Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
H. Djaali
Jakarta: Kemitraan Partnership, 2003
363.2 DJA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amin Syufangat M
"ABSTRAKSI
Bersamaan dengan program pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang kehidupan dan seluruh wilayah Nusantara, khusus di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya banyak terjadi berbagai jenis kejahatan. Padahal, "beban yang besar dan korban yang fatal akibat kejahatan jelas merupakan ancaman dan hambatan bagi usaha pembangunan yang ingin mendekatkan kesejahteraan umat manusia" (Soedjono, 1983: 5).
Berdasarkan pengamatan, laju kriminalitas cenderung meningkat baik secara kuantitas maupun secara kualitas dan masih rendahnya perkara tindak pidana yang dapat diselesaikan (Mabes Polri, 1983, Soejarwo, 1985, Sanusi, 1987, Suara Pembaruan, 1988). Reserse sebagai pengemban fungsi melaksanakan tugas pokok Polri di bidang "represif justisiil"; pemberantasan kriminalitas. Reserse berperan membuat terang suatu tindak pidana yang terjadi sehingga pelaku dapat dituntut dan mendapat putusan Pengadilan (Soesilo, 1976), masih terdapat kelemahan (Soedjarwo, 1983, Soesetio, 1983. Suara Karya, 15 Juni 1989). Oleh karena itu Polri dalam program kerja memprioritaskan peningkatan fungsi reserse, di samping fungsi lain (Sanusi, 1986).
Bila dikaji mengenai tugas reserse dan kegunaan kreativitas yang dikatakan Rahardjo (1968) dan Sanusi (1987c) bahwa reserse adalah sebagai juru tafsir dan transformator hukum, Sebagai penegak hukum "jalanan" yang bersifat telanjang memiliki risiko yang cukup tinggi, pekerjaannya berkualitas ganda bahkan majemuk dan kedudukannya dalam sistem penyelenggaraan hukum pidana pada pos terdepan sebagai pemburu kejahatan yang tidak mengenal menyerah meskipun masalah yang dihadapi lebih banyak di luar batas-batas yang sudah dikenal. Sedang kegunaan kreativitas dalam hal ini dikatakan Sanusi (1987c) dan Lantang Harahap (1987) kreativitas berguna untuk mengantisipasi kemajuan dan tuntutan masyarakat yang semakin kompleks dan untuk menemukan cara-cara baru yang lebih tepat dan cepat dalam mengatasi masalah-masalah peningkatan kualitas tindak pidana. Disamping dapat mendorong semangat kerja keras, memberikan kesukaan dan kepuasan, mendorong semangat juang dan ketahanan untuk tidak berhenti berjuang, mencambuk untuk mencapai tujuan serta merupakan sarana mengembangkan kepribadian dan memotivasi perbaikan-perbaikan kualitas dan kuantitas hidup. Muncullah dugaan ada hubungan yang positif antara kemampuan berpikir kreatif, sikap kreatif dan keberhasilan tugas bintara reserse.
Sebagai konsekuensi logis dari dugaan tersebut maka dalam peningkatan fungsi reserse seyogyanya mencakup aspek kemampuan berpikir kreatif dan sikap kreatif para petugas, baik melalui program pendidikan, penempatan maupun pengalaman (lama tugas). Karena ketiga faktor tersebut cukup besar pengaruhnya terhadap proses pengembangan kreativitas sebagaimana dikatakan Utami Munandar (1984) bila ditinjau dari segi pendidikan bakat kreatif dapat dipupuk dan dikembangkan, tetapi bakat itu dapat pula terhambat dan tidak terwujud. Demikian pula Selo Soemardjan mengatakan bahwa timbul dan tumbuhnya kreativitas dan selanjutnya berkembang suatu kreasi yang diciptakan oleh individu tidak dapat luput dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat di mans individu itu hidup dan bekerja (1983). Campbell pun mengatakan bahwa orang-orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang yang dapat menjadi contoh (1986).
Ungkapan ini menunjukkan bahwa upaya pengembangan kreativitas melalui pendidikan, penempatan maupun lama tugas terhadap pengembangan kreativitas bukan dengan sendirinya akan terwujud tetapi diperlukan suatu kondisi yang secara sadar mengarah kepada peningkatan kreativitas.
Di lingkungan Polri selama ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai kreativitas hubungannya dengan keberhasilan tugas, tingkat pendidikan, penempatan dan lama tugas bintara reserse. Maka dapat dikatakan penelitian ini sebagai pendahuluan dalam rangka penjajagan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif dan sikap kreatif tidak ada hubungan dengan keberhasilan tugas, tingkat pendidikan dan lama tugas. Namun pada kemampuan berpikir kreatif maupun sikap kreatif terdapat perbedaan antara bintara reserse dan sabhara. Di mana kemampuan berpikir kreatif bintara reserse lebih tinggi daripada bintara sabhara, tetapi pada sikap kreatif (sementara) bintara reserse lebih rendah daripada bintara sabhara.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Wahyudi
"Permasalahan citra Polri di masyarakat sejauh ini masih kurang baik. Makin hari tuntutan masyarakat terhadap kinerja Polri semakin tinggi, dalam hal penegakan hukum dan terutama dalam hal perlindungan dan pelayanan terhadap masyarakat. Untuk memperbaiki citra Polri yang kurang bagus di masyarakat maka diperlukan anggota Polri yang beijiwa sipil dan merakyat. Pembentukan polisi-polisi sipil yang merakyat sendiri dimulai dari pendidikan dasar kepolisian. Setelah keluar dari ABRI pendidikan dasar kepolisian diarahkan ke pembentukan polisi-polisi sipil yang non militer karena dalam tugasnya polisi berhadapan dengan masyarakat dan bukan dengan musuh. Pendidikan dasar kepolisian yang mengarah ke pembentukan polisi sipil ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan kepolisian, terutama di kalangan anggota-anggota Polri yang terkait dengan pendidikan Polri. Untuk itu penulis meneliti perbedaan sikap antara pembina dan siswa pendidikan pertama Bintara Polri terhadap pendidikan Polri, apakah ada perbedaan atau tidak. Diambilnya pendidikan pertama Bintara Polri sebagai sampel karena sebagian besar anggota Polri merupakan lulusan dari pendidikan tersebut.
Subyek penelitian ini terdiri dari 30 orang pembina Sepolwan, 30 orang pembina SPN Lido, 50 orang siswa Sepolwan, dan 50 orang siswa SPN Lido, yang diambil secara accidental di Sepolwan dan SPN Lido. Untuk mengetahui perbedaan sikap antara pembina dan siswa pendidikan pertama Bintara Polri terhadap pendidikan Polri penulis mengunakan skala sikap model Likert dengan metode kuesioner yang penulis buat sendiri berdasarkan aspek-aspek yang mewakili pendidikan Polri yang hendak diukur. Selanjutnya data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan T-test (independenl) untuk mendapatkan perbandingan nilai mean dari kedua sampel.
Hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap yang signifikan antara pembina dan siswa pendidikan pertama Bintara Polri terhadap pendidikan Polri. Dimana kedua pihak cenderung samasama setuju atau bersikap positif terhadap pendidikan Polri sekarang ini.
Ditemukan tidak adanya perbedaan sikap yang signifikan antara pembina dan siswa pendidikan pertama Bintara Polri terhadap pendidikan Polri disebabkan karena pendidikan Polri yang bersifat non militeristik sekarang ini dilihat sebagai hal yang menyenangkan bagi kedua pihak sehingga mereka menyukainya. Tema mengenai sikap pembina dan siswa pendidikan pertama Bintara Polri terhadap pendidikan Polri cukup menarik karena pendidikan pertama Bintara Polri paling banyak menghasilkan anggota-anggota Polri dibandingkan dengan pendidikan dasar kepolisian yang lain. Disamping itu Bintara-Bintara Polri dalam tugas kesehariannya banyak terjun di masyarakat sehingga Bintara Polri yang merakyat sangat dibutuhkan.
Dilihat dari hasil ternyata sikap siswa dan pembina pendidikan pertama Bintara Polwan berbeda terhadap komponen pendidikan Polri, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perlunya cara lain untuk mendapatkan informasi mengenai sikap pembina dan siswa terhadap pendidikan Polri, misalnya dengan cara wawancara dan observasi.
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampelnya adalah accidcntal sampling dan prosedur pelaksanaannya tidak sesuai dengan rencana peneliti sehingga ketepatan hasil yang diperoleh mungkin masih kurang, oleh karena itu perlu memperhatikan teknik pengambilan sampel. Sebaiknya mengambil sampel siswa ketika mereka sedang tidak kelelahan sehingga jawaban yang diberikan lebih akurat. Dan yang terakhir, sebaiknya dalam pengelompokan item-item berdasarkan dimensinya menggunakan analisis faktor agar lebih akurat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library