Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wospakrik, Stevy Kristofer
"Telah dilakukan pemodelan kecepatan subregional dan konversi kedalaman dari dua horizon seismik yaitu horizon Top Kais dan horizon Base Cretaceous di area Tangguh, Papua. Penelitian ini dilakukan karena belum ada pemodelan kecepatan dengan skala subregional yang menyertakan parameter geologi di area Tangguh.
Faktor geologi yang mempengaruhi kecepatan rerata di area subregional Tangguh adalah litologi dan ketebalan interval. Untuk itu telah dilakukan pemodelan geologi dengan 2 layer berdasarkan litologi yaitu: shale (layer 1: SRD - Top Kais) dan karbonat+klastik (layer 2: Top Kais - Base Cretaceous). Metode External Drift Kriging menggunakan horizon Top Kais dan Base Cretaceous terbukti mampu memprediksi kecepatan pada skala subregional dimana data sumur tidak banyak (sparse). Didapatkan rentang (range) kecepatan rerata Top Kais adalah 1700m/sec hingga 2500m/sec dan rentang kecepatan rerata Base Cretaceous adalah 2700m/sec hingga 4000m/sec.
Hasil penelitian ini adalah model kecepatan yang dapat digunakan untuk skala subregional Tangguh. Horizon kedalaman (depth horizon) dari penelitian ini dapat digunakan untuk penentuan rentang volume secara deterministik dari prospek di area eksplorasi (ILX) yang baru.

Velocity modelling and depth conversion of two seismic horizons (Top Kais and Base Cretaceous) was performed for subregional scale at Tangguh area, Papua. This study was initiated because there were no any previous works on velocity modelling for subregional scale at Tangguh area which incorporated any geological parameters.
Geological factors that affected the average velocity distribution at Tangguh are lithology and interval thickness. Therefore a 2 layer geological model was created which was defined by lithology: shale (layer 1: SRD - Top Kais) and carbonate + clastic (layer 2: Top Kais - Base Cretaceous). External Drift Kriging by using Top Kais and Base Cretaceous horizons was proved to be superior to predict velocity distribution on sparse well data in a subregional scale.
It was found that the average velocity range for Top Kais was 1700m/sec to 2500m/sec and the average velocity range for Base Cretaceous was 2700m/sec to 4000m/sec. The velocity models as the outcome of this study can be used for Tangguh subregional scale. The depth horizons can be used to define the deterministic volume of the prospects in the new ILX area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29609
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Eulia Andoko
"Depth uncertainties in subsurface modeling can significantly impact exploration success, particularly in geologically complex areas like the "SEA" Field, located in the Bintuni Basin. This study addresses these uncertainties by analyzing well-derived velocity data, applying geostatistical techniques including kriging interpolation, collocated co-kriging, sequential gaussian simulation (SGS) and minimum curvature to model spatial variability, using Monte Carlo simulation to create thousands of velocity realizations to evaluate depth conversion accuracy and generate multiple depth map scenarios for the Miocene, Eocene, Paleocene, Cretaceous and Jurassic intervals. These realizations are used to produce probabilistic depth maps, quantifying uncertainties and their impact on reservoir geometry. Results show depth variations of up to ±150 meters for key horizons, with the kriging interpolation geostatistical approach proving most effective in capturing uncertainty ranges. This study provides a robust framework for depth conversion in the "SEA" Field, supporting risk-informed decision-making and reducing exploration risks in the Bintuni Basin.

Ketidakpastian kedalaman dalam pemodelan subsurface dapat berdampak signifikan terhadap kesuksesan eksplorasi, terutama di area dengan kondisi geologi yang kompleks seperti Lapangan "SEA", yang terletak di Cekungan Bintuni. Studi ini mengatasi ketidakpastian tersebut dengan menganalisis data kecepatan dari sumur, menerapkan teknik geostatistik termasuk interpolasi kriging, kolokasi co-kriging, simulasi Gaussian berurutan (SGS), dan kurva minimum untuk memodelkan variabilitas spasial, serta menggunakan simulasi Monte Carlo untuk menghasilkan ribuan realisasi kecepatan guna mengevaluasi akurasi konversi kedalaman dan menghasilkan beberapa skenario peta kedalaman untuk interval Miocene, Eocene, Paleocene, Cretaceous, dan Jurassic. Realisasi ini digunakan untuk menghasilkan peta kedalaman probabilistik, mengkuantifikasi ketidakpastian dan dampaknya terhadap geometri reservoir. Hasil penelitian menunjukkan variasi kedalaman hingga ±150 meter untuk horizon kunci, dengan pendekatan geostatistik interpolasi kriging terbukti paling efektif dalam menangkap rentang ketidakpastian. Studi ini memberikan kerangka kerja yang kuat untuk konversi kedalaman di Lapangan "SEA", mendukung pengambilan keputusan berbasis risiko dan mengurangi risiko eksplorasi di Cekungan Bintuni."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library