proved by the evidence of nutritional status monitoring at Banyumas District in 2012, the prevalence of stunting was 28.37% and the highest prevalence 41.6% at Kedungbanteng Primary Health Care. This study aimed to analyze risk factors related to child, maternal, and environmental factors toward stunting among children under three year old in 2013 in order to develop the control model. This study used case control design, the population was all children aged of six to 36 months at Kedungbanteng Primary Health Care, Banyumas District. Sample was 50 stunting children, while the control sample was 50 normal children. Sampling technique was taken from seven villages with the highest stunting number, meanwhile the control was normal children living closest to the case with similar age. Data was collected through interview and measurement. Data analysis was conducted in univariate, bivariate (chi-square test), and multivariate analyze (multiple logistic regression test). The results found that characteristics of stunting children under three years old were often suffering infectious diseases (66%), having body length record < 48 centimeter (66%), bad records of breastfeeding and comlementary feeding (66%), and record of low birth weight (8%).Stunting risk factors in this study were infectious disease, health services, immunization, maternal knowledge, family income, family food availability, and environmental sanitation. The most dominating factor was infectious disease. The stunting control model through enhancement of family empowerment related to infectious disease prevention, utilization yard as a family nutrition source and environmental sanitation repair.
Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Maulana
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam penelitian tesis ini membahas tentang program advokasi membangun jejaring pada pemberdayaan kesejahteraan keluarga jakarta timur, bagaimana proses program ini berjalan, bagaimana hubungan advokasi ini dengan para pemangku kebijakan khususnya pada pemberdayaan kesejahteraan keluarga kota jakarta timur , dan bagaimana kebijakan para pemangku kebijakan sampai pada level menengah dan kebawah. Respon dari sipemangku kebijakan dan respon dari para kader pemberdayaan kesejahteraan keluarga. Metode penelitian yang digunakan adalah metodelogi penelitian kualitataif dimana penelitian ini menghasilkan beberapa penemuan diantaranya Advokasi yang dilakukan oleh direktorat advokasi terhadap pemberdayaan keluarga kota jakarta timur telah membuahkan keputusan atau kebijakan berupa himbauan bahwa kader pkk dikewilayahan harus memasukkan kegiatan sosialisasi pencegahan penyalahgunaan narkoba pada kegiatan rutin yang telah ada. Dan hasil yang didapat dilapangan adalah Respon dari kader sangatlah baik dimana kesadaran masyarakat akan pemahaman bahaya penyalahgunaan narkoba semakin meningkat seperti memproteksi anggota keluarga. tidak adanya anggaran serta tidak adanya pelatihan rutin dari Badan Narkotika Nasional kepada kader-kader menjadi hambatan, hal ini dikarenakan para kader yang ada minim informasi-informasi atau kebijaka-kebijakan yang ada untuk disosialisasikan. Tujuan khusus advokasi pencegahan penyalahgunaan narkoba di wilayah kota jakarta timur belum semua tercapai. Strategi yang harus diwujudkan untuk mendukung program advokasi seperti memaksimalkan pusat informasi keluarga, membentuk relawan dan membuat standart oprasional prosedur harus segera diwujudkan serta mensinergikan peraturan pelaksanaan pencegahan penyalahgunaan narkoba yang dikeluarkan oleh badan narkotika nasional dengan peraturan daerah yang dapat mendukung jalannya program tersebut secara efektif sampai lapisan masyarakat terbawah.
ABSTRACT
In thesis research about Advocacy program in building empowerment of family welfare in network east Jakarta, how process of this program is running, how the relation of this advocacy with the stakeholders especially the empowerment of family welfare in east Jakarta, and how this policy of the stakeholders at the middle and low level. Respond from the stakeholders and respond from the representatives of the empowerment of family walfare. The research method used is a qualitative research methodology in which this research produces several findings among others Advocacy by the directorate against the empowerment of family welfare in east Jakarta has led to a decision or policy as appeal that the stakeholders of the region empowerment of family welfare should include the socialization activity of prevention misuse of drugs on existing activity. And the results obtained in the field is respond from representatives is very good where the citizen rsquo s awareness of drugs abuse understanding is more increasing as it protects the family member. No budget and no regular training from national narcotic board to the representatives is being on obstacle, this is because the representatives has minimum information or policies that should be socialized. The special purpose of advocacy of drug abuse prevention in east Jakarta has not been achieved. Strategies that must be realized to support advocacy programs such as maximizing family information center, forming volunteers and establishing standard operating procedures should be realized as well as synergizing implementing regulations on the prevention of drug abuse issued by national narcotics board with local that can support the program effectively to layer the lowest society
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liya Arista
Abstrak :
Stroke merupakan kondisi hilangnya fungsi otak karena gangguan aliran darah otak terjadi lebih dari 24 jam. Stroke berdampak fisik maupun mental sehingga klien stroke bergantung kepada keluarga serta membutuhkan perawatan dan pemulihan jangka panjang. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh program pemberdayaan keluarga terhadap status fungsional klien dan kesiapan keluarga merawat klien stroke. Desain penelitian quasi experiment dengan pendekatan control group pretest posttest design pada 25 responden meliputi 12 orang kelompok kontrol dan 13 orang kelompok intervensi. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna status fungsional klien antara kelompok kontol dan intervensi setelah program pemberdayaan. Namun, terdapat perbedaan yang bermakna kesiapan keluarga merawat klien stroke antara kelompok kontrol dan intervensi (p = 0,004 pada α = 0,05). Oleh karena itu, pemberian program pemberdayaan keluarga direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan untuk mempersiapkan keluarga melaksanakan perawatan terutama ketika klien stroke pulang ke rumah. ...... Stroke is a condition of brain function loss due to disturbance in cerebral blood flow that occurs more than 24 hours. The difficulties and dysfunction are caused by brain damage entail long-term disorders of physical and mental balance, so that the patients depend on their families. The aim of this study was to assess the impact of the family empowerment program on the functional status of patients after stroke and also family preparedness to taking care the patients at home. The study design was a quasi-experiment design with pretest-posttest control group approach using 25 respondents. Groups were divided into a control group (n=12) and intervention group (n=13). The results showed that is no significant difference between functional status in both groups after the intervention, but there is a significant difference in family preparedness to taking care for stroke survivors between the control and intervention groups (p = 0.004 at α = 0.05). Based on the results, the provision of family empowerment program as a preparation for discharge planning could be one of the nursing interventions for families to giving a care for stroke survivors at home.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kustini Prihatin
Abstrak :
Keluarga adaah unit terkecil dalam masyarakat, dan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya setiap anggota keluarga diharapkan dapat menjalankan fungsinya masing masing terutama fungsi ekonomi. Anggota keluarga sebagai sumber daya manusía (SDM) harus terus di bangun, hal ini seperti dijelaskan dalam GBHN 1998 karena sangat penting bagi proses pembangunan bangsa. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat, maka dalam pembangunan diharapkan dapat memobilisasi segenap potensi dan sumber daya yang ada dengan memberdayakan keluarga. Salah satu institusi strategis yang telah ditempuh untuk memantapkan keberhasilan pembangunan, yaitu Badan Koordinasi Ketuarga Berencana Nasional (BKKBN) di Indonesia dengan suatu pendekatan yang diharapkan dapat mendorong keberhasilan sekaligus memantapkan kesertaan adalah perbaikan ekonomi keluarga guna mewujudkan Norma Keluarga Kecil bahagia Dan sejahtera (NKKBS), dengan membentuk UPPKS. Dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, namun kenyataan di lapangan terlihat bahwa dengan masuknya keluarga dalam sebuah UPPKS ada yang meningkat tingkat kesejahteraannya namun masih ada keluarga yang masih dalam keluarga pra sejahtera dan sejahtera I alasan ekonomi yang harus ditingkatkan tingkat kesejahteraannya. Sehingga menimbulkan pertanyaan apa yang menyebabkannya maka dalam penelitian kali ini akan melihat tentang prosesi pemberdayaan keluarga melaluí UPPKS, karena keluarga juga merupakan faktor penentu dalam melakukan usaha-usaha perbaikan tíngkat kesejahteraan keluarga disamping faktor Lainnya seperti modaL sarana dan prasarana melalul kelompok UPPKS. Penelitian ini dilakukan di empat kecamatan yang ada di Kotamadia Pontianak dengan menggunakan pendekataflkUalitatif dengan tipe penehtian deskriftif analisis, jadi peneUti hanya menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi pada dalam pemberdayaan keluarga melalul kelompok UPPKS. Teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dan Young dan Mack bahwa interaksi sosial adalah kunci dan semua kehidupan sosial, o!eh karena itu tanpa interaksi sosial, tidak mungkin ada kehidupan bersama. Selain itu mengingat manusia mempunyai naluri untuk hidup dengan orang lain yang disebut gregariousness dan karena manusia disebut juga social animal (mahkluk sosial) Dan mengenal motivasi mengambìl teori motivasi Maslow bahwa adanya tingkat-tingkat kebutuhan dan perubahan daya dorong. Perubahan daya dorong atau istilah Masiow "Propotency" berarti bahwa apabila semua tingkat kebutuhan manusia tidak bisa dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat fisik seperti pangan, papan, sandang, juga kebutuhan biologis akan merupakan kebutuhan yang pa!ing dominan. lstilah lain Maslow tentang keadaan tersebut diatas adalah "propensity of human needs". Sedangkan mengenai pemberdayaan Rappaport mengatakan "pemberdayaan adalah suatu cara dengan rnana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (berkuasa) atas kehidupannya". Dari hasil penelitian tentang pemberdayaan keluarga melalul UPPKS yang telah dilakukan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa: Masth ada keluarga yang belum dapat memanfaatkafl UPPKS sebagai wadah pemberdayaan keluarga sehingga masih ada anggota keluarga yang belum diberdayakan. dan manfaat yang diperoleh oleh informan utama dalam mengíkuti UPPKS masih sekitar bantuan modal usaha belum sampai ke pengembangan usaha karena hanya terfokus ke usahanya karena jarang rriengikuti kegiatan kelompok . Keluarga yang tingkat kesejahteraaflflYa masih KS 1 dan II pemberdayaan keluarga masih terfokus ke ekonomi saja, lain hainya dengan keluarga yang telah KS Ill, dimana selain faktor ekonomi juga telah dapat mengembangkan diii ke bidang lain yaitu ínteraksi dan memotivasi keluarga lain dalam anggota UPPKS dan masyarakat sekitar tempat tinggal, jadi bukan untuk keluarga sendiri tapi meluas ke keluarga di lingkungannya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Budiati
Abstrak :
Angka menyusui di beberapa daerah di Indonesia masih dibawah dari angka cakupan ASI nasional, rendahnya angka cakupan ASI ini turut dipengaruhi pula oleh kondisi ibu pasca persalinan terutama pada ibu dengan seksio sesarea (SC). Ibu paska SC mengalami keterlambatan rangsangan terhadap hormone oksitosin karena lambat menyusui disebabkan rasa nyeri paska operasi. Hal lain yang memengaruhi menyusui adalah dukungan dari orang sekitar memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan pemberian ASI eksklusif. Kebiasaan serta anjuran dari orang terdekat serta kurangnya dukungan dari pasangan turut serta memengaruhi pemberian ASI eksklusif pada ibu postseksio sesarea. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas model intervensi berbasis budaya (IBB) melalui pemberdayaan keluarga serta pengaruhnya terhadap persepsi kecukupan ASI serta berat badan bayi baru lahir ibu post SC. Penelitian ini menggunakan desain riset operasional melalui 3 (tiga) tahapan penelitian yaitu tahap I: Identifikasi masalah budaya dengan menggunakan metode riset campuran kuantitatif dan kualitatif. Tahap II merupakan tahap pengembangan model berdasarkan hasil tahap I, masukan pakar serta studi literatur. Tahap III merupakan tahap uji coba model serta 6 (enam) modul yang telah dihasilkan dari tahap II. Hasil penelitian tahap III terdapat perbedaan bermakna antara persepsi kecukupan ASI serta perubahan berat badan bayi baru lahir pada kelompok intervensi setelah diberikan IBB dibandingkan dengan kelompok kontrol. IBB juga terbukti mampu meningkatkan peluang sebanyak 2,53 kali terhadap persepsi ASI yang sangat cukup setelah dikontrol mitos dan dukungan keluarga. Model ini dapat direplikasikan pada tempat lain dengan menyesuaikan dengan kondisi budaya setempat dan dapat disebarluaskan kepada tenaga kesehatan lain serta peserta didik institusi Pendidikan perawatan. ......The breastfeeding rate in several regions in Indonesia is still below the national breastfeeding coverage rate, the low rate of breastfeeding coverage is also influenced by the condition of the mother after childbirth, especially in mothers with cesarean section (SC). Post-SC mothers experience delays in stimulation of the hormone oxytocin because breastfeeding is slow due to postoperative pain. Another thing that affects breastfeeding is that the support from people around has a very big influence on the continuity of exclusive breastfeeding. Habits and recommendations from the closest people and the lack of support from partners also affect exclusive breastfeeding for post-cesarean mothers. The purpose of this study was to identify the effectiveness of the culture-based intervention model (IBB) through family empowerment and its effect on perceptions of breast milk adequacy and post-SC mother's newborn weight. This study uses an operational research design through 3 (three) stages of research, namely stage I: Identification of cultural problems by using mixed quantitative and qualitative research methods. Phase II is the model development phase based on the results of phase I, expert input and literature study. Phase III is the testing phase of the model and 6 (six) modules that have been produced from phase II. The results of the third stage of the study showed that there was a significant difference between the perception of breast milk adequacy and changes in the weight of newborns in the intervention group after being given IBB compared to the control group. IBB was also proven to be able to increase the odds by 2.53 times on the perception that breastfeeding was very sufficient after controlling for myths and family support. This model can be replicated in other places by adapting to local cultural conditions and can be disseminated to other health workers and students of nursing education institutions.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library