Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Venie Viktoria RM
"Pada awalnya, seseorang yang menderita skizofrenia mungkin tidak diketahui oleh lingkungan mengenai gangguan yang dideritanya. Ketika keluarga mengetahui hal ini, tidak jarang mereka harus hidup bersama dengan penderita. Di rumah, para penderita tinggal bersama anggota keluarga yang lain, termasuk di antaranya adalah orang tua.
Bagi orang tua, kehadiran anak merupakan suatu prestasi tersendiri. Beberapa orang tua bahkan menganggap kehadiran anak sebagai penegasan akan kesuksesan dan kemampuan mereka sebagai orang tua (Gargiulo, 1985). Ketika orang tua mendengar dari dokter atau psikolog bahwa anaknya menderita skizofrenia, mereka biasanya akan mengalami shock. Menurut Duncan & Moses (dalam Gargiulo, 1985), shock merupakan fase awal yang biasanya terjadi ketika seseorang mengetahui salah satu anaknya mengalami gangguan skizofrenia sebelum akhirnya mereka menerima keadaan anaknya.
Duncan & Moses, berdasarkan konsep penerimaan dari Kübler-Ross (dalam Gargiulo, 1985), menyatakan bahwa penerimaan orang tua terhadap anak mereka dapat dibagi menjadi tiga tahap. Tiga tahap penerimaan orang tua tersebut terdiri atas primary phase, secondary phase, dan tertiary phase. Shock terjadi pada tahap primary phase dan penerimaan berada pada tahap tertiary phase.
Ketika lingkungan mengetahui gangguan yang dialami penderita, lingkungan sekitar sering kali menjauhi dan mempermalukan penderita maupun keluarganya. Keluarga dan masyarakat juga menganggap bahwa skizofrenia merupakan penyakit yang berbahaya, memalukan, dan membawa aib keluarga. Bahkan mereka menganggap skizofrenia sebagai akibat dari terkena guna-guna, kemasukan setan, kemasukan roh jahat, kutukan, dilanggarnya larangan (tabu), dan lain sebagainya yang berlandaskan kepercayaan supranatural (Hawari, 2001).
Menurut Hawari (2001), sebagai konsekuensi kepercayaan di atas, banyak penderita skizofrenia tidak dibawa ke dokter. Di antara mereka, penderita sering disembunyikan oleh keluarga mereka. Padahal mereka justru membutuhkan dukungan dan penerimaan dari keluarga serta lingkungan sekitar mereka.
Masalah lain yang berkaitan dengan hal ini adalah biaya pengobatan penderita. Hal ini juga dapat menjadi beban tersendiri bagi orang tua, karena membutuhkan dana yang tidak sedikit dan ini akan meningkatkan pengeluaran biaya, yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi keluarga.
Masalah-masalah tersebut dapat mempersulit penerimaan keluarga terhadap penderita. Dengan demikian, penelitian ini ingin melihat gambaran penerimaan keluarga, khususnya orang tua dari penderita skizofrenia, dengan melihat tahapan penerimaan dari orang tua menurut Duncan & Moses yang didasarkan dari konsep penerimaan Kübler-Ross serta masalah-masalah yang dapat mempengaruhi penerimaan orang tua.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tahap-tahap yang terjadi pada kedua pasangan orang tua terlihat tumpang tindih dan masing-masing orang tua memiliki keunikannya masing-masing. Kedua pasangan orang tua juga belum dapat menerima sepenuhnya keadaan anak mereka. Masalah-masalah yang dihadapi orang tua, yaitu masalah biaya, lingkungan, dan intensitas gangguan penderita, pernah dialami oleh kedua pasangan orang tua dan bahkan ada yang masih mengalaminya hingga saat ini. Beberapa masalah tersebut telah dapat ditangani oleh kedua pasangan orang tua."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Gunawan
"Berdasarkan definisinya skizofrenia adalah sekelompok orang yang menderita gangguan psikotik dengan ciri-ciri adanya gangguan dalam proses berpikir, emosi dan tingkah Laku. Karena adanya ketidaksesuaian proses berpikir, kondisi emosi dan tingkah Laku orang Lain sulit untuk memahami penderita. Melalui wawancara, observasi dan penggunaan alat tes, pemahaman terhadap pasien skizofrenia mulai muncul.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah DAP. Pandangan individu terdapat dirinya akan mengarahkan individu dalam membentuk gambar orang. Oleh karena itu, gambar orang, yang didalamnya termasuk bentuk proyeksi dari pencitraan tubuh (body image), merupakan salah satu alat yang dapat mengungkapkan kebutuhan dan kronik yang dialami seorang individu. Dalam perkembangannya, berbagai variasi diberikan terhadap tes proyeksi, termasuk menggunakan Warna. Warna merupakan simbolisasi emosi.
Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap 4 orang pasien skizofrenia di RSAD di Mintoharjo. Masing-masing subjek diminta untuk menggambar orang, dengan menggunakan pensil. Setelah asosiasi selesai, subjek kembali diminta menggambar orang menggunakan krayon dan dilanjutkan dengan asosiasi gambar dan penghayatan subjek terhadap warna yang digunakan. Hasil dari kedelapan gambar menunjukan bahwa DAP berwarna dapat mendukung DAP standar serla memperkuat indikasi yang sudah ada. Dengan tambahan elemen warna, arti simbolis warna yang digunakan dapat menambah indikasi kebutuhan dan konflik yang dialami subjek. kebutuhan yang tampak dari keempat subek adalah kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan perlindungan, kebutuhan untuk bergantung pada orang Lain dan kebutuhan untuk afeksi.
Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar memperhatikan kelengkapan asosiasi cerita dan tingkat kesembuhan yang sudah dialami pasien. Dengan demikian hasil yang diperoleh akan Lebih komprehensif. Diperlukan juga wawancara yang mendalam sebagai konfirmasi data yang diperoleh melalui hasil tes DAP."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library